logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Kehamilan

Ini Komplikasi akibat Pertumbuhan Janin Terhambat

open-summary

Pertumbuhan janin terhambat atau PJT adalah gangguan yang menyebabkan komplikasi pada saat sebelum kelahiran, pada saat persalinan, maupun setelah bayi dilahirkan. Janin atau bayi yang baru lahir dengan PJT, akan tampak lebih kecil dibandingkan dengan janin atau bayi dengan usia kehamilan yang sama.


close-summary

Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari

17 Mei 2019

Selalu jalani pemeriksaan janin berkala, untuk mengantisipasi pertumbuhan janin terhambat (PJT)

Komplikasi pada pertumbuhan janin terhambat dapat dicegah melakukan pemeriksaan kandungan

Table of Content

  • 6 Komplikasi pertumbuhan janin terhambat
  • Cegah risiko pertumbuhan janin terhambat dengan memeriksa kandungan
  • Antisipasi pertumbuhan janin terhambat

Apakah yang dapat terjadi apabila janin Anda tidak tumbuh berkembang sesuai yang diharapkan? Kondisi ini dinamakan sebagai pertumbuhan janin terhambat (PJT), atau intrauterine growth restriction (IUGR).

Advertisement

Janin atau bayi yang baru lahir dengan PJT, akan tampak lebih kecil dibandingkan dengan janin atau bayi dengan usia kehamilan yang sama.

Baca Juga

  • IUFD Adalah Kematian Janin dalam Kandungan, Ketahui Lebih Lanjut
  • Hamil 32 Minggu Ibu dan Bayi Banyak Mengalami Perubahan, Apa Saja?
  • Mengenal Retensio Plasenta, Komplikasi Persalinan yang Mengancam Nyawa Ibu

6 Komplikasi pertumbuhan janin terhambat

Beberapa komplikasi menjelang persalinan, selama proses melahirkan, dan setelah melahirkan, dapat terjadi pada janin dengan pertumbuhan janin terhambat.

Saat dilahirkan bayi mudah terserang infeksi bahkan dalam beberapa kasus dapat mengalami kematian. Selain itu, berikut ini beberapa komplikasi yang dapat terjadi, akibat pertumbuhan janin terhambat.

1. Persalinan dengan bedah Caesar

Indikasi persalinan bedah Caesar pada janin dengan IUGR, pada umumnya disebabkan oleh ketidakmampuan janin dalam menahan stres, pada proses persalinan spontan.

2. Terhirupnya mekonium

Mekonium adalah sisa metabolisme atau tinja pertama yang berwarna hijau, dan dihasilkan oleh janin selama di dalam rahim. Dalam kondisi stres, janin dapat mengeluarkan meconium, yang dapat terhirup bersama cairan ketuban.

Bila hal ini terjadi, maka bayi berisiko mengalami radang paru-paru dan bahkan penyumbatan jalan napas.

3. Kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah

Bayi yang baru lahir memiliki berat badan lahir rendah, jika bobotnya kurang dari 2.500 gram.

4. Hipoglikemia atau rendahnya kadar gula darah

Hipoglikemia ini seringkali bersifat sementara. Namun bila tidak diatasi, dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf dan otak.

5. Hipotermia atau suhu tubuh yang di bawah normal

Hipoterima pada bayi dengan PJT, disebabkan oleh rendahnya cadangan lemak, dan untuk mempertahankan panas tubuh. Oleh karena itu, pada umumnya, bayi yang lahir dengan kondisi PJT, harus diletakkan di dalam mesin penghangat bayi (infant warmer).

6. Gangguan makan

Biasanya, alat bantu digunakan pada bayi yang lahir dengan PJT, untuk mencukupi asupan nutrisi.

7. Gangguan pertumbuhan fisik dan tumbuh kembang

Meski ada potensi gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan, pada umumnya bayi yang lahir dengan kondisi PJT dapat mengejar ketertinggalan tersebut, di usia dua tahun.

Cegah risiko pertumbuhan janin terhambat dengan memeriksa kandungan

Apabila janin mengalami PJT berat, beberapa risiko atau komplikasi yang berbahaya, dapat terjadi. Namun, hal ini dapat dicegah dengan pemeriksaan prenatal secara rutin, sehingga dokter dapat melakukan deteksi lebih awal, untuk mencegah komplikasi PJT.

Apabila PJT ditemukan pada saat pemeriksaan prenatal rutin, janin akan dipantau secara ketat, melalui penambahan frekuensi pemeriksaan prenatal dan pemeriksaan ultrasonography (USG).

Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk memastikan janin dapat mengejar tumbuh kembangnya, dan mencegah potensi kelainan yang lain.

Antisipasi pertumbuhan janin terhambat

Komplikasi yang terjadi pada PJT dapat dicegah apabila ibu hamil rutin melakukan pemeriksaan kandungan. Pada pemeriksaan tersebut, dokter atau bidan akan melakukan skrining PJT untuk mencegah komplikasi.

Pada usia kehamilan 24 minggu, alat USG dapat digunakan untuk mendeteksi ukuran bayi, yang kemudian akan dibandingkan dengan acuan ukuran bayi seusia kehamilannya.

Selain itu alat USG juga dapat mendeteksi adanya gangguan plasenta, dan kecukupan jumlah cairan ketuban.

Skrining lain seperti pemeriksaan darah, pemeriksaan cairan ketuban, dan pemeriksaan fetal non-stress test (NST) diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab terjadinya PJT.

Selalu konsultasikan kehamilan Anda dan jalani pemeriksaan kandungan secara berkala.

Advertisement

operasi caesarperkembangan janinkehamilanpersalinan

Ditulis oleh dr. M. Helmi A.

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved