Kloning adalah proses menciptakan “salinan” identik makhluk hidup. Di penjuru dunia sudah banyak eksperimen kloning yang berhasil terjadi, mulai dari kloning domba “Dolly” di Skotlandia hingga monyet di Tiongkok. Ketika membawanya dalam konteks kloning manusia, tentu tidak sesederhana itu.
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
8 Sep 2020
Kloning manusia masih merupakan hal yang tabu
Table of Content
Kloning adalah proses menciptakan “salinan” identik makhluk hidup. Di penjuru dunia sudah banyak eksperimen kloning yang berhasil terjadi, mulai dari kloning domba “Dolly” di Skotlandia hingga monyet di Tiongkok. Ketika membawanya dalam konteks kloning manusia, tentu tidak sesederhana itu.
Advertisement
Para peneliti umumnya menggunakan metode somatic cell nuclear transfer atau SCNT saat melakukan kloning. Keberhasilan kloning primata Zhong Zhong dan Hua Hua di Shanghai disebut membawa angin segar untuk kloning manusia. Setidaknya, ini menjadi titik riset lebih mendalam tentang penyakit otak seperti Alzheimer dan Parkinson pada manusia.
Tak berlebihan jika kloning Zhong Zhong dan Hua Hua, dua monyet asal Shanghai dianggap sebagai satu langkah lebih dekat menuju kloning manusia. Setidaknya, monyet sangat mirip dengan manusia jika dibandingkan dengan mamalia lainnya.
Meski demikian, ada satu tirai gelap yang membayangi rencana seputar kloning manusia, yaitu dari segi etika. Pertanyaan utamanya bukan lagi bisakah kloning manusia terwujud, namun lebih kepada pantaskah kloning manusia dilakukan?
Bahkan, keberhasilan Zhong Zhong dan Hua Hua di sebuah laboratorium di Shanghai pun bukannya tanpa kegagalan. Tak terhitung berapa kali proses surogasi, kehamilan, hingga sel telur yang gagal dikembangkan dalam upaya kloning ini.
Jika dirunut, ada 63 induk pengganti (surogasi), 30 kehamilan, dan 4 persalinan hingga akhirnya Zhong Zhong dan Hua Hua terlahir dengan sehat. Dua monyet lain yang terlahir lewat prosedur yang sama hanya bisa bertahan hingga dua hari di dunia.
Rangkaian kegagalan ini tak mungkin diterapkan pada manusia, baik secara etika maupun keilmuan.
Baca Juga
Agar lebih logis, tentu pertimbangan risiko juga perlu dimasukkan dalam hitungan. Kloning manusia bisa menyebabkan masalah kesehatan, di antaranya:
Sama seperti prosedur bayi tabung atau in vitro vertilization, proses utama kloning adalah menggabungkan sel telur dengan mekanisme tertentu. Ada risiko masalah kesehatan yang bisa dialami perempuan yang meminjamkan rahim (surogasi) mulai dari proses mengandung hingga persalinan.
Banyak peneliti yang mengakui bahwa kloning adalah prosedur yang tidak etis. Jika pada binatang saja dianggap tidak etis, apalagi jika diterapkan pada manusia. Secara medis, prosedur kloning bisa menyebabkan rasa tidak nyaman hingga trauma mental dan fisik pada binatang. Tidak menutup kemungkinan, manusia bisa mengalami hal yang sama.
Sangat ada kemungkinan terjadi anomali pertumbuhan ketika melakukan kloning. Pada binatang, ada yang disebut large offspring syndrome, bisa berupa cacat bawaan lahir atau embrio yang tumbuh terlalu besar saat dalam kandungan.
Pada akhirnya, hal ini bisa berpengaruh terhadap kualitas dan masa hidup subjek hasil kloning. Tentu tak ada yang ingin hal ini terjadi, baik pada binatang maupun manusia.
Anggaplah ada klaim bahwa masalah kegagalan organ dalam prosedur kloning manusia dapat teratasi dengan perkembangan teknologi di masa depan. Namun tetap saja, secara etika hal ini tidak dapat dibenarkan.
Selain itu, gen seseorang memang bisa dikloning, namun tidak individunya. Hanya aspek anatomi dan fisiologi saja yang bisa disalin, namun karakter hingga sifatnya tidak akan 100% sama.
Baca Juga
Bukan sekali dua kali ada usulan atau rencana untuk melakukan kloning manusia. Contohnya melakukan kloning individu yang berprestasi entah itu di bidang musik, olahraga, sains, politik, dan banyak lagi. Namun tetap saja, kloning manusia adalah hal yang bertentangan dengan etika.
Itu baru soal etika, belum lagi aspek lain yang lebih beragam seperti pertimbangan secara religius hingga keilmuan. Terlalu sembrono rasanya jika harus melewati berbagai kegagalan dan risiko kecacatan hanya demi kloning manusia.
Jika secara alami manusia bisa memiliki keturunan dan memperkaya ragam populasi, mengapa harus menjadikannya eksperimen lewat kloning?
Advertisement
Ditulis oleh Azelia Trifiana
Referensi
Artikel Terkait
Hormon dopamin adalah zat kimia dalam otak yang mempengaruhi suasana hati seseorang. Kekurangan atau kelebihan hormon ini bisa menyebabkan gangguan kesehatan.
21 Mar 2023
Salah satu cara agar pola makan bisa menjadi lebih sehat adalah dengan memasak sendiri di rumah. Hal ini terjadi karena Anda dapat mengatur kadar garam yang digunakan.
28 Des 2022
Feverfew adalah jenis tanaman dari keluarga Asteraceae dengan nama latin Tanacetum parthenium. Sebenarnya, nama feverfew berasal dari kata febrigufia yang berarti “penurun panas”.
27 Des 2020
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved