Gangguan psikologis yang dapat timbul pada korban bullying bisa beragam. Salah satunya yaitu post traumatic stress disorder (PTSD). PTSD pada korban bullying bisa ditandai dengan berbagai ciri yang bisa dikenali sejak dini, seperti mengalami mimpi buruk, depresi, dan gangguan mental.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
18 Jun 2019
PTSD bisa timbul pada korban bullying, yang ditandai dengan rasa cemas berlebih, dan sering mimpi buruk
Table of Content
Selama ini, post traumatic stress disorder (PTSD) belum banyak dikaitkan sebagai akibat dari perilaku bullying. PTSD, selama ini dianggap lebih banyak dialami orang dewasa, atau veteran militer yang baru pulang berperang. Padahal, kondisi traumatik juga bisa menimpa korban bullying, termasuk anak-anak.
Advertisement
Bullying bisa mengakibatkan dampak yang bertahan dalam jangka waktu lama pada korbannya. Selain itu, perilaku bullying ini juga bisa menyebabkan gangguan kecemasan, depresi, gangguan tidur, dan membuat korbannya menjadi lebih mudah merasa ketakutan.
Baca Juga
Korban bullying bisa merasakan akibat perilaku ini secara fisik maupun mental. Korban akan terbiasa merasakan emosi seperti rasa takut, marah, tidak berdaya, dan sulit menemukan jalan keluar dari masalahnya.
Kondisi-kondisi yang dialami di atas, erat kaitannya dengan PTSD. Sehingga, menguatkan kemungkinan bahwa korbang bullying berisiko lebih besar terkena PTSD di kemudian hari. PTSD dikategorikan sebagai gangguan kecemasan yang ditandai dengan tiga gejala umum berikut ini.
Salah satu tanda korban bullying mulai mengalami PTSD adalah terus-menerus mengalami mimpi buruk, yang berkaitan dengan kejadian bullying yang dialami. Selain itu, korban juga umumnya senantiasa melakukan flashback ke kejadian yang membuatnya trauma.
Korban juga bisa merasa sesak napas atau perut terasa seperti terlilit, saat melihat sesuatu yang menyerupai pelaku bullying.
Jika bullying terjadi di sekolah, maka korban umumnya kemudian menolak masuk sekolah. Begitu juga halnya, apabila bullying terjadi di tempat-tempat lain.
Korban bullying sudah mengasosiasikan tempat maupun situasi tersebut, menjadi sesuatu yang tidak aman untuk dirinya. Umumnya, ia akan merasa terancam jika harus pergi ke lokasi terjainya bullying.
Korban bullying yang mengalami PTSD, akan menjadi lebih sensitif jika melihat, mendengar, atau mengalami hal yang berkaitan atau mirip dengan kejadian traumatis yang dialaminya.
Sebagai contoh, jika pada saat bullying terjadi sering terdengar suara lonceng, maka korban akan mengasosiasikan bunyi lonceng dengan kejadian traumatis tersebut. Sehingga, pendengarannya akan menjadi lebih sensisitif jika mendengar suara lonceng atau bahkan barang lain, yang terdengar mirip dengan bunyi lonceng.
Selain PTSD, berbagai gejala gangguan psikologis lain juga bisa muncul pada korban bullying, seperti:
Tidak hanya secara psikologis, perilaku bullying juga bisa memicu gangguan secara fisik pada korbannya, seperti:
Gejala-gejala di atas, jika terjadi pada anak-anak, bisa terus bertahan hingga dewasa. Karena itu, perlu dilakukan pencegahan bullying, yang dibangun dari kerjasama antara guru, orangtua, serta anak.
Orangtua juga perlu lebih waspada dalam mengenali perubahan perilaku anak, agar dapat melakukan penanganan dan pendampingan segera, apabila anak menjadi korban bullying.
Advertisement
Ditulis oleh Nina Hertiwi Putri
Referensi
Artikel Terkait
Thalassophobia adalah fobia terhadap laut. Cara mengatasi kondisi ini bisa dilakukan dengan menjalani terapi perilaku kognitif, terapi pemaparan, dan konsumsi obat sesuai resep dokter.
9 Agt 2021
Bullying pada orang dewasa atau adult bullying bisa terjadi secara fisik, verbal, bahkan finansial. Bullying bisa dilakukan oleh teman kerja hingga keluarga dan memicu gangguan mental seperti depresi dan stres.
5 Agt 2023
(PTSD) post traumatic stress disorder adalah suatu gangguan psikologis yang berisiko melukai diri sendiri dengan menyilet tangan. Penderita PTSD melukai dirinya sendiri bukan dengan tujuan untuk bunuh diri, melainkan sebagai jalan keluar untuk mengatasi kekacauan yang sedang dirasakan secara psikologis.
20 Jun 2019
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved