0
19 Mar 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Makanan basi bisa menyebabkan keracunan
Table of Content
Makanan basi adalah jenis makanan yang mengalami perubahan kondisi sehingga terjadi penurunan kualitas dan kelayakan untuk dikonsumsi. Hal ini terjadi karena makanan disimpan dalam suhu yang memungkinkan bakteri untuk berkembang dan merusak makanan.
Advertisement
Pada umumnya, orang-orang enggan untuk mengonsumsi makanan basi karena kondisinya yang tidak mengunggah selera dan ditakutkan berbahaya bagi kesehatan. Namun, sebetulnya makanan basi tidak selalu menyebabkan bahaya.
Pasalnya, jenis mikroorganisme penyebab makanan basi tidak membahayakan kesehatan. Walaupun demikian, kemungkinan keracunan makanan basi tetap ada, yaitu saat bakteri merugikan penyebab penyakit (patogen) turut mengontaminasi dan merusak makanan. Selain bakteri, keracunan makanan juga dapat disebabkan oleh parasit dan virus.
Sejumlah perubahan yang dapat Anda kenali saat makanan menunjukkan tanda-tanda menjadi basi, di antaranya:
Walaupun konsumsi makanan basi tidak selalu menyebabkan gangguan kesehatan, keracunan makanan basi bisa terjadi jika Anda mengonsumsi makanan yang terkontaminasi patogen. Patogen yang menginfeksi makanan dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit.
Gejala keracunan makanan basi yang paling umum adalah sakit perut, kram perut, demam, diare, mual, dan muntah. Gejala ini juga dapat muncul saat Anda mengonsumsi minuman yang terkontaminasi patogen, misalnya saat keracunan susu basi.
Untuk kondisi yang parah, keracunan makanan dapat menyebabkan dehidrasi karena banyaknya nutrisi dan cairan yang terbuang. Selain organ pencernaan, keracunan makanan basi juga dapat menginfeksi dan menimbulkan dampak buruk pada organ tubuh lainnya. Gejala yang timbul tergantung pada bagian organ yang terinfeksi.
Baca Juga
Ketika Anda mengalami keracunan makanan, sebaiknya jangan langsung panik. Kasus keracunan makanan umumnya berlangsung selama 1-2 hari dan dapat sembuh sendiri tanpa harus dirawat di rumah sakit. Meski demikian, ada beberapa situasi yang patut diwaspadai dan harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.
Cara mengatasi keracunan makanan basi yang paling utama adalah banyak beristirahat dan menjaga asupan cairan tubuh agar tidak dehidrasi. Usahakan untuk tetap makan saat Anda merasa sanggup. Mulailah dari makanan yang tawar, kecil, ringan dan bebas lemak, seperti nasi, pisang, atau roti.
Jika Anda juga mengalami muntah dan/atau diare terus-menerus, cara mengobati keracunan makanan basi dapat ditambah dengan mengonsumsi oralit. Khususnya, untuk pasien berusia lanjut atau memiliki kondisi kesehatan yang rentan.
Jika Anda mengalami sejumlah hal berikut saat mengalami keracunan makanan basi, sebaiknya segera bawa diri Anda ke rumah sakit terdekat:
Jika Anda harus mendapatkan perawatan medis, dokter umumnya akan meresepkan obat pereda mual dan muntah sebagai cara mengobati keracunan makanan basi. Dokter juga dapat meresepkan antibiotik, tapi hanya untuk beberapa kasus tertentu.
Selain itu, untuk pasien dengan kondisi kesehatan tertentu, jenis pengobatan dan perawatan yang diberikan untuk kasus keracunan makanan basi harus disesuaikan.
Jika Anda punya pertanyaan seputar makanan sehat, Anda bisa bertanya langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh aplikasi SehatQ sekarang di App Store atau Google Play.
Advertisement
Referensi
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Monogliserida adalah jenis gliserida yang digunakan sebagai pengemulsi makanan. Monogliserida umumnya dianggap aman sebagai zat aditif produk-produk olahan.
Ngidam makanan manis muncul karena terbiasa mengonsumsi makanan manis, stres, dan kurang tidur. Cara mengatasi bisa dengan perbanyak mengonsumsi air putih.
Makanan beracun bisa ada di sekitar kita dan dianggap tak berbahaya. Tanpa disadari ada makanan beracun yang berisiko dan bahayanya kerap tidak disadari. 7 makananan ini ternyata beracun dan sering dianggap tak berbahaya.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Sylvia V
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh Tim Dokter Sehatq
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
Kumpulan Artikel dan Forum
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved