Dulu, lobotomi cukup populer sebagai obat untuk menangani penyakit mental. Bukan hanya kontroversial, lobotomi juga cukup mengerikan. Prosedur bedah otak ini bertujuan untuk memisahkan jalur saraf satu belahan otak dengan lainnya.
2023-03-20 09:53:37
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Alat untuk prosedur lobotomi
Table of Content
Sempat menuai kontroversi luar biasa, prosedur lobotomi cukup populer sebagai obat untuk menangani penyakit mental. Bukan hanya kontroversial, lobotomi juga cukup mengerikan. Prosedur bedah otak ini bertujuan untuk memisahkan jalur saraf satu belahan otak dengan lainnya.
Advertisement
Dulunya lobotomi umumnya diterapkan pada orang dengan gangguan depresi dan ingin bunuh diri, obsessive compulsive disorder, dan skizofrenia. Namun sejak tahun 1950an, praktik ini tidak lagi dilakukan bersamaan dengan ditemukannya obat antidepresan.
Untuk menggambarkan betapa horornya prosedur lobotomi, orang sering mendeskripsikannya sebagai berikut: Menusukkan jarum ke dalam otak dan memutarnya. Dulu, metode ini dipuja-puja sebagai salah satu obat ajaib nan ampuh untuk masalah kesehatan mental.
Alat yang digunakan cukup sederhana, disebut orbitoclast dan terbuat dari besi. Salah satu alat berbentuk seperti palu, sementara satunya seperti alat bor panjang.
Bagaikan mengebor tembok, hanya saja dalam lobotomi pembedahan dilakukan ke frontal lobe otak. Ya, ini adalah bagian otak yang mengatur tentang cara berpikir rasional. Dulu, seluruh masalah gangguan mental dianggap berakar dari masalah di bagian otak satu ini.
Lebih lanjut, lobotomi bertujuan untuk memisahkan jalur saraf di bagian otak depan ini dengan area lainnya. Dokter bedah melakukannya dengan memasukkan alat ini ke dalam tengkorak, lalu menggesernya dari satu sisi ke sisi lainnya demi memutuskan koneksi saraf.
Selain Freeman, ahli saraf asal Portugis bernama António Egas Moniz lebih dulu melakukannya setahun sebelumnya. Metode yang dilakukannya bukan hanya membolongi tengkorak saja, namun juga disertai dengan memasukkan cairan alkohol absolut ke otak. Tujuannya demi menghancurkan jaringan otak.
Lebih lanjut, setelah Freeman melakukan uji coba prosedur lobotomi, 20 pasien langsung mengalami perbaikan luar biasa setelah menjalani lobotomi. Dari situlah sejak pertama kali dilakukan oleh ahli saraf Walter Freeman di AS pada tahun 1936, prosedur ini mulai menyebar ke penjuru dunia.
Bahkan, prosedur yang dinilai ajaib ini dilakukan lebih dari 1.000 kali sepanjang tahun di Inggris. Sementara di AS, lebih dari 50.000 pasien mencoba prosedur lobotomi pada rentang tahun 1949-1952.
Banyak penyakit yang diobati dengan prosedur ini, mulai dari skizofrenia, depresi, hingga gangguan kompulsif. Usia pasien beragam, yang termuda adalah anak berusia 4 tahun.
Jika Anda bergidik ngeri membayangkan otak seakan “dibor”, pada masa itu tidak banyak pilihan lain. Alternatifnya bahkan jauh lebih mengerikan, mulai dari dibebat dengan straitjacket, dipasung, hingga menjadi sasaran kekerasan fisik.
Lobotomi juga sempat menjadi primadona karena menjadi pilihan selain harus menghabiskan seumur hidup di rumah sakit jiwa.
Hebatnya lagi, prosedur ini hanya perlu waktu lima menit hingga tuntas. Bahkan, lebih singkat dari prosedur menambal sebuah gigi.
Beberapa alasan lain yang membuat praktik barbar ini menjadi begitu populer adalah institusi kejiwaan yang begitu padat. Pada tahun 1937, ada lebih dari 450.000 pasien di 477 lembaga semacam rumah sakit jiwa.
Sebenarnya, ide memasukkan jarum panjang ke otak dan mengaduk-aduknya bukan hal yang menyenangkan bagi siapapun. Memikirkannya saja bisa membuat orang bergidik ngeri.
Namun, seiring dengan popularitasnya, makin banyak terlihat hasil kurang efektif. Utamanya, pada pasien dengan skizofrenia. Dari ratusan pasien, beberapa tidak merasakan perubahan. Bahkan, ada yang kondisinya kian parah.
Kemudian pada pertengahan tahun 1950, lobotomi tidak lagi menjadi primadona karena hasil yang buruk kian sering muncul. Di saat yang sama, telah mulai diperkenalkan obat psikiatri yang lebih efektif.
Banyak dokter bedah saraf yang sepakat dengan dihapuskannya prosedur lobotomi dari dunia medis. Sebab, orang-orang yang telah menjalani lobotomi tidak pernah mendapatkan tindak lanjut menyeluruh. Tidak ada yang menanyakan bagaimana kondisi mereka berbulan-bulan atau bertahun-tahun kemudian.
Bahkan, muncul efek samping pada sifat dan perilaku pasien. Utamanya, yang berkaitan dengan inisiatif, empati, kesulitan berbicara, kejang, dan kemampuan untuk berpikir secara mandiri.
Kini, prosedur lobotomi sudah sangat langka diterapkan. Terlebih dengan banyaknya inovasi medis untuk kesehatan mental. Mulai dari obat antidepresan, obat psikiatri, hingga terapi kognitif dan semacamnya.
Efektivitas pilihan penanganan masalah kesehatan mental kini lebih tinggi pula dibandingkan dengan lobotomi yang rentan menimbulkan efek samping. Bahkan jika ada yang masih melakukan lobotomi, metodenya pasti sudah berbeda sepenuhnya.
Terlepas dari itu, apa yang dilakukan dua ahli saraf asal AS dan Portugis ini membuka jalan terhadap bentuk bedah psikologis seperti stimulasi otak dalam untuk mengobati OCD dan masalah saraf seperti penyakit Parkinson.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar pilihan metode penanganan masalah mental yang ada saat ini, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Nephophobia adalah rasa takut terhadap awan. Ini bisa terjadi karena pengalaman traumatis dengan cuaca buruk.
Tak harus lewat suplemen, ada banyak makanan dan minuman vitamin C yang bisa memenuhi kebutuhan secara alami. Beberapa di antaranya adalah, jus tomat, jus cranberry, jus jeruk, jus kiwi, jus stroberi, dan masih banyak lagi.
Jenis introvert ternyata sangatlah beragam dan dapat berbeda satu sama lain. Menurut ahli, ada empat tipe introvert, antara lain social introvert, anxious introvert, thinking introvert, dan restrained introvert.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved