Siapa sangka manfaat menulis buku harian baik bagi kesehatan mental. Dengan menulis buku harian Anda bisa menjernihkan pikiran, mengurangi penyakit, menjaga fungsi kognitif dan banyak lagi.
3.33
(3)
20 Feb 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Menulis buku harian bisa menjadi cara menjaga kesehatan mental
Table of Content
Tulisan adalah hal yang tak lekang oleh waktu, termasuk ketika menuangkan apa yang ada dalam pikiran ke buku harian. Istilah masa kini untuk aktivitas ini adalah journaling. Sama saja konsepnya, yaitu membantu menjelajahi pikiran dan perasaan terkait hal yang terjadi di sekitar.
Advertisement
Tentunya, resep utama agar bisa mendapatkan manfaat menulis buku harian adalah konsisten. Jika tidak bisa setiap hari pun, tidak mengapa. Namun setidaknya, membiasakan diri menguraikan pikiran ke dalam
Apa yang Anda lakukan di waktu senggang? Jika lebih sering berkutat dengan scrolling linimasa media sosial dan waktu terbuang tanpa terasa, ada baiknya menengok kebiasaan baik yang satu ini: menulis jurnal.
Bisa dilakukan kapan saja, tidak mengeluarkan biaya, dan sangat bermanfaat, kenapa tidak mencoba melakukannya? Beberapa manfaat menulis buku harian di antaranya:
Ketika pikiran tengah kusut dan terasa sangat penuh, coba tuangkan satu persatu di buku harian. Ini merupakan cara untuk mengenal diri sendiri dan apa yang sedang menjadi pikiran utama.
Bahkan bonusnya, menulis jurnal dapat memetakan masalah yang dihadapi. Bukan tidak mungkin, solusinya muncul ketika sudah tertuang dalam bentuk kata-kata di atas kertas. Itu bonus.
Menulis jurnal tentang hal-hal traumatis dapat membantu melepaskan emosi yang terbelenggu. Ketika menulis, bagian otak yang berperan turut bekerja. Ini membuat pengalamannya menjadi sangat terintegrasi dalam pikiran.
Siapa tahu, dengan menuliskan pengalaman buruk di masa lalu dapat membantu pikiran lebih damai. Namun tentunya, apabila trauma sudah terasa sangat signifikan, pertolongan dari pihak profesional bisa jadi pilihan terbaik.
Terbukti secara ilmiah, menulis jurnal dapat mengurangi gejala-gejala pada kondisi medis seperti:
Dalam penelitian yang dipublikasikan di JAMA Network, pasien asma dan arthritis menunjukkan berkurangnya gejala hingga 28%. Ini terjadi setelah mereka rutin menulis jurnal dalam rentang waktu penelitian selama 4 bulan. Di buku harian, pasien diminta menulis pengalaman hidup yang paling memicu stres.
Bukan hanya untuk fisik, manfaat menulis buku harian juga berdampak pada fungsi kognitif. Menuliskan pengalaman yang traumatis atau emosional dapat berdampak baik dalam jangka panjang. Bukan hanya soal fungsi kognitif, namun juga mood dan kondisi psikologis.
Dalam penelitian, partisipan diminta menuliskan pengalaman emosional selama 3-5 sesi. Setiap sesinya berlangsung selama 15-20 menit dan dilakukan 4 hari berturut-turut. Tak hanya dilihat hasil saat itu juga, kondisi partisipan juga diperiksa kembali 4 bulan kemudian.
Stres bisa berdampak buruk bagi seorang individu, baik secara fisik maupun psikologis. Ini terbukti dari penelitian yang melibatkan 70 orang dewasa yang mengalami kecemasan berlebih.
Mereka diminta bergabung dalam sesi menulis jurnal selama 3 hari setiap minggunya dan berlangsung selama 3 bulan. Pada setiap akhir bulan, dilakukan survei psikologis hingga fisik.
Hasilnya, intervensi yang disebut positive affect journaling (PAJ) ini menunjukkan keringanan gejala kecemasan berlebih setelah 1 bulan mengikuti sesi. Tak hanya itu, partisipan juga menjadi lebih tangguh melawan pemicu stres pada bulan-bulan berikutnya.
Baca Juga
Meski demikian, menulis buku harian atau journaling tidak selamanya indah. Ada “efek samping” yang membuat aktivitas ini mungkin tidak cocok untuk semua orang. Contohnya bagi mereka yang:
Khusus poin terakhir, ingatlah bahwa sesi menulis buku harian idealnya diimbangi dengan rencana dan usulan solusi. Memang benar bahwa menuangkan pikiran atau pemicu stres dalam tulisan adalah hal baik. Namun, jika tidak disertai dengan rencana baik, bisa jadi justru memicu stres lebih dominan.
Untuk menyiasatinya, selalu akhiri sesi menulis jurnal dengan beberapa kata tentang hal yang bisa menjadi solusi potensial masalah. Jika ini belum terpikir, bisa juga dengan menuliskan hal yang disyukuri atau harapan lainnya.
Tak kalah penting, komitmen adalah yang terbaik. Inilah yang menjadi bahan bakar agar terus mau menulis meski sedang tidak mood. Alasannya karena Anda tahu bahwa ketika menuangkan pikiran di atas kertas, stres bisa berkurang signifikan.
Hanya saja, jangan terlalu kaku dalam menentukan jadwal menulis jurnal. Buat sefleksibel mungkin, namun tetap rutin.
Jika Anda ingin berdiskusi lebih lanjut tentang cara mengelola stres dengan menulis gratitude journal, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Mungkin bagi sebagian besar orang, kucing adalah hewan menggemaskan. Namun untuk yang memiliki ailurophobia atau fobia kucing, justru sebaliknya. Berada di sekitar kucing atau sekadar memikirkannya saja bisa menimbulkan rasa panik dan cemas berlebih.
Pemikiran soal jam kerja terlalu lama merupakan sebuah kehebatan sepertinya sudah usang dan saatnya dirombak ulang. Sebab, dampaknya terhadap kesehatan mental sangat merusak. Idealnya, jam kerja 40-50 jam setiap pekan sudah lebih dari cukup bagi sebagian orang.
Psikiatri adalah ilmu kedokteran yang menangani gangguan kesehatan jiwa. Mengalami gangguan tidur dan kecemasan berlebih adalah tanda Anda perlu datang ke psikiater.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Pany
Dijawab oleh dr. Zulham Effendy
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
Kumpulan Artikel dan Forum
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved