logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Kesehatan Mental

Klaim Penculikan oleh Alien dari Sisi Psikologis, Mengapa Bisa Terjadi?

open-summary

Tak hanya tentang melihat atau menemukan UFO, tidak sedikit orang yang mengklaim bahwa dirinya pernah diculik alien. Namun, bagaimana pandangan dari sisi psikologis mengenai hal ini?


close-summary

Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari

28 Jul 2023

Klaim penculikan oleh alien dari sisi psikologis

Ada berbagai penelitian dari sisi psikologis mengenai klaim penculikan oleh alien

Table of Content

  • Klaim penampakan UFO oleh 3 mantan pejabat militer AS
  • Klaim penculikan oleh alien dari sisi psikologis

Topik mengenai pesawat luar angkasa maupun alien terus menarik perhatian. Baru-baru ini, 3 mantan pejabat militer Amerika Serikat mengatakan pada sidang di Kongres bahwa pemerintah mengetahui lebih banyak informasi tentang UFO (unidentified flying object) daripada yang disampaikan pada publik.

Advertisement

Tak hanya tentang melihat atau menemukan UFO, klaim diculik alien pun mungkin tak asing di telinga kita. Bahkan, ada berbagai penelitian mengenai hal tersebut.

Klaim penampakan UFO oleh 3 mantan pejabat militer AS

Mantan pejabat intelijen AS, David Grusch mengklaim bahwa ia memimpin upaya Departemen Pertahanan AS untuk menganalisis laporan penampakan UFO dan diberitahu mengenai program Pentagon “multidekade”, yang berupaya mengumpulkan serta merekonstruksi UFO yang jatuh di bumi.

Dia juga mengaku pernah mewawancarai orang-orang yang menyelamatkan sosok “bukan manusia” dari UFO yang jatuh. Menurutnya, Istilah “bukan manusia” tersebut lebih cocok daripada alien atau makhluk luar angkasa.

Selain Grusch, mantan pilot Angkatan Laut, Ryan Graves mengklaim bahwa pilot maskapai penerbangan komersial telah melihat UFO. Namun, Administrasi Penerbangan Federal AS tidak memiliki mekanisme bagi pilot untuk melaporkan penampakan benda terbang tersebut.

Tak berhenti sampai di situ, mantan komandan Angkatan Laut, David Fravor, juga mengungkapkan bahwa dia dan 3 rekan pilot militernya melihat benda putih melayang di bawah jet mereka, dan tepat di atas Samudera Pasifik pada tahun 2004. UFO tersebut lalu menghilang dan muncul kembali dalam beberapa detik, dan terlihat sejauh 60 mil.

Di samping melihat penampakan UFO, tidak sedikit juga orang yang mengklaim bahwa dirinya pernah diculik alien. Namun, benarkah hal ini terjadi?

Klaim penculikan oleh alien dari sisi psikologis

no caption
Sleep paralysis dan halusinasi dapat menumbuhkan ingatan seseorang telah diculik oleh alien 

Klaim percaya akan keberadaan alien memang bukan hal yang baru. Sejumlah penelitian sudah dilakukan untuk mencari pola pemikiran dari orang-orang yang mengaku pernah diculik alien. Hasilnya, kepercayaan ini memang berhubungan dengan beberapa kondisi medis, seperti sleep paralysis, PTSD, hingga gangguan disosiasi. Berikut penjelasannya:

1. Sleep paralysis dan halusinasi

Dilansir dari The Harvard Gazette, seorang profesor psikologi bernama Richard McNally dan rekan-rekannya merekrut 6 wanita dan 4 pria yang mengaku telah diculik oleh makhluk luar angkasa. Beberapa di antara mereka bahkan mengaku mengalami penculikan lebih dari sekali.

Tiap peserta diminta menuliskan kisah penculikannya. Tim peneliti lalu membuat rekaman audio dengan membacakan naskah tersebut.

Ketika rekaman diputar, para peneliti merekam respons emosional peserta dengan pengukuran tertentu, seperti detak jantung dan keringat di telapak tangan. 

Hasil menunjukkan bahwa peserta yang benar-benar percaya bahwa mereka pernah diculik oleh alien, menunjukkan pola respons emosional dan fisiologis terhadap kenangan ini. Pola ini sangat mirip dengan orang-orang yang mengalami trauma karena pertempuran atau peristiwa serupa.

Namun, terlepas benar atau tidaknya, jika penculikan alien tidak nyata, para peneliti mengaitkannya dengan fenomena “bermimpi dengan mata terbuka lebar”.

Kondisi ini terjadi tepat ketika orang-orang terbangun dari mimpinya. Selama bermimpi, otak akan melumpuhkan seluruh tubuh. Ini adalah mekanisme keamanan untuk mencegah kita menyakiti diri sendiri.

Pada dasarnya,  orang yang mengalami kelumpuhan tidur (sleep paralysis) tetap terjaga, tapi tidak dapat bergerak selama beberapa detik hingga menit. Para peserta pun kemungkinan terbangun dari mimpi sebelum mekanisme ini hilang. 

Mereka kemudian mengalami halusinasi, seperti melihat lampu berkedip serta beberapa jenis makhluk hidup yang mengintai di sekitar tempat tidur.

Dalam pemulihan memori hipnotis oleh psikolog atau psikiater, peserta dapat memulihkan ingatan palsu mengenai peristiwa penculikan alien.

Selain itu, wawancara dan tes psikologis terhadap para peserta mengungkapkan sedikit bukti adanya penyakit mental, tapi mereka suka dengan kehidupan fantasi. 

Sebagai contoh, ketika mendengarkan musik atau menonton film, mereka sering membayangkan berada di tempat lain atau menjadi bagian dari cerita film tersebut.

Mereka juga memiliki minat terhadap praktik dan kepercayaan “Zaman Baru”, seperti reinkarnasi, proyeksi astral, telepati, praktik penyembuhan alternatif, terapi energi, dan astrologi.

Oleh sebab itu, disimpulkan bahwa kombinasi akan keyakinan Zaman Baru serta episode kelumpuhan tidur, yang disertai dengan halusinasi dan ingatan palsu, dapat menumbuhkan keyakinan maupun ingatan bahwa seseorang telah diculik oleh alien dari luar angkasa.

2. Ingatan palsu

Dilansir dari The British Psychological Society, sebuah studi pada tahun 2002 oleh para akademisi di Harvard University dan Harvard Medical School juga menyelidiki faktor di balik terbentuknya ingatan diculik oleh alien.

Studi tersebut melibatkan 3 kelompok peserta. Para peserta pertama adalah 11 orang yang telah memulihkan ingatan tentang diculik alien. Kelompok kedua adalah  11 orang yang percaya bahwa mereka pernah diculik alien, tapi menekan ingatannya. Sementara, kelompok ketiga adalah kontrol yang terdiri dari peserta yang tidak percaya bahwa mereka telah diculik oleh alien.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok pertama lebih mungkin untuk salah mengingat daripada kelompok ketiga. 

Demikian pula dengan peserta yang berada dalam kelompok kedua, mereka lebih rentan terhadap ingatan palsu jika dibandingkan kelompok ketiga, tapi intensitasnya lebih rendah daripada kelompok pertama.

Beberapa faktor yang terkait dengan ingatan dan pengenalan yang salah juga diidentifikasi dari jawaban kuesioner peserta. Faktor ini meliputi tingkat penyerapan yang tinggi, depresi, dan ide magis. 

Kelompok peserta pertama cenderung memiliki skor lebih tinggi dalam pengukuran pengalaman disosiatif (ketidaksesuaian antara pikiran, ingatan, tindakan, serta identitas diri) dan gejala gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Dalam kesimpulannya, para peneliti mencatat bahwa orang-orang yang percaya dirinya pernah diculik alien memiliki masalah dalam mengingat proses dan waktu memori tersebut diperoleh. 

Sebagai contoh, seseorang mungkin menonton film yang menampilkan penculikan alien. Lalu ketika ia memikirkan episode kelumpuhan tidur yang dialaminya dan muncul sosok alien dalam halusinasinya pada beberapa tahun kemudian, ia menghubungkannya sebagai penculikan alien.

3. PTSD dan gangguan disosiasi

Terdapat pula sebuah riset dalam jurnal EXPLORE, yang melibatkan 19 peserta (9 wanita dan 10 pria) yang mengaku telah diculik oleh makhluk luar angkasa, serta kelompok terkontrol yang terdiri dari 32 peserta.

Dari hasil riset tersebut, kelompok “korban penculikan” menunjukkan skor yang lebih tinggi dalam gangguan PTSD dan gangguan disosiasi, tapi lebih rendah dalam hal sugesti. Sekitar 9 peserta memenuhi kriteria diagnosis PTSD menurut DSM-5. Sedangkan 7 orang peserta memiliki gejala PTSD, seperti gangguan, penghindaran, serta perubahan negatif suasana hati.

Reaksi emosional terhadap peristiwa tidak masuk akal tersebut bisa serupa dengan respons individu terhadap peristiwa traumatis. Disosiasi mungkin terlibat dalam beberapa kasus.

Dari berbagai penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa klaim penculikan oleh alien dari sisi psikologis, dapat dipicu oleh sleep paralysis, halusinasi, serta ingatan palsu. Selain itu, PTSD dan disosiasi juga dapat berpengaruh. Namun hingga saat ini, penelitian masih terus dilakukan untuk memastikan hal tersebut

Advertisement

post traumatic stress disorder (PTSD)halusinasisleep paralysis

Ditulis oleh Dina Rahmawati

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved