Gigi copot bisa disebabkan oleh penyakit hingga benturan. Gigi tersebut bisa kembali ditanam selama pertolongan pertama yang dilakukan tepat dan cepat.
23 Apr 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Gigi copot bisa disebabkan oleh benturan maupun penyakit
Table of Content
Gigi copot adalah kondisi dimana gigi terlepas dari soket yang menjadi tempatnya tertanam. Jika yang copot adalah gigi susu, maka gigi tersebut masih bisa digantikan oleh gigi permanen, sehingga Anda tidak akan ompong permanen. Namun jika yang copot adalah gigi permanen, maka tidak akan ada lagi penggantinya kecuali dengan gigi palsu.
Advertisement
Penyebab copotnya gigi ada beragam, mulai dari sebab alami, penyakit, hingga cedera atau benturan. Saat gigi Anda terlepas dari soketnya, maka perawatan harus segera dilakukan. Pada sebagian kasus, gigi yang sudah copot bisa kembali ditanamkan ke soket.
Penyebab gigi copot ada beragam, berikut penjelasannya.
Gigi susu secara alami akan copot dengan sendirinya ketika anak sudah mencapai usia tertentu. Setiap jenis gigi sudah memiliki jadwal copot sendiri-sendiri. Pada gigi susu seri, misalnya, biasanya akan copot di usia 6-7 tahun sementara gigi susu taring baru akan copot di usia sekitar 12 tahun.
Normalnya, gigi susu yang copot akan digantikan oleh gigi permanen yang benihnya sudah tertanam di dalam gusi sejak kita bayi. Namun beberapa orang ada yang tidak memiliki benih gigi permanen. Kondisi ini disebut sebagai agenesis.
Penyakit paling umum yang bisa menyebabkan gigi copot adalah periodontitis atau peradangan pada jaringan pendukung gigi. Penyakit ini bisa terjadi karena infeksi bakteri akibat karang gigi yang menumpuk dan tidak pernah dibersihkan.
Saat seseorang mengalami periodontitis, gusi hingga tulang yang tadinya menjadi tempat untuk menopang gigi akan mengalami kerusakan, sehingga lama kelamaan akan menyusut dan membuat gigi kehilangan pegangan hingga goyang dan copot dengan sendirinya.
Selain periodontitis, penyakit seperti diabetes juga bisa memicu gigi goyang dan copot dengan sendirinya.
Gigi yang copot akibat benturan atau cedera disebut sebagai avulsi gigi. Benturan yang keras membuat perlekatan gigi di soketnya hilang, sehingga lepas dengan sendirinya. Gigi bisa copot dalam bentuk utuh atau sedikit patah, bahkan hancur.
Baca Juga
Apabila gigi yang copot adalah gigi susu, maka tidak diperlukan perawatan lebih lanjut kecuali jika gigi tersebut copot sebelum waktunya.
Apabila hal tersebut terjadi pada Si Kecil, sebaiknya berkonsultasi pada dokter gigi untuk langkah penanganan selanjutnya, sebab jika gigi susu yang copot lebih cepat bisa membuat susunan gigi permanennya berantakan di kemudian hari.
Sementara itu, untuk gigi yang copot akibat sebab lain, berikut langkah penanganan yang perlu dilakukan:
Saat gigi copot, segera ambil gigi tersebut dari permukaan benda apapun tempatnya mendarat. Anda hanya boleh memegang gigi tersebut pada bagian mahkotanya.
Hindari memegang gigi pada bagian akar karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan sehingga gigi tidak akan bisa kembali menempel di gusi saat ditanam kembali (implantasi).
Jika gigi kotor karena ada tanah atau debu yang menempel, bilas dengan air sebentar saja (tidak lebih dari 10 detik)
Lalu, apabila memungkinkan, kembalikan gigi ke posisinya semula dan tahan dengan lidah agar gigi tidak kembali lepas. Segera ke dokter gigi untuk penanganan lebih lanjut.
Jika gigi tidak dapat dikembalikan ke posisi semula, masukkan gigi wadah berisi susu atau air liur Anda sendiri.
Agar gigi bisa kembali melekat di dalam soket, penanganan harus dilakukan secepatnya (idealnya kurang dari 30 menit setelah gigi copot).
Jika gigi berada di luar mulut lebih dari 30 menit, maka hampir dipastikan telah terjadi kerusakan ligamen periodontal, dan besar kemungkinan akan terjadi resorpsi.
Setelah gigi berhasil di masukkan kembali ke soket, dokter mungkin akan melakukan perawatan splinting yaitu mengikat gigi yang sudah kembali di tanam dengan kawat khusus ataupun fiber yang dikaitkan ke gigi – gigi sebelahnya yang masih kuat sebagai pegangan.
Splint biasanya akan dilepas setelah 10 hari. Selanjutnya, dokter akan memeriksa apakah gigi yang ditanam goyang dan apakah gigi masih hidup (tes vitalitas).
Jika dari tes vitalitas ditemukan bahwa gigi berhasil bertahan hidup, maka penanaman gigi dianggap berhasil. Evaluasi berupa foto rontgen gigi bisa dilakukan, idealnya pada bulan pertama, ketiga, dan keenam.
Jika ditemukan tanda-tanda proses peradangan, maka bisa dihentikan dengan perawatan saluran akar (PSA).
Apabila ternyata gigi tidak berhasil bertahan hidup setelah 10 hari, pembentukan pembuluh darah yang baru hampir mustahil untuk terjadi sehingga harus dilakukan perawatan saluran akar, diikuti dengan evaluasi foto rontgen.
Perlu diingat bahwa tidak semua gigi yang copot bisa ditanam kembali ke gusi. Pada kondisi tersebut, maka perawatan selanjutnya yang bisa dilakukan adalah pembuatan gigi palsu.
Jika Anda ingin tahu lebih banyak tentang solusi gigi copot maupun soal kesehatan gigi dan mulut yang lain, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Pertumbuhan gigi anak sebenarnya dimulai sejak masih di dalam kandungan dengan persiapan dari tingkat sel. Sementara itu, gigi susu biasanya mulai terlihat tumbuh pada usia 6-10 bulan.
Para ahli gigi sepakat penggunaan dental floss dapat membersihkan sela-sela gigi. Menggunakan benang gigi juga mengurangi kemungkinan Anda terkena penyakit seperti karies.
Akibat gigi berlubang yang dibiarkan bukan hanya menyebabkan rasa sakit berkepanjangan. Bahaya gigi bolong juga bisa mendatangkan komplikasi kesehatan, salah satunya infeksi.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved