Emboli air ketuban adalah kondisi dimana air ketuban masuk dan bercampur ke dalam sistem peredaran darah ibu hamil. Kondisi yang bisa terjadi saat atau setelah proses persalinan ini biasanya sulit dicegah dan bisa memicu komplikasi berbahaya bagi ibu maupun bayinya.
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
17 Jan 2020
Emboli air ketuban terjadi ketika cairan ketuban masuk ke dalam aliran darah ibu
Table of Content
Emboli air ketuban adalah saat cairan ketuban yang melindungi bayi dalam kandungan selama kehamilan masuk ke sirkulasi darah ibu.
Advertisement
Kondisi yang bisa terjadi saat atau setelah proses persalinan ini biasanya sulit dicegah dan bisa memicu komplikasi berbahaya bagi ibu maupun bayinya.
Selain langka, kondisi ini juga cukup sulit didiagnosis.
Apabila seorang ibu hamil mengalaminya, dokter akan mengambil tindakan darurat karena risiko komplikasinya mengancam nyawa.
Emboli cairan ketuban cukup berbahaya karena terjadi sangat cepat dan tiba-tiba. Beberapa ciri-ciri emboli air ketuban adalah:
Penyebab emboli air ketuban adalah trauma yang menyebabkan pembatas plasenta rusak.
Saat hal ini terjadi, sistem kekebalan tubuh akan bereaksi yang dapat menyebabkan sirkulasi darah terhambat hingga pembekuan darah tidak normal pada paru-paru ibu.
Meski demikian, bahkan ada pula kasus air ketuban masuk ke sirkulasi darah ibu dan tidak menyebabkan masalah apa-apa.
Hingga kini, masih belum jelas mengapa pada beberapa ibu yang mengalami reaksi drastis saat terjadi emboli cairan ketuban.
Begitu langkanya, hanya ada kemungkinan 1-12 kali pada setiap 100.000 persalinan.
Bahkan, Mayo Clinic menyatakan, sulit merunut atau mengidentifikasi apa saja faktor risikonya.
Namun beberapa kondisi di bawah ini bisa menyebabkan ibu hamil lebih berisiko mengalami emboli pada air ketuban, seperti:
Usia ibu di atas 35 tahun saat melahirkan bisa meningkatkan risiko mengalami komplikasi kehamilan ini
Adanya masalah pada plasenta juga bisa meningkatkan risiko terjadinya emboli pada cairan ketuban.
Contoh kondisi tidak normal adalah saat plasenta menutupi serviks atau terlepas dari dinding rahim beberapa saat sebelum persalinan.
Kondisi ini bisa menyebabkan pembatas fisik antara ibu dan bayinya rusak.
Memiliki tekanan darah terlalu tinggi dan kelebihan protein dalam urine setelah usia 20 minggu kehamilan juga bisa meningkatkan risiko mengalami emboli cairan ketuban
Persalinan dengan metode operasi seperti C-section atau ekstraksi vakum bisa meningkatkan risiko ibu mengalami emboli pada air ketuban.
Prosedur-prosedur medis ini bisa merusak pembatas fisik antara ibu dan janin. Meski demikian, masih belum jelas betul apakah persalinan dengan operasi adalah faktor risiko terjadinya kondisi ini.
Kondisi air ketuban berlebihan juga bisa meningkatkan risiko mengalami emboli air ketuban
Meski tergolong kondisi yang langka, emboli air ketuban adalah kondisi yang bisa membahayakan dan perlu segera ditangani oleh dokter.
Jika tidak segera diberikan penanganan, ibu yang mengalami komplikasi ini berisiko mengalami komplikasi serius, seperti kerusakan otak, syok, gagal napas, dan henti jantung.
Untuk menangani kondisi emboli air ketuban, dokter dan tim medis akan melakukan beberapa langkah penanganan seperti:
Komplikasi ini bisa memicu aliran darah pada ibu dan janin menjadi terhambat. Hal ini akan mengakibatkan ibu dan janin kekurangan asupan oksigen.
Oleh karena itu, dokter biasanya akan memberikan tambahan oksigen dari luar.
Selain bisa membantu ibu untuk bernapas dengan normal, terapi oksigen juga penting dilakukan untuk menjaga pasokan oksigen pada organ-organ vital, seperti jantung, paru-paru dan otak, agar tetap bisa berfungsi dengan baik.
Bila terjadi henti napas ataupun henti jantung karena emboli pada ketuban, dokter akan melakukan tindakan resusitasi jantung paru.
Emboli cairan ketubandapat menyebabkan perdarahan yang berat dan tergolong sulit dihentikan selama persalinan atau setelahnya.
Untuk dapat mengganti darah yang hilang tersebut, dokter umumnya akan memberikan transfusi darah.
Dokter akan memberikan obat-obatan dengan tujuan untuk mengatasi gangguan yang terjadi akibat emboli air ketuban.
Contohnya, jika ini menimbulkan gangguan jantung pada ibu, dokter akan memberikan obat-obatan untuk memperkuat fungsi jantung.
Sementara itu, saat mengatasi perdarahan parah, dokter juga memberikan obat-obatan untuk menghentikan perdarahan.
Pada kasus tertentu, dokter mungkin juga akan memberikan obat-obatan kortikosteroid untuk mengobati kondisi ini.
Kondisi emboli air ketuban adalah salah satu kondisi kegawatan pada persalinan atau kehamilan yang umumnya membutuhkan perawatan intensif dan pemantauan ketat di ruang ICU.
Bayi yang lahir dari ibu dengan kondisi ini pun juga biasanya perlu dipantau di NICU, khususnya jika kondisinya dinilai tidak stabil.
Supaya risiko terjadinya komplikasi ini dapat terdeteksi sejak dini dan diantisipasi, ibu hamil sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter kandungan atau ke bidan.
Untuk mengurangi risiko di masa kehamilan, ibu hamil juga perlu menjalani persalinan di fasilitas layanan kesehatan yang memadai, seperti di rumah sakit atau di klinik bersalin.
Selain itu, pastikan dokter dan tim medis lainnya juga memantau saluran pada tubuh ibu, seperti saluran pernapasan, pencernaan, dan darah.
Emboli cairan ketuban bisa menjadi sangat fatal, baik bagi ibu hamil maupun janinnya. Menurut Amniotic Fluid Embolism (AFE) Foundation, setidaknya dalam 50% kasus, sang ibu bisa meninggal dunia 1 jam setelah gejala muncul.
Bahkan seorang ibu yang pernah mengalaminya, ini juga bisa mengalami komplikasi jangka panjang, dan berisiko pada kehamilan berikutnya.
Sementara bagi janin, sekitar 30% tidak bisa bertahan menurut penelitian Journal of Anesthesiology Clinical Pharmacology tahun 2016 lalu. Sekitar 65% janin meninggal dalam kandungan akibat kasus ini.
Sayangnya, ini tidak bisa dicegah. Bahkan, belum tentu tenaga medis atau dokter kandungan Anda bisa memprediksi terjadinya kondisi gawat ini.
Itulah mengapa ibu hamil yang pernah mengalaminya direkomendasikan untuk mendiskusikan detail risiko-risiko dengan dokter kandungan yang mungkin terjadi apabila merencanakan kehamilan berikutnya.
Anda juga bisa konsultasi secara gratis dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Ditulis oleh Azelia Trifiana
Referensi
Artikel Terkait
Keluar flek coklat saat hamil 9 bulan tapi tidak mules umumnya muncul setelah berhubungan seks atau menjalani pemeriksaan internal oleh dokter. Tak boleh dibiarkan, kondisi ini harus segera ditangani.
28 Apr 2023
Nifedipine untuk ibu hamil dikhawatirkan dapat meracuni hingga mengganggu perkembangan dan fungsi organ janin. Konsumsi obat ini haruslah di bawah pengawasan dokter, agar bisa berfungsi dengan baik, salah satunya untuk mengatasi hipertensi saat hamil.
12 Jan 2021
Hamil di usia 50 tahun sangat mungkin terjadi, meskipun membutuhkan persiapan dan perawatan lebih, serta berisiko terhadap kesehatan ibu dan janin.
21 Agt 2023
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved