Vaksin japanese encephalitis wajib diberikan kepada anak terutama bagi yang tinggal di area endemik virus japanese encephalitis seperti Asia Tenggara dan Asia Pasifik.
3 Mei 2023
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Vaksin JE dapat diberikan pada anak usia 2-16 tahun
Table of Content
Vaksin JE atau Japanese encephalitis telah disetujui digunakan orang berusia 17 tahun ke atas sejak Maret 2009 lalu. Kemudian pada Mei 2013, dinyatakan bahwa vaksin JE dapat diberikan pada anak berusia 2-16 tahun. Tujuannya adalah untuk perlindungan terhadap penyakit radang otak atau Ensefalitis.
Advertisement
Virus Japanese encephalitis ini ditemukan pada babi dan burung. Penularannya terjadi lewat nyamuk yang menggigit hewan-hewan terinfeksi tersebut, terutama di Asia Tenggara dan negara-negara Kepulauan Pasifik bagian barat. Jika parah, orang yang terkena virus ini dapat mengalami penyakit radang otak.
Penularan penyakit JE paling rentan terjadi saat musim hujan. Sementara untuk negara-negara Asia dengan 4 musim, biasanya penyakit JE lebih banyak terjadi di musim panas dan gugur.
Baca Juga
Pemberian vaksin JE sangat penting terutama bagi mereka yang tinggal di negara-negara rentan penyakit Japanese encephalitis. Ada beberapa golongan orang yang direkomendasikan mendapatkan vaksinasi JE, terutama orang yang tinggal atau berkunjung dalam waktu lama ke negara endemik virus JE di Asia.
Gejala orang yang terkena virus JE sangat mirip dengan flu, sehingga kerap dianggap sebagai penyakit biasa. Meski demikian, pada kasus yang lebih langka dengan skala 1:250, virus JE dapat berkembang menjadi infeksi radang otak.
Bahkan, hal ini dapat terjadi dalam rentang waktu antara 5 - 15 hari sejak terinfeksi.
Beberapa gejala orang yang terkena virus JE di antaranya:
Pada kasus yang parah, selain terjadinya radang otak bisa juga menyebabkan kematian. Untuk itu, pemberian vaksin JE sangatlah penting terutama bagi orang-orang yang berada di wilayah endemik virus JE.
Menurut IDAI, pelaksanaan imunisasi JE di Indonesia dilaksanakan dengan sasaran anak usia 9 bulan hingga 15 tahun. Vaksin JE yang digunakan adalah jenis virus hidup yang dilemahkan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian dosis tunggal vaksin JE untuk area endemis. Sebagai perlindungan jangka panjang, pasien dapat diberikan booster 1-2 tahun berikutnya.
Vaksin JE juga direkomendasikan untuk wisatawan yang akan tinggal selama lebih dari 1 bulan di daerah endemis.
World Health Organization atau WHO mengestimasikan setidaknya ada 68.000 kasus penyakit Japanese encephalitis setiap tahunnya di penjuru dunia. Untuk itu, sebaiknya orang-orang yang tinggal di area seperti peternakan babi atau sawah perlu mendapatkan vaksin JE ini, bisa dimulai sejak usia anak masih 2 tahun hingga dewasa.
Perlu diingat bahwa dari kasus penyakit JE di seluruh dunia, 75% paling banyak menyerang anak yang berusia di bawah 15 tahun. Artinya, pemberian vaksin JE lebih cepat akan lebih baik.
Para pelancong yang akan mengunjungi negara-negara endemik virus JE juga sebaiknya segera mendapatkan vaksin JE sebelum berangkat. Terlepas dari hanya berlibur singkat atau memang tinggal dalam jangka waktu bulanan hingga tahunan, sebaiknya membekali diri dengan vaksin JE.
Mendapatkan vaksinasi JE bukan berarti telah menutup semua celah terinfeksi penyakit tersebut. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi terinfeksi penyakit JE, seperti:
Jadi, siapa pun yang merasa berada di area yang endemik virus JE, sangat dianjurkan mendapat vaksin JE. Efek samping yang dirasakan hanya sementara seperti rasa pegal dan sakit, atau pusing dan nyeri otot. Namun terlepas dari efek samping tersebut, manfaat dari vaksin JE jauh lebih besar.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Bahkan penyakit ini bisa berkembang dengan cepat dan membahayakan penderitanya. Cara pencegahan malaria dapat dilakukan dengan mengonsumsi obat anti malaria dan mengoleskan krim anti nyamuk.
Meningkatnya kasus Covid-19 belakangan ini membuat orangtua semakin khawatir terhadap kesehatan anak. Vaksinasi terhadap anak diharapkan dapat melindungi anak dari infeksi virus Covid-19.
Infeksi otak adalah kondisi jaringan otak yang terinfeksi patogen sehingga terjadi peradangan. Ada dua jenis infeksi otak yang biasa terjadi, yakni meningitis dan ensefalitis. Gejala, penyebab, dan penanganan kedua penyakit otak ini umumnya berbeda.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved