logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Kesehatan Mental

Mania Adalah Episode yang Kerap Dialami Penderita Bipolar, Seperti Apa?

open-summary

Mania atau manik adalah episode saat mood seseorang meningkat dengan tak wajar. Manik atau mania menjadi kondisi yang erat dengan gangguan bipolar.


close-summary

Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari

7 Okt 2020

Mania atau manik merupakan episode saat mood seseorang menjadi meningkat dengan tak wajar

Penderita bipolar rentan mengalami episode mania yang ditandai dengan rasa gembira yang berlebihan

Table of Content

  • Apa itu manik?
  • Gejala episode mania
  • Penanganan episode mania
  • Catatan dari SehatQ

Gangguan bipolar merupakan gangguan mental yang cukup umum dialami oleh masyarakat. Gangguan ini membuat seseorang mengalami pergantian mood dalam kurun waktu tertentu. Penderitanya akan merasakan episode mania atau manik, hipomania, serta sebaliknya yaitu episode depresi. Apa itu episode mania atau manik? Apa bedanya dengan hipomania?

Advertisement

Apa itu manik?

Episode manik atau mania adalah periode yang ditandai dengan peningkatan mood dan merasa bergembira yang terjadi secara tak wajar. Episode mania juga ditandai dengan perilaku berlebihan, pikiran yang berkelebat, mudah terdistraksi, serta dapat disertai gejala psikosis (halusinasi dan delusi).  

Episode mania dapat berlangsung selama seminggu atau lebih. Episode ini terkadang diselingi dalam periode depresi yang menjadi lawan dari mania. Pada episode depresi, penderitanya mengalami lelah mental, sedih berlebihan, dan keputusasaan.

Selain mania, ada satu kondisi terkait lainnya yang disebut hipomania. Hipomania merupakan bentuk ringan dari mania. Artinya, hipomania dan mania merupakan kondisi yang hampir mirip namun mania bersifat lebih intens.

Episode mania tidak dikategorikan sebagai gangguan mental. Namun, kondisi ini berkaitan erat dengan gangguan mental yang disebut gangguan bipolar. Gangguan bipolar ditandai dengan perubahan mood antara episode mania, episode hipomania, dan episode depresi. 

Walau memang berkaitan erat dengan gangguan bipolar, episode mania juga mungkin disebabkan oleh faktor lain, termasuk:

  • Melahirkan (psikosis postpartum)
  • Cedera otak
  • Tumor otak
  • Demensia
  • Radang otak
  • Tingkatan stres yang tinggi
  • Lupus
  • Efek samping obat-obatan
  • Penyalahgunaan narkoba atau alkohol
  • Kurang tidur
  • Stroke
  • Trauma atau pelecehan

Gejala episode mania

Berikut ini beberapa gejala yang dikaitkan dengan episode mania atau manik:

1. Penurunan keinginan untuk tidur

Saat mengalami episode mania, penderita akan sulit tidur
Episode mania yang dialami penderita bipolar bisa memicu gangguan tidur

Orang yang tengah mengalami episode mania kerap mengalami penurunan keinginan untuk tidur. Misalnya, individu tersebut akan terjaga hingga pukul empat subuh namun bisa bangun jam delapan pagi. Episode mania yang dialami penderita bipolar bisa memicu gangguan tidur, dan begitu pula sebaliknya.

2. Melakukan banyak hal dalam sekali waktu

Penderita bipolar yang mengalami episode mania cenderung gelisah dan mencari cara untuk menyalurkan energi berlebihnya. Ia akan mampu mengerjakan banyak hal dalam sekali waktu – di mana dalam kondisi normal ia tidak mampu menyelesaikannya. Gejala ini disebut dengan multitasking on steroid

3. Berbicara dengan lantang dan cepat

Episode mania di tahap awal juga dapat ditandai dengan bicara cepat dengan suara yang lantang. Bicara cepat tersebut bisa sangat berbeda dengan cara bicara penderitanya sehari-hari. 

4. Membuat rima kata yang tak masuk akal

Gejala khas mania pada penderita bipolar lainnya adalah rima kata saat ia berbicara. Rima kata tersebut sebenarnya tidak logis saat digunakan bersama. Namun, orang dengan episode mania akan tiba-tiba lihai dalam membuat rima kata dengan akhiran yang mirip.

Misalnya, ia akan mengatakan kalimat seperti: “Kemarin aku makan ikan. Dia kekanak-kanakan. Pemain musiman...” 

Kalimat di atas terdengar puitis walau sebenarnya tidak memiliki konteks dan tidak “nyambung”.

5. Peningkatan hasrat seksual

Peningkatan hasrat seksual juga menjadi gejala khas pada episode mania maupun hipomania. Hasrat tersebut rentan disalurkan melalui perilaku seks yang berisiko, seperti berhubungan seks dengan PSK.

6. Melakukan perilaku impulsif

Saat mengalami episode mania, penderita berisiko melakukan belanja secara impulsif
Berbelanja secara impulsif rentan dilakukan oleh penderita yang sedang memasuki episode mania

Seseorang yang mengalami episode mania berisiko melakukan tindakan yang impulsif. Misalnya, ia akan membeli barang-barang yang tidak diperlukan, makan berlebihan, atau berjudi.

7. Pikiran yang berkelebat

Selain berbicara dengan cepat dan suara lantang, seseorang yang tengah memasuki episode mania juga akan mengalami pikiran yang berkelebat dengan cepat. Perubahan gagasan dalam berpikir tersebut terjadi dalam waktu yang singkat.

Sebagai contoh, ia akan berpikir cara untuk hidup bahagia tanpa bekerja. Namun, beberapa detik kemudian ia memikirkan rencana untuk mengadopsi hewan peliharaan. Beberapa detik selanjutnya, ia akan berfilsafat dan mempertanyakan esensi kehadiran manusia di muka bumi.

8. Menunjukkan tanda delusi

Delusi adalah keyakinan semu di mana ia meyakini hal-hal yang sebenarnya tidak terjadi. Delusi sering ditunjukkan oleh penderita bipolar saat ia mengalami episode mania maupun hipomania.

Perilaku delusi dapat diperlihatkan dengan bermacam-macam. Misalnya, penderitanya merasa yakin bahwa ia adalah pacar seorang selebriti atau pesohor terkemuka. 

9. Mudah tersinggung

Walau mania ditandai dengan mood yang memuncak dan terlalu bergembira, penderitanya juga terkadang menunjukkan perilaku mudah tersinggung. Tak sampai di situ, perilaku kebencian dan sikap permusuhan juga mungkin akan diperlihatkan orang yang tengah mengalami episode mania. 

10. Munculnya pikiran bunuh diri

Pada beberapa kasus, orang yang terjebak dalam episode mania juga akan  merasa putus asa dan mengutarakan pikiran untuk bunuh diri.

Penanganan episode mania

Dalam menangani episode mania, dokter mungkin akan memberikan obat-obatan untuk mengendalikan gejala-gejala di atas. Penderitanya juga mungkin akan memerlukan terapi dan menerapkan perubahan gaya hidup.

1. Obat-obatan

Beberapa kelompok obat-obatan akan perlu dikonsumsi oleh orang yang mengalami episode mania. Obat-obatan tersebut pada dasarnya, yaitu:

  • Obat antipsikotik, seperti risperidone, olanzapine, aripiprazole, dan quetiapine
  • Obat penstabil mood, seperti lithium, divalproex sodium, dan carbamazepine
  • Obat tidur

2. Terapi

Psikoterapi akan dipandu oleh ahli kesehatan mental terlatih untuk membantu pasien mengidentifikasi perubahan mood dan pemicunya. Terapi juga dapat mengoptimalkan efektivitas obat dan meningkatkan kualitas hidup pasien. 

Beberapa jenis terapi untuk menangani episode mania yaitu:

Catatan dari SehatQ

Mania atau manik merupakan episode saat mood seseorang menjadi meningkat dengan tak wajar. Kondisi ini erat kaitannya dengan gangguan bipolar dan akan memerlukan penanganan dari ahli kejiwaan.

Anda bisa menanyakan ke dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ untuk memahami mania dan gangguan bipolar lebih lanjut. Aplikasi SehatQ tersedia di Appstore dan Playstore untuk memberikan informasi kesehatan mental yang terpercaya.

Advertisement

bipolardepresigangguan mentalpsikosis

Ditulis oleh Arif Putra

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved