Radium dalam bentuk radium diklorida, digunakan sebagai obat radiofarmasetikal untuk perawatan kanker prostat. Meski efektif, obat ini juga berisiko menimbulkan anemia.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
2 Agt 2020
Radium diklorida digunakan untuk mengobati kanker prostat.
Table of Content
Radium ditemukan oleh seorang ahli kimia asal Polandia, Marie Sklodowska Curie, atau yang juga dikenal sebagai Marie Curie dan seorang ahli kimia Prancis bernama Pierre Curie pada tahun 1898. Marie menemukannya pada bijih-bijih uranium, dan menyakini bahwa ada lebih dari satu elemen radioaktif di sana.
Advertisement
Akhirnya, Marie mengolah sekian ton bijih uranium untuk menemukan radium dan polonium, yang juga merupakan elemen radioaktif temuannya. Ternyata dari satu ton bijih uranium, hanya dari 0,14 gram radium.
Radium dulu dimanfaatkan untuk mewarnai jam agar tampak bercahaya, maupun bahan pembuat kenop pada pesawat terbang maupun perangkat lainnya. Namun akhirnya, cobalt-60 menggantikan radium, karena dianggap lebih aman sebagai sumber radioaktif.
Namun sekarang, radium dimanfaatkan untuk memproduksi radon, yaitu gas radioaktif yang berguna dalam perawatan beberapa jenis kanker. Dunia medis pun mengembangkan Radium 223 diklorida (radium diklorida), yang juga menjadi nama obat generiknya. Penggunaan obat ini digolongkan sebagai radiofarmasetikal.
Radium diklorida antara lain digunakan dalam perawatan untuk pasien kanker prostat dengan kondisi sebagai berikut:
Dosis radium 223 diklorida yang diberikan kepada pasien bergantung kepada beberapa faktor, termasuk berat badan, kondisi kesehatan pribadi, serta gangguan kesehatan lain yang menyertai.
Secara umum, radium diklorida diberikan dengan ketentuan berikut ini:
Hingga saat ini, radium diklorida belum tersedia dalam bentuk pil.
Baca Juga
Sebuah penelitian beberapa tahun lalu membuktikan, para pasien kanker prostat yang telah menjalani prosedur kastrasi tapi tanpa hasil, akhirnya mampu bertahan hidup 3,5 bulan lebih lama setelah menerima perawatan dengan radium diklorida.
Hasil penelitain tersebut dibandingkan dengan para pasien yang mendapatkan obat kosong atau plasebo. Radium diklorida juga terbukti mampu meningkatkan kualitas hidup para pasien dan memperlambat munculnya gangguan pertama pada tulang rangka.
Meski radium diklorida dianggap mampu meningkatkan harapan hidup pasien kanker prostat, para dokter spesialis onkologi (spesialis kanker) ternyata menggunakan obat tersebut hanya untuk menghilangkan rasa sakit (sebagai pain killer).
Seorang peneliti kanker dari University of Colorado Hospital di Amerika Serikat, Phillip J. Koo mengungkapkan, para dokter spesialis onkologi memandang penggunaan obat-obatan radiofarmasetikal sebagai perawatan paliatif.
Artinya, obat-obatan tersebut digunakan untuk membuat pasien merasa lebih nyaman, bukan menyembuhkan penyakitnya.
Radium diklorida bekerja dengan cara mengikat mineral-mineral di tulang untuk mengantarkan radiasi langsung ke tumor pada tulang. Dengan begitu, risiko kerusakan jaringan normal di sekitarnya bisa berkurang.
Dalam penggunaannya sebagai pengobatan untuk kanker, radium diklorida bisa menimbulkan efek samping berikut ini:
Meski jarang terjadi, pasien juga bisa mengalami dehidrasi, efek samping akibat suntikan, serta gagal ginjal.
Penggunaan radium diklorida tidak disarankan bagi pasien yang sedang menjalankan kemoterapi. Sebab, kombinasi keduanya bisa mengurangi aktivitas sumsum tulang. Akibatnya, terjadi penurunan jumlah sel darah merah, sel darah putih, serta keping darah.
Advertisement
Ditulis oleh Maria Yuniar
Referensi
Artikel Terkait
Operasi prostat merupakan salah satu penanganan kanker prostat pada stadium awal. Operasi prostat yang paling umum dilakukan adalah radikal prostatektomi.
9 Mei 2019
Angiogenesis adalah proses terbentuknya pembuluh darah baru yang berasal dari pembuluh darah yang telah ada sebelumnya. Meski dianggap proses normal dalam tubuh, angiogenesis juga diperlukan kanker untuk dapat tumbuh dan berkembang.
8 Sep 2020
BPOM baru-baru ini menerbitkan perintah penarikan serta penarikan sukarela, terhadap obat ranitidine. Ranitidine adalah obat populer yang digunakan untuk penanganan tukak lambung. Penarikan ini didasarkan pada hasil uji ranitidine, yang membuktikan adanya kandungan senyawa cemaran NDMA pemicu kanker.
9 Okt 2019
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved