Terapi okupasi pada anak berkebutuhan khusus bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidupnya, baik di rumah maupun di sekolah. Hal ini melibatkan pengamatan, perencanaan, dan evaluasi.
2023-03-29 18:41:47
Ditinjau oleh dr. Fridawati
Terapi okupasi membantu memperbaiki kualitas hidup anak dengan gangguan spektrum autisme
Table of Content
Terapi okupasi pada anak diperlukan bagi yang memiliki masalah fisik, sensorik, atau kognitif. Terapi ini dapat membantu anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk lebih mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Advertisement
Namun, tidak semua orangtua mengetahui apa itu terapi okupasi. Padahal terapi untuk anak berkebutuhan khusus ini dapat sangat membantu dan menjadi bekal yang baik bagi mereka. Untuk membantu Anda memahaminya, berikut adalah penjelasan seputar apa itu terapi okupasi dan manfaatnya.
Terapi okupasi pada anak adalah perawatan khusus yang dapat membantu anak untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari mereka.
Terapi ini berfokus pada anak-anak yang berkebutuhan khusus untuk meningkatkan keterampilan kognitif, fisik, sensorik, dan motorik mereka dalam meningkatkan rasa percaya diri.
Terapi okupasi tidak terbatas hanya untuk orang dewasa saja, tetapi juga bermanfaat bagi anak-anak, yang pekerjaan utamanya adalah bermain dan belajar. Anak berkebutuhan khusus bisa menjalani terapi okupasi agar mereka dapat bermain, bersekolah, dan melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
Terapi okupasi dapat dilakukan kepada anak dengan berbagai kondisi berikut:
Untuk lebih jelasnya, Anda dapat berkonsultasi pada dokter mengenai terapi okupasi pada anak. Dokter bisa saja merekomendasikan terapi anak berkebutuhan khusus lainnya yang lebih tepat bagi mereka.
Tujuan dari terapi okupasi pada anak adalah memperbaiki kualitas hidupnya, baik di rumah maupun di sekolah. Terapi ABK diharapkan bisa membantu anak agar lebih mandiri dalam menjalani kehidupannya.
Berikut adalah sejumlah manfaat terapi okupasi pada anak yang perlu Anda ketahui.
Walaupun tampak sepele, kemampuan-kemampuan tersebut dapat sangat bermanfaat bagi kehidupan anak, terutama untuk menjadi pribadi yang mandiri.
Baca Juga
Terapi okupasi pada anak akan disesuaikan dengan usia, aktivitas sehari-hari, dan kondisi orang yang membutuhkannya. Contoh terapi okupasi ini dapat mencakup tiga hal berikut:
Terapis akan memperhatikan bagaimana anak melakukan aktivitas atau tugas apa pun. Ia mungkin mendatangi rumah atau sekolah untuk melihat yang dilakukan anak, dan perubahan apa yang perlu dibuat. Misalnya, memindahkan perabotan agar jalan anak tidak terhalangi.
Selanjutnya, terapis akan membuat rencana terapi dan menetapkan tujuan yang dirancang untuk kebutuhan anak. Contoh fokus terapi okupasi yang diberikan adalah untuk membuat anak berkebutuhan khusus lebih mampu beraktivitas secara mandiri.
Terapi ini akan melatih anak menyesuaikan gerakan, meningkatkan keterampilan koordinasi tangan dan mata, atau melakukan suatu aktivitas dengan cara baru yang lebih mudah.
Evaluasi dilakukan untuk menilai bahwa terapi okupasi yang diberikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu, rencana tindakan lainnya bisa saja dibuat jika diperlukan agar hasil terapi lebih optimal.
Anda juga bisa melakukan terapi okupasi pada anak berkebutuhan khusus. Terapi okupasi di rumah bisa Anda kemas dalam permainan yang menarik dan disukai oleh anak-anak.
Contohnya, Anda bisa melakukan permainan balancing ring. Berikut adalah cara bermainnya:
Melalui permainan ini, anak Anda akan terlatih daya konsentrasinya, mempertahankan posisi tubuhnya agar tetap seimbang, serta melatih strategi agar ring tersebut masuk ke cone targetnya.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar terapi okupasi pada anak, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Babbling adalah ocehan bayi yang biasa mulai terdengar sejak usia 4 bulan. Meski Anda mungkin tak mengerti maksudnya, ocehan bayi menandakan perkembangan berbahasa si Kecil sudah mulai terasah.
Tuna wicara adalah gangguan atau hambatan yang dialami oleh anak sehingga sulit melakukan komunikasi secara verbal yang dimengerti oleh lawan bicaranya. Namun, kualitas hidup penderita bisa meningkat dengan mengikuti terapi tuna wicara.
Anak terlambat bicara biasanya terdeteksi pada usia 18-30 bulan. Salah satu penanda anak terlambat bicara adalah kosakata tidak sebanyak teman-teman sebayanya. Hal ini berbeda dengan anak yang menderita autisme.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved