Makanan penyebab nyeri sendi harus dihindari sebagai cara mencegah sendi nyeri kambuh kembali. Apa saja jenis makanan untuk penderita nyeri sendi yang sebaiknya dihindari?
3.33
(109)
27 Jul 2020
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Makanan penyebab nyeri sendi yang sebaiknya dibatasi adalah makanan cepat saji, makanan yang digoreng, hingga minuman bersoda
Table of Content
Ada berbagai kondisi yang membuat Anda mengalami nyeri sendi. Selain mengonsumsi obat-obatan dan melakukan terapi fisik, ternyata mengurangi konsumsi makanan penyebab nyeri sendi juga dapat dilakukan sebagai cara mencegah sendi nyeri kambuh kembali.
Advertisement
Sendi adalah bagian tubuh yang membentuk hubungan antara satu tulang dengan tulang lainnya untuk menyokong dan membantu tubuh dalam bergerak. Nyeri sendi dapat terjadi ketika sendi terasa tidak nyaman atau terasa sakit ketika digerakkan.
Sebenarnya, ada banyak kondisi yang dapat dikategorikan sebagai nyeri sendi. Ini termasuk arthritis atau radang sendi, asam urat, osteoarthritis, infeksi pada sendi atau tulang, aktivitas fisik berlebihan, keseleo, hingga cedera.
Nyeri sendi merupakan kondisi yang paling sering terjadi oleh siapa pun dan bukanlah hal yang dapat membahayakan keselamatan seseorang. Meski demikian, nyeri sendi dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam bergerak dan beraktivitas.
Maka dari itu, penting untuk mencegah nyeri sendi kambuh kembali dengan konsumsi obat nyeri sendi, terapi fisik, serta menghindari makanan penyebab nyeri sendi.
Sebenarnya, hingga saat ini belum ada penelitian ilmiah yang dapat membuktikan bahwa nyeri sendi dapat disebabkan oleh konsumsi makanan tertentu.
Akan tetapi, beberapa studi menyebutkan bahwa ada jenis-jenis makanan yang bisa meningkatkan risiko peradangan sehingga dapat memicu gejala nyeri sendi memburuk.
Oleh sebab itu, penderita nyeri sendi sangat dianjurkan untuk menghindari makanan penyebab nyeri sendi di bawah ini agar gejala nyeri sendi tidak mudah kambuh sewaktu-waktu.
Salah satu makanan penyebab nyeri sendi yang sebaiknya dibatasi adalah makanan cepat saji dan makanan yang serba digoreng, seperti, ayam goreng tepung, kentang goreng, atau aneka gorengan yang dijual di pinggir jalan.
Hal ini diperkuat oleh sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Fakultas Kedokteran Mount Sinai.
Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa mengurangi makanan yang digoreng dan makanan cepat saji dapat meringankan peradangan dan membantu memulihkan pertahanan alami tubuh.
Pasalnya, minyak atau margarin yang dipakai untuk menggoreng ataupun dalam makanan cepat saji dapat berubah menjadi lemak trans. Asupan lemak trans yang berlebihan diketahui dapat memicu peradangan dalam tubuh sehingga membuat nyeri sendi bisa kambuh.
Seorang dokter spesialis osteopati menyatakan bahwa protein hewani dan lemak hewani yang berasal dari daging merah dapat menjadi makanan penyebab nyeri sendi, termasuk kambuhnya gejala rematik.
Jika Anda makan daging merah secara berlebihan, sistem kekebalan tubuh akan menganggap protein sebagai antigen dan memproduksi antibodi untuk melawannya. Reaksi ini yang bisa menyebabkan pembentukan antigen kompleks.
Sistem imun tubuh biasanya menyingkirkan antigen kompleks dari tubuh. Akan tetapi, pada orang yang sensitif terhadap protein hewani, antigen kompleks ini tidak dapat hilang sepenuhnya dan justru disimpan di dalam berbagai jaringan tubuh, termasuk persendian. Hal inilah yang dapat meningkatkan risiko peradangan.
Makanan olahan atau kemasan juga menjadi makan penyebab nyeri sendi berikutnya.
Makanan yang diolah dengan cara dipanaskan pada suhu tinggi, seperti dipanggang, dibakar, digoreng (deep fry), atau dipasteurisasi akan menghasilkan sebuah lemak yang dinamakan Advanced Glycation End Products (AGEs).
Lemak AGEs dapat merusak jenis protein tertentu dalam tubuh Anda. Kondisi ini dapat menyebabkan radang sendi atau bentuk peradangan lainnya.
Selain itu, sebuah hasil studi juga menyebutkan bahwa mengurangi porsi makanan yang dimasak pada suhu tinggi dapat menjadi penyebab nyeri sendi.
Makanan tinggi gula dapat meningkatkan lemak AGEs dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan peradangan.
Tak hanya makanan tinggi gula, lemak AGEs juga dapat ditemukan dalam berbagai makanan karbohidrat rafinasi, yakni makanan olahan dari tepung terigu putih (roti tawar putih, pasta terigu). Jenis lemak ini dapat menambah risiko peradangan di berbagai organ tubuh.
Sayuran nightshade adalah anggota dari keluarga tanaman bernama Solamaceae, seperti kentang, tomat, terong, paprika, dan ubi jalar.
Kelompok sayuran tersebut dipercaya dapat meningkatkan peradangan sehingga menjadi makanan penyebab nyeri sendi karena mengandung alkaloid yang disebut solanin.
Seorang penulis buku yang berjudul “The Nightshades and Health” mengemukakan bahwa khususnya konsumsi tomat, terong, dan kentang dapat meningkatkan nyeri sendi akibat rheumatoid arthritis atau rematik kambuh. Maka, penting bagi penderita rematik untuk membatasi konsumsinya.
Selain itu, penderita nyeri sendi akibat asam urat tinggi sebaiknya membatasi atau menghindari makan tomat. Sebab, tomat menjadi makanan penyebab nyeri sendi bagi penderita asam urat.
Sebuah penelitian dari University of Otago yang diterbitkan dalam jurnal BMC Musculoskeletal Disorders melaporkan bahwa makan tomat berkaitan dengan kenaikan kadar serum asam urat dalam darah, yang merupakan penyebab utama asam urat.
Berdasarkan data dari sekitar 12 ribu partisipan yang diteliti, peneliti bahkan menobatkan tomat sebagai makanan penyebab asam urat terbanyak setelah seafood, alkohol, minuman manis, dan daging merah.
Makanan penyebab nyeri sendi lainnya adalah yang mengandung asam lemak omega-6.
Makanan dengan kandungan asam lemak omega-6 dapat ditemukan dalam makanan ringan, makanan yang digoreng, margarin, kuning telur, daging berlemak, serta jenis minyak tertentu.
Beberapa jenis minyak yang mengandung asam lemak omega-6 adalah minyak jagung, minyak bunga matahari, minyak kedelai, minyak sayur, minyak biji anggur, dan minyak biji kapas.
Bahkan, makanan kemasan yang kerap Anda beli di swalayan ternyata bisa mengandung asam lemak omega-6 sebanyak 25 kali lebih tinggi daripada kadar omega 3-nya.
Jika asupan asam lemak omega-6 dikonsumsi secara berlebihan dapat meningkatkan risiko peradangan kronis dan memengaruhi kesehatan persendian Anda.
Ini sebabnya, orang-orang yang mengalami rematik disarankan untuk membatasi asupan makanan tinggi omega-6.
Apakah Anda penggemar produk olahan susu? Jika Anda pernah mengalami nyeri sendi, sebaiknya lebih berhati-hati dalam mengonsumsi produk olahan susu.
Pasalnya, jenis protein tertentu di dalam makanan olahan produk susu bisa menjadi penyebab nyeri sendi dan peradangan lainnya. Bagi sebagian orang, protein dalam produk olahan susu bisa mengiritasi area sekitar sendi.
Namun, ada hasil penelitian yang bertentangan terhadap pernyataan tersebut. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa susu mengandung efek antiradang.
Nah agar lebih aman, bagi Anda yang memiliki alergi terhadap protein hewani, ada baiknya untuk mendapatkan sumber protein nabati lain yang berasal dari sayur bayam, tahu, kacang-kacangan, lentil, quinoa, dan lainnya.
Selain makanan penyebab nyeri sendi, ada pula jenis minuman yang dapat meningkatkan risiko nyeri sendi, yaitu minuman bersoda.
Minuman bersoda mengandung banyak tambahan gula dan pengawet. Kandungan tersebut yang dapat meningkatkan risiko diabetes hingga penyakit jantung.
Selain itu, menurut riset yang dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition, konsumsi gula berlebihan dari minuman bersoda dapat memicu pelepasan zat pemicu peradangan yang dikenal dengan sitokin.
Ketika peneliti menyimpulkan data dari dua penelitian berbeda dengan rentang uji selama 30 tahun, ditemukan adanya hubungan antara konsumsi soda dan risiko nyeri sendi, seperti arthritis.
Perempuan yang minum satu kaleng soda atau lebih dalam sehari berisiko 63% lebih tinggi untuk mengalami arthritis dibandingkan perempuan yang tidak minum soda sama sekali.
Bagi Anda yang memiliki riwayat mengalami nyeri sendi, alangkah baiknya untuk mengonsumsi beberapa jenis makanan di bawah ini:
Salah satu pilihan makanan untuk penderita nyeri sendi yang baik dikonsumsi adalah sayuran yang berasal dari famili Cruciferous. Misalnya, brokoli, kembang kol, kale, dan kubis, yang banyak mengandung antioksidan, vitamin, dan serat.
Para peneliti mempelajari efek sulphoraphane, yaitu senyawa antioksidan pada kelompok sayuran Cruciferous, yang dapat memblokir enzim penyebab nyeri sendi dan peradangan.
Hal tersebut tentu baik bagi para penderita nyeri sendi serta para atlet olahraga yang kerap memberi banyak tekanan pada persendian.
Bumbu dan rempah-rempah, seperti kunyit dan jahe, dikenal bermanfaat bagi tubuh karena kandungan antiradang di dalamnya. Bahkan, sebuah studi menyebutkan bahwa konsumsi kunyit dapat mencegah kekambuhan rheumatoid arthritis pada penderitanya.
Nah, Anda dapat menambahkan berbagai bumbu dan rempah-rempah dalam masakan sehari-hari yang dikonsumsi guna mencegah kekambuhan nyeri sendi.
Teh hijau merupakan salah satu jenis minuman sehat yang bermanfaat bagi tubuh. Kandungan senyawa polifenol dari teh hijau memiliki sifat antiradang yang dipercaya dapat mencegah kekambuhan gejala penyakit pada penderita nyeri sendi.
Baca Juga
Mengatur pola makan yang tepat dengan menghindari makanan penyebab nyeri sendi dapat membantu mencegah kekambuhan sendi nyeri di kemudian hari. Namun, pastikan berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu guna mendapatkan pilihan makanan untuk penderita nyeri sendi yang tepat.
Advertisement
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Obat asam urat di apotik yang berguna menurunkan kadar asam urat dan mencegah serangan kembali, seperti OAINS, kortikosteroid, allopurinol, probenecid, dll.
Uric acid adalah senyawa yang harus dibuang melalui urine. Penderita asam urat umumnya akan merasa nyeri pada area sendi
Kompres hangat dan kompres dingin sama-sama memiliki manfaat untuk mengatasi kondisi medis tertentu. Namun demikian, penting untuk memahami perbedaan keduanya, agar dapat menerapkan fungsi kedua jenis kompres ini secara optimal.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Denny Sutanto
Dijawab oleh dr. Pany
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved