Makanan yang digoreng menyerap lemak jenuh dari minyak dan bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat. Hal ini meningkatkan bahaya makan gorengan seperti risiko penyakit jantung hingga diabetes tipe 2.
14 Feb 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Mengonsumsi makanan yang digoreng secara berlebihan dapat menyebabkan penyakit
Table of Content
Sajian yang diproses berlebihan tidaklah sehat, termasuk makanan yang digoreng. Bahaya makan gorengan yang berlebihan bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, termasuk serangan jantung dan stroke.
Advertisement
Alasannya, makanan yang digoreng mengandung lemak jenuh, gula rafinasi, dan juga karbohidrat berlebih. Pola makan semacam ini juga merupakan faktor risiko terjadinya obesitas dan diabetes tipe 2.
Baca Juga
Apapun yang dikonsumsi berlebihan tentu berbahaya, termasuk makanan yang digoreng. Sebagian besar jenis makanan ini diolah dengan cara diberi tepung kemudian digoreng. Kadar kalorinya tentu sangat tinggi.
Ketik proses menggoreng, terjadi perubahan komposisi makanan dan minyak, melalui proses oksidasi, polimerasi, serta hidrogenasi. Makanan akan kehilangan kandungan cairan dan menyerap lemak sehingga terjadi peningkatan energi dalam makanan.
Belum lagi campuran hidrogen pada minyak demi membuatnya menjadi lebih padat. Lemak jenuh ini masih menjadi primadona di industri makanan karena murah biaya produksinya, bertahan lama, dan memberikan tekstur renyah pada makanan.
Jangan lupakan pula bahwa jenis makanan ini kerap mengandung lemak jenuh. Ini dapat meningkatkan kadar kolesterol low-density lipoprotein atau kolesterol jahat, di sisi lain justru menurunkan kolesterol baik.
Senada dengan hal di atas, menurut penelitian, proses menggoreng akan meningkatkan produksi zat kimia yang memancing respons peradangan tubuh. Inilah yang membuatnya rentan memicu terjadinya hipertensi, diabetes tipe 2, obesitas, atau penyakit jantung.
Minyak yang digunakan dalam menggoreng akan mengalami kerusakan lewat proses oksidasi dan hidrogenasi, terutama apabila minyak tersebut digunakan berulang kali. Hal ini menyebabkan berkurangnya kandungan lemak tidak jenuh, seperti asam linoleat dan meningkatkan komposisi lemak trans, sehingga menjadi penyebab dari sejumlah penyakit.
Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang digoreng akan menyebabkan penyakit:
Berdasarkan data dari 17 studi di PubMed, EMBASE, dan Web of Science yang pernah diterbitkan sebelum 11 April 2020, diketahui ada hubungan antara gorengan dengan risiko menderita penyakit jantung.
Seluruh studi itu melibatkan 562.445 partisipan. Tak hanya itu, tim peneliti juga mengumpulkan data dari 754.873 partisipan dan 85.906 kematian untuk mencari tahu korelasi antara makanan yang digoreng dan risiko kematian.
Hasilnya, partisipan yang mengonsumsi banyak makanan digoreng memiliki risiko lebih tinggi pada:
Meski demikian, bukti yang dimiliki masih terbatas. Bisa juga temuan-temuan sebelumnya tidak konsisten. Apabila periode penelitian diperpanjang, bisa diketahui kian jelas hubungan antara mengonsumsi makanan yang digoreng dengan risiko kematian akibat penyakit jantung.
Selain itu, studi-studi di atas juga hanya melihat dampak dari satu jenis makanan yang digoreng seperti ikan goreng tepung atau kentang goreng. Berapa total asupan kalori partisipan tidak ikut dihitung.
Jadi, korelasi antara gorengan dengan risiko penyakit jantung bukan sebab-akibat, hanya saja ada hubungannya apabila dikonsumsi berlebih.
Tak hanya itu, kebiasaan buruk seperti merokok, siklus tidur berantakan, tekanan darah tinggi, dan juga jarang beraktivitas fisik juga bisa memicu seseorang menderita penyakit jantung.
Artinya, pemicu penyakit jantung bersifat sistemik bukan hanya dari satu faktor saja yaitu makanan yang digoreng. Mengonsumsi dalam jumlah sedikit pada dasarnya tidak masalah. Apabila terlalu banyak, itu yang berbahaya.
Baca juga: 9 Pantangan Penyakit Jantung, dari Makanan Hingga Kebiasaan yang Dilarang
Bahaya makan gorengan untuk tubuh juga bisa meningkatkan risiko obesitas. Bahan makanan yang sama bisa memiliki kandungan kalori yang berbeda, termasuk jika diolah dengan cara digoreng. Contohnya, 100 gram kentang panggang memiliki kandungan 93 kalori dan 0 gram lemak. Sementara untuk kentang yang digoreng dalam berat yang sama, mengandung kalori gorengan yang jauh lebih banyak, yakni 319 kalori dan kandungan lemaknya mencapai 17 gram.
Temuan ini menunjukkan bahwa dalam porsi makan yang sama, bisa mendapatkan lebih banyak kalori. Selain peningkatan kalori, makanan yang digoreng secara visual tampak lebih menarik dan renyah sehingga bisa meningkatkan konsumsinya. Konsumsi kalori dalam jumlah banyak menyebabkan Anda mudah mengalami kelebihan berat badan dan meningkatkan risiko obesitas. Peningkatan lemak trans juga memengaruhi hormon yang mengatur rasa lapar dan penyimpanan lemak dalam tubuh.
Seseorang yang senang mengonsumsi gorengan memiliki risiko diabetes melitus tipe 2 yang lebih tinggi. Dalam sebuah penelitian, mengonsumsi gorengan 4-6 kali dalam seminggu meningkatkan risiko diabetes melitus tipe 2 sebesar 39%, sedangkan bila mengonsumsi gorengan 7 kali atau lebih dalam seminggu, risikonya meningkat menjadi 55%.
Bahaya makanan berminyak, termasuk gorengan ini akan meningkatkan resistensi insulin dalam tubuh. Insulin adalah hormon yang berperan dalam mengatur kadar gula darah dengan mengubah glukosa darah dalam bentuk glikogen, sehingga meningkatkan risiko penyakit diabetes melitus tipe 2 dalam tubuh.
Bahaya makan gorengan selanjutnya adalah dapat meningkatkan risiko kanker. Proses menggoreng makanan dapat menyebabkan terbentuknya senyawa akrilamida. Akrilamida adalah senyawa toksik yang terbentuk pada temperatur tinggi, seperti ketika makanan diolah dengan cara digoreng atau dibakar.
Proses terbentuknya akrilamid terjadi akibat reaksi kimia antara gula dan asam amino asparagin. Senyawa akrilamida ini berbahaya untuk tubuh, karena diduga memiliki hubungan erat dengan peningkatan risiko kanker.
Contoh makanan yang termasuk gorengan dan dapat menyebabkan pembentukkan akrilamid adalah kentang goreng dan keripik kentang. Semakin gelap warna makanan yang digoreng, maka semakin tinggi kandungan akrilamida yang terdapat di dalamnya.
Sebuah penelitian pada hewan menunjukkan adanya peningkatan kejadian kanker pada konsentrasi akrilamid yang sangat tinggi (1.000-10.000 kali kandungan yang diperoleh manusia lewat makanan). Sementara itu, penelitian pada manusia menunjukkan hasil beragam. Sebuah penelitian menunjukkan peningkatan risiko kanker ovarium, endometrium, dan ginjal, sedangkan penelitian lainnya tidak memperoleh hubungan bermakna antara akrilamida pada makanan dan peningkatan risiko kanker.
Efek makan gorengan berlebihan juga dapat meningkatkan kolesterol, terutama low-density lipoprotein (LDL) yang merupakan kolesterol jahat dalam tubuh. Kadar LDL yang tinggi berbahaya karena dapat menurunkan kolesterol baik atau HDL dalam tubuh.
Meningkatnya kadar kolesterol jahat ini bisa menyebabkan penyakit kolesterol tinggi. Jika dibiarkan, penyakit kolesterol ini dapat membentuk plak pada pembuluh darah yang bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, hingga serangan jantung.
Untuk menghindari berbagai bahaya penyakit yang mengintai dari mengonsumsi gorengan, sejumlah cara yang bisa dilakukan adalah:
Bagi Anda yang gemar makan gorengan pinggir jalan, sebaiknya segera hentikan kebiasaan buruk tersebut. Cobalah untuk beralih dengan menggoreng sendiri makanan di rumah dengan minyak goreng yang lebih sehat.
Anda bisa mengganti minyak goreng dengan jenis yang lebih sehat, seperti minyak zaitun, minyak kelapa, dan minyak alpukat. Adapun jenis minyak goreng yang tidak disarankan karena mengandung tinggi lemak jenuh adalah minyak jagung, minyak kanola, minyak wijen, hingga minyak biji bunga matahari.
Cara menggoreng pun turut berpengaruh. Jika menggoreng dengan suhu terlalu tinggi, maka minyak bisa rusak dan menghasilkan radikal bebas yang berpengaruh buruk pada kesehatan dalam jangka panjang. Sementara apabila minyak masih dingin ketika makanan dimasukkan ke penggorengan, artinya jumlah minyak yang terserap semakin banyak. Cobalah untuk menggoreng makanan pada suhu 176-190 derajat Celcius.
Baca juga: 2 Teknik Menggoreng Tanpa Minyak yang Antikolesterol
Kunci dari mencegah penyakit jantung adalah dengan menjalani gaya hidup sehat serta menghindari kebiasaan buruk. Untuk berdiskusi lebih lanjut tentang pola makan yang baik, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Lipedema, sekilas tampak seperti selulit. Keduanya juga sama-sama menunjukkan perubahan jelas pada permukaan kulit. Namun lipedema adalah kondisi yang lebih serius yang perlu penanganan khusus.
Ada perbedaan antara henti jantung dan serangan jantung. Henti jantung disebabkan oleh kelistrikan jantung, sedangkan serangan jantung adalah tersumbatnya aliran darah.
Umami adalah rasa gurih yang bisa dirasakan oleh lidah setelah mengonsumsi makanan tertentu. Ada banyak makanan umami yang menyehatkan, seperti kimchi, seafood, jamur.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved