Efek aspirin untuk ibu hamil, tergantung dari dosisnya. Mengonsumsinya dalam dosis tinggi berisiko persalinan prematur, perdarahan, dan gangguan ginjal pada ibu. Namun pada dosis rendah, aspirin malah bisa menbantu mencegah preeklampsia.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
16 Nov 2020
Efek aspirin pada ibu hamil bisa berbahaya bisa juga bermanfaat
Table of Content
Konsumsi aspirin untuk ibu hamil sebenarnya tidaklah disarankan. Sebab dalam dosis tinggi, obat ini bisa memicu keguguran dan perdarahan. Sebaliknya, penggunaan aspirin dosis rendah pada ibu hamil dinilai bermanfaat untuk mengurangi risiko preeklampsia.
Advertisement
Aspirin adalah obat golongan antiinflamasi non-steroid (OAINS), yang biasanya digunakan untuk meredakan demam, nyeri, dan peradangan di tubuh. Pada beberapa kasus, dokter merekomendasikan aspirin untuk mengobati serangan jantung, stroke, dan nyeri dada (angina).
Baca Juga
Untuk orang dewasa normal, obat ini aman dikonsumsi. Namun, untuk ibu hamil konsumsi aspirin tidak bisa dilakukan secara bebas. Diperlukan pengawasan dokter untuk memberikan dosis khusus yang tidak membahayakan janin maupun ibu hamil.
Meski pada kondisi normal aspirin bisa dibeli dan dikonsumsi tanpa resep dokter, hal tersebut tidak berlaku selama masa kehamilan. Selama mengandung, Anda perlu selalu berkonsultasi ke dokter sebelum minum obat apapun.
Pasalnya, efek obat tersebut tidak hanya akan terasa untuk tubuh ibu tapi juga janin di dalam kandungan.
Sementara pada anak-anak yang sedang mengalami demam, gejala flu, atau cacar air, konsumsi aspirin bisa memicu sindrom Reye. Penyakit ini dapat membahayakan kesehatan dan berujung pada kondisi yang fatal.
Baca juga: Inilah Obat yang Aman untuk Ibu Hamil Tanpa Efek Samping
Umumnya, penggunaan aspirin bermanfaat untuk mencegah penggumpalan darah, menghilangkan rasa sakit, meredakan pembengkakan, dan menurunkan demam. Saat hamil sendiri, aspirin bermanfaat untuk mencegah preeklampsia pada ibu hamil.
Penggunaan aspirin dosis rendah, dinilai bisa mencegah terjadinya preeklampsia pada ibu hamil yang memang berisiko mengalami kondisi ini. Alasannya, aspirin adalah obat yang bisa membuat darah di tubuh menjadi lebih encer.
Preeklampsia adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tingginya tekanan darah pada ibu hamil.
Kondisi ini berbahaya bagi ibu maupun janin, karena bisa berujung pada persalinan prematur, gangguan perkembangan janin, dan risiko kerusakan organ pada ibu.
Anda bisa dikatakan mengalami preeklampsia apabila setelah dua kali pengukuran, tekanan darah terbaca pada angka 140/90 mmHg. Masing-masing pengukuran harus berjarak setidaknya empat jam.
Hal ini membuat aspirin sering digunakan untuk mengatasi gangguan jantung, stroke, dan bisa menjaga aliran darah menjadi tetap lancar sehingga risiko terjadinya preeklampsia bisa berkurang.
Kondisi yang membuat seorang ibu hamil berisiko mengalami preeklampsia antara lain:
Ibu hamil yang memiliki salah satu atau beberapa risiko di atas, biasanya akan mendapatkan aspirin dosis rendah saat usia kehamilan masuk 12 minggu.
Dosis mengonsumsi obat aspirin untuk ibu hamil disarankan haruslah mengikuti resep dokter. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya efek samping yang tidak diinginkan.
Dikutip dari The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), dosis rendah aspirin yang direkomendasikan untuk ibu hamil risiko tinggi preeklampsia adalah 81 mg per hari.
Konsumsi obat aspirin harus dimulai antara 12 minggu dan 28 minggu kehamilan, optimalnya sebelum 16 minggu. Kemudian konsumsi obat bisa dilanjutkan setiap hari sampai persalinan.
Profilaksis aspirin dosis rendah tidak direkomendasikan hanya untuk indikasi lahir mati tanpa sebab yang jelas, tanpa adanya faktor risiko untuk preeklampsia.
Sedangkan aturan pakai aspirin yang aman untuk ibu hamil di antaranya:
Apabila saat mengonsumsi obat ini Anda kesulitan bicara dan lemah di bagian tubuh tertentu, maka segera berkonsultasi ke dokter. Hubungi dokter segera bila telinga berdenging atau sulit mendengar.
Baca Juga: Minum Obat Saat Hamil, Ini yang Perlu Diperhatikan
Secara umum, aspirin tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi ibu hamil secara bebas. Pada wanita yang sedang mengandung, penggunaan aspirin harus diperhatikan dosisnya secara detail dan hanya bisa dilakukan di bawah pengawasan dokter secara ketat.
Mengonsumsi aspirin dosis tinggi saat kehamilan memasuki trimester pertama akan meningkatkan risiko terjadinya keguguran. Selain itu, penggunaan obat ini juga bisa membuat risiko terjadinya cacat janin bertambah.
Penggunaan obat-obatan golongan antiinflamasi non-steroid (OAINS) termasuk aspirin secara umum tidak terlalu disarankan pada trimester kedua, khususnya setelah usia kehamilan masuk 19 minggu, kecuali jika memang diresepkan oleh dokter.
Obat golongan ini dikhawatirkan akan menyebabkan gangguan ginjal janin dan berujung pada rendahnya volume cairan ketuban yang melindungi bayi. Volume cairan ketuban yang rendah akan meningkatnya risiko terjadinya komplikasi kehamilan.
Contoh obat golongan OAINS adalah ibuprofen dan naproxen. Untuk meredakan nyeri pada ibu hamil, dokter biasanya lebih memilih untuk meresepkan paracetamol.
Penggunaan aspirin untuk ibu hamil dalam dosis tinggi pada trimester ketiga kehamilan akan meningkatkan risiko bahaya untuk janin. Obat ini bisa memicu penutupan pembuluh darah pada jantung janin sebelum waktunya.
Penggunaan aspirin dalam jangka waktu lama selama hamil juga akan meningkatkan risiko terjadinya perdarahan otak pada bayi yang lahir prematur.
Melihat efek aspirin dosis tinggi untuk ibu hamil yang berbahaya, Anda disarankan untuk berkonsultasi pada dokter kandungan sebelum mengonsumsi obat apapun selama hamil.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar konsumsi aspirin untuk ibu hamil maupun risiko preeklampsia, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Ditulis oleh Nina Hertiwi Putri
Referensi
Artikel Terkait
Willow bark mengandung salicin, senyawa yang memiliki kandungan mirip aspirin (asam asetilsalisilat) yang bermanfaat sebagai penghilang rasa sakit dan anti peradangan.
21 Mar 2022
Setiap obat memiliki kondisi penyimpanan yang spesifik. Agar tetap manjur dan aman untuk dikonsumsi, bagaimana sebenarnya suhu penyimpanan obat yang benar?
29 Apr 2020
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang obat dan pengaruhnya terhadap makhluk hidup. Ada 8 cabang ilmu farmakologi yang bisa dipelajari.
20 Agt 2023
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved