logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Kesehatan Mental

Menelisik Manfaat Diet GAPS yang Diklaim Dapat Meminimalkan Gejala Autisme

open-summary

Diet GAPS membantu merawat sekaligus meminimalkan kemunculan gejala pada anak-anak dengan masalah kesehatan mental. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektivitasnya.


close-summary

4 Jun 2021

| Bayu Galih Permana

Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri

Diet GAPS digunakan untuk meminimalkan gejala gangguan kesehatan mental pada anak

Diet GAPS berfokus pada makanan bernutrisi tinggi yang baik untuk kesehatan lapisan usus

Table of Content

  • Apa itu diet GAPS?
  • Makanan yang harus dihindari ketika menjalani diet GAPS
  • Cara melakukan diet GAPS dengan benar
  • Benarkah diet GAPS efektif untuk mengatasi masalah kesehatan mental?

Tujuan dari diet pada umumnya adalah untuk menurunkan berat badan. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk diet GAPS. Teknik diet satu ini disebut dapat dipakai sebagai perawatan alami masalah kesehatan mental pada anak seperti gangguan spektrum autisme, attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), hingga disleksia. Benarkah demikian?

Advertisement

Apa itu diet GAPS?

Diet GAPS adalah teknik diet yang dipakai untuk membantu merawat sekaligus meminimalkan kemunculan gejala pada anak-anak dengan masalah kesehatan mental. Diet ini berfokus pada makanan bernutrisi tinggi yang baik untuk kesehatan lapisan usus.

Penemu diet GAPS, Dr. Natasha Campbell-McBride percaya, asupan nutrisi yang buruk dan gangguan permeabilitas usus (kebocoran pada usus) berkontribusi dalam banyak masalah psikologis, neurologis, dan perilaku. Diet ini menghindari makanan yang sulit dicerna dan bisa merusak lapisan usus.

Dalam penelitian yang diterbitkan pada tahun 2004, Dr. Campbell-McBride mengklaim bahwa diet hasil inovasinya berhasil digunakan untuk merawat pasien penderita masalah kesehatan mental dan ketidakmampuan belajar, termasuk anaknya yang mengidap autisme. Dietnya ini disebut dapat membantu meringankan gejala yang berhubungan dengan sistem pencernaan, mulai dari diare, sembelit, hingga perut kembung.

Selain autisme, diet GAPS dipercaya bisa membantu anak dengan gangguan psikologis dan perilaku seperti:

  • ADHD
  • Depresi
  • Epilepsi
  • Disleksia
  • Dispraksia
  • Skizofrenia
  • Gangguan makan
  • Gangguan bipolar
  • Gangguan obsesif kompulsif
  • Anak dengan intoleransi makanan dan alergi

Makanan yang harus dihindari ketika menjalani diet GAPS

Dalam diet GAPS, ada beberapa makanan yang harus dihindari karena sulit untuk dicerna dan dapat merusak lapisan usus. Beberapa makanan tersebut, di antaranya:

  • Kopi
  • Susu
  • Sirup
  • Kedelai 
  • Alkohol
  • Teh kental
  • Gula dan pemanis buatan
  • Makanan olahan atau kemasan
  • Umbi-umbian seperti kentang dan ubi
  • Biji-bijian seperti beras, jagung, gandum dan oats
  • Kacang-kacangan, kecuali kacang putih dan hijau

Sementara itu, makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi ketika menjalani diet ini, meliputi:

  • Ikan
  • Telur
  • Kerang
  • Daging
  • Kelapa
  • Kaldu daging
  • Lemak daging
  • Sayuran segar
  • Kacang-kacangan
  • Buah-buahan segar
  • Keju alami bertekstur padat
  • Makanan dan minuman yang difermentasi

Cara melakukan diet GAPS dengan benar

Cara melakukan diet GAPS mungkin akan terlihat rumit. Setidaknya, ada tiga tahapan yang harus dilewati saat menjalani diet ini, di antaranya:

1. Fase pengenalan

Tahapan ini disebut sebagai fase penyembuhan usus. Dalam tahap ini, Anda diminta untuk berhenti mengonsumsi makanan-makanan yang dapat merusak lapisan usus. Berlangsung selama 3 minggu hingga 1 tahun tergantung keparahan gejala, fase ini terbagi ke dalam 6 tingkatan dengan kombinasi makanan yang berbeda, antara lain:

  • Tingkat 1: kaldu tulang rumahan, daging maupun ikan rebus, probiotik seperti yogurt, teh jahe atau chamomile dengan madu, sayuran yang dimasak hingga matang, dan kefir
  • Tingkat 2: telur organik mentah, rebusan sayur dan daging atau ikan
  • Tingkat 3: makanan yang ada dalam tingkat 1 dan 2 ditambah dengan alpukat, sayuran fermentasi, pancake sesuai resep yang dianjurkan dengan telur orak-arik, serta lemak bebek
  • Tingkat 4: daging panggang, jus sayuran, dan roti sesuai resep yang dianjurkan
  • Tingkat 5: puree apel, sayuran mentah seperti selada dan timun tanpa kulit, dan buah segar kecuali jeruk
  • Tingkat 6: konsumsi lebih banyak buah segar, jeruk sudah mulai bisa ditambahkan

Dalam tahap ini, perkenalkan makanan di atas ke tubuh Anda secara perlahan. Mulai dengan jumlah kecil sebelum kemudian menambahkan porsinya jika tidak mengalami masalah pada pencernaan. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk menghilangkan karbohidrat tepung dari tubuh dan kebiasaan mengonsumsinya.

2. Diet penuh

Fase ini berlangsung selama 1,5 hingga 2 tahun. Selama tahapan diet penuh, Anda diminta untuk mengonsumsi makanan-makanan seperti:

  • Ikan
  • Kerang
  • Sayuran
  • Telur organik
  • Daging segar
  • Lemak hewani
  • Makanan fermentasi
  • Kacang-kacangan dalam jumlah sedang

Tahapan ini juga mengharuskan Anda untuk menghilangkan kebiasaan berikut ini:

  • Konsumsi kaldu tulang setiap jam makan
  • Konsumsi makanan kalengan atau kemasan
  • Konsumsi daging dan buah secara bersamaan
  • Konsumsi makanan yang difermentasi dalam jumlah banyak

3. Fase reintroduksi

Fase reintroduksi bertujuan untuk mengenalkan kembali makanan yang pernah dikonsumsi sebelumnya secara bertahap. Sebagai awalan, Anda bisa mengonsumsi makanan-makanan seperti kentang dan biji-bijian yang difermentasi. Mulai dalam jumlah kecil, tambah porsinya apabila tidak mengalami masalah pada pencernaan.

Jika semua berjalan aman, lanjutkan tahapan ini dengan mengonsumsi sayuran bertepung, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Seusai diet selesai, Anda diharuskan tetap menghindari konsumsi gula secara berlebih dan makanan olahan.

Baca Juga

  • Kandungan Beras Merah yang Tidak Boleh Diremehkan
  • Beragam Manfaat Kentang Merah yang Baik untuk Kesehatan
  • 10 Manfaat Tahu Bagi Kesehatan dan Cara Mengolahnya

Benarkah diet GAPS efektif untuk mengatasi masalah kesehatan mental?

Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mencari tahu efektivitas dari diet GAPS dalam mengatasi masalah kesehatan mental. Terlepas dari itu, diet ini memang bermanfaat untuk menjaga kesehatan sistem pencernaan, termasuk pada orang dewasa.

Untuk berdiskusi lebih lanjut diet GAPS dan manfaatnya bagi kesehatan, tanyakan langsung ke dokter di aplikasi kesehatan SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.

Advertisement

makanan sehatgejala autisautisme

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 24 Jam

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved