Social butterfly adalah istilah untuk seseorang yang mempunyai kemampuan bersosialisasi yang tinggi. Mereka dapat bergaul dengan mudah dengan berbagai jenis orang. Mudah menyesuaikan diri dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial yang lainnya. Persis kupu-kupu yang mudah hinggap dari bunga satu ke bunga yang lain.
2023-03-30 01:21:02
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Seorang social butterfly suka berkumpul bersama orang lain
Table of Content
Adakah orang di sekitar Anda yang selalu menjadi pusat perhatian dan seakan mendapat suntikan energi jika sedang bertemu banyak orang? Bisa jadi, mereka adalah social butterfly. Layaknya kupu-kupu, orang dengan karakter social butterfly bisa hinggap dari satu kehidupan sosial ke lainnya dengan lincah.
Advertisement
Namun di sisi lain, jangan heran jika melihat orang social butterfly seakan hidup dalam dunianya sendiri. Seakan-akan hal yang paling penting adalah dirinya sendiri. Ini pula yang membuat social butterfly kerap gagal mempertahankan komitmen atau hubungan dalam jangka waktu lama.
Kata social butterfly berasal dari bahasa Latin “socius” yang berarti “teman”. Itulah mengapa ciri-ciri utama social butterfly adalah bisa berteman dengan banyak orang sama seperti kupu-kupu yang bisa hinggap di mana saja. Bahkan, meskipun tidak ada kesamaan hobi atau latar belakang yang biasanya mendekatkan orang dengan kelompok tertentu.
Jika menghubungkan bagaimana cara social butterfly berinteraksi dengan cara kerja otak, ternyata ada refleksi dari lingkungan sosial yang dihadapi sehari-hari.
Penelitian ini digagas untuk riset pascadoktoral mahasiswa Oxford University Maryan Noonan. Ide utamanya adalah untuk mengetahui apakah kinerja otak yang membuat seseorang menjadi social butterfly, atau sebaliknya?
Dalam penelitiannya, 18 partisipan berusia antara 27-70 tahun ditanyai berapa orang yang telah diajak interaksi dalam 7-30 hari terakhir. Kontak sosial ini bisa berupa apapun, tak harus bertemu langsung. Bisa juga dalam bentuk email atau telepon.
Meski masih kesimpulan awal, Noonan menemukan bahwa otak bekerja menyesuaikan dengan seberapa sosial seseorang berinteraksi. Artinya, otak beradaptasi terhadap semua kebutuhan dan kemampuan seseorang.
Temuan lain dari seorang profesor University of Rochester Medical Center di New York, social butterfly terutama yang berusia 60 tahun ke atas bisa saja menyimpan depresi dalam dirinya. Entah itu karena trauma atau pengalaman kehilangan.
Baca Juga
Meski demikian, lagi-lagi karena begitu supelnya social butterfly berinteraksi dengan orang lain, depresi ini cenderung tersimpan dan tidak terdeteksi.
Sangat mudah mengetahui ciri-ciri social butterfly karena mereka akan selalu terlihat mencolok di kehidupan sosial. Beberapa cirinya adalah:
Jangan berharap social butterfly bisa memiliki lingkaran pertemanan atau persahabatan dalam jangka panjang. Mereka justru lebih sering terlihat bergaul dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Bahkan, meski tak ada kesamaan dari kelompok yang didekati, bukan masalah bagi social butterfly.
Tentu saja, social butterfly suka menjadi pusat perhatian. Ketika ada topik obrolan, mereka akan mendominasi dengan karakter yang khas. Contohnya tampak ceria atau bersemangat.
Social butterfly tidak terpaku pada satu pilihan sehingga mereka bisa dengan mudah berubah pikiran. Bahkan, perubahan pikiran ini bisa terjadi hanya dalam hitungan menit. Sayangnya, hal ini bisa membuat mereka tidak memahami betul pengertian tanggung jawab karena pikiran yang kurang konsisten.
Jangan kaget dengan betapa impulsifnya social butterfly saat mengambil keputusan. Social butterfly tidak akan ragu mengambil keputusan yang sangat spontan, bahkan yang berdampak besar sekalipun. Ini juga terkait dengan kegemaran mereka bereksperimen seperti mencoba gadget termutakhir, potongan rambut terbaru, fesyen, dan banyak lagi.
Social butterfly sulit menerima fakta kesendirian. Bahkan, rasa kesepian bisa membuat mereka merasa depresi. Meski demikian, terkadang orang di sekitarnya tidak tahu menahu bahwa si social butterfly mengalami depresi. Ingat, orang yang tampak bahagia dan supel belum tentu kebal dari depresi.
Kaum rebahan bisa jadi heran dengan betapa padatnya jadwal sehari-hari social butterfly. Mereka tidak segan bangun pagi dan baru pulang ke rumah larut malam setelah seharian bersosialisasi. Justru, mereka mendapatkan energi dari bertemu orang lain dan tidak merasa kelelahan karenanya.
Social butterfly belum tentu bisa menyikapi kritik dari orang lain dengan lapang dada. Terlebih, mereka terbiasa menjadi pusat perhatian dan pembawa suasana setiap kali berada di tengah pergaulan sosial.
Social butterfly juga terkadang dikenal sering bergonta-ganti pasangan. Ini terjadi salah satunya karena mereka terbiasa dengan perubahan yang begitu spontan, termasuk dari pasangan masing-masing. Konsekuensi bukan hal yang menyeramkan bagi mereka, artinya tak ada masalah mengakhiri hubungan dan berpindah hati ke orang lain apabila dirasa tidak pas.
Sebagai seorang social butterfly, tentu mereka tak ingin penampilannya biasa-biasa saja seperti orang kebanyakan. Itulah mengapa mereka bisa menghabiskan waktu cukup lama untuk memilih pakaian apa yang dikenakan hari ini, atau mencuri pandang ke kaca memastikan penampilan mereka paripurna.
Baca Juga
Bukan perkara benar atau salah menjadi seorang social butterfly atau dekat dengan orang seperti ini. Hanya saja, apabila Anda memiliki hubungan cukup dekat dengan social butterfly, antisipasi saja berbagai kejutan yang mungkin muncul dari mereka.
Selain itu, garis bawahi bahwa social butterfly sekalipun belum tentu kebal dari depresi atau rasa kesepian. Apabila gejala depresi ini sudah terlihat mengkhawatirkan, jangan remehkan untuk memeriksakan kesehatan mental.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Apa itu logical fallacy? Logical fallacy atau sesat pikir adalah kesalahan penalaran yang menciptakan argumen tidak benar. Argumen ini biasanya tidak berdasarkan bukti atau fakta ilmiah dan bersifat memengaruhi orang lain.
Manfaat olahraga sebelum tidur di malam hari adalah hal yang masih menjadi perdebatan. Konon jika dilakukan pada malam hari, olahraga dapat mengganggu kualitas tidur seseorang, terutama ketika Anda memiliki gangguan tidur.
Labeling adalah pemberian cap terhadap perilaku seseorang yang bisa berujung sebagai stigma. Labeling berlebihan dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved