logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Kulit & Kecantikan

Klaim Bisa Mencerahkan, Sebenarnya Ini Risiko Prosedur Masker Vagina

open-summary

Prosedur masker vulva atau masker vagina dengan klaim mencerahkan dan melembapkan area sekitar vagina. Sayangnya, sangat mungkin yang terjadi justru adalah reaksi alergi.


close-summary

2023-03-16 03:31:38

| Azelia Trifiana

Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri

Masker vagina malah berisiko sebabkan reaksi alergi

Masker vagina malah berisiko sebabkan reaksi alergi

Table of Content

  • Tren masker vagina
  • Pertimbangkan sebelum mencoba
  • Apakah risikonya?
  • Masker bukan solusi
  • Tren yang salah kaprah
  • Catatan dari SehatQ

Saat ini, ada tren terbaru dalam menggunakan produk kecantikan wanita, yaitu masker vagina.  Prosedur masker vulva atau masker vagina dengan klaim mencerahkan dan melembapkan area sekitar vagina. Sayangnya, sangat mungkin yang terjadi justru adalah reaksi alergi.

Advertisement

Lebih parahnya lagi, masker vagina juga terkadang dianggap sebagai solusi untuk masalah lain di kelamin perempuan. Jangan-jangan, prosedur ini justru membuat kondisinya kian parah.

Tren masker vagina

Sebutan untuk produk satu ini adalah “vulva mask”. Ada banyak jenis dan merek yang beredar di pasaran. Sekilas, bentuknya sama seperti sheet mask untuk wajah yang bisa dibuka dari kemasan kemudian diaplikasikan langsung ke kulit.

Salah satu masker vagina mengklaim punya 4 tahapan dalam menenangkan, membuang racun, mencerahkan, hingga melembapkan vulva. Targetnya adalah vulva karena merupakan bagian terluar dari vagina yang pertama kali terlihat.

Teknologinya macam-macam. Ada yang menggunakan arang aktif dari infra merah untuk membantu regenerasi sel kulit. Selain itu, kandungan di dalamnya juga dianggap dapat menghilangkan kulit kusam serta meratakan apabila ada warna yang tidak merata.

Mungkin banyak yang masih penasaran bagaimana cara menggunakannya?

Pertama, Anda akan diminta untuk membasuh area vulva, vagina, dan juga paha bagian dalam. Kemudian, keluarkan masker dari kemasan dan buka lapisan film pelindungnya.

Setelah itu, masker bisa ditempelkan di vulva sesuai instruksi dalam kemasan. Ada perekat yang bisa ditempelkan ke area paha dalam. Masker ini kemudian dibiarkan selama 15-20 menit.

Demi hasil efektif, saran penggunaan produk semacam masker vulva ini adalah selama beberapa hari berturut-turut. Ibu hamil dilarang menggunakannya. Selain itu, juga perlu patch test terlebih dahulu untuk mengantisipasi alergi.

Baca Juga

  • Apakah Perempuan Bisa Mimpi Basah? Ini Faktanya
  • Langkah-langkah Periksa Payudara Sendiri (Sadari) yang Wajib Anda Lakukan
  • Kupas Tuntas Segala Hal Tentang Selaput Dara pada Wanita

Pertimbangkan sebelum mencoba

Aturan main untuk vagina adalah menjadikannya self cleaning machine, atau organ tubuh pintar yang bisa membersihkan dirinya sendiri. Itulah mengapa, penggunaan sabun pembersih kewanitaan justru tidak disarankan. Begitu pula dengan penggunaan masker.

Vagina atau vulva tidak memerlukan tambahan zat atau alat tertentu untuk merawatnya. Apabila ada keluhan seperti keluarnya cairan vagina abnormal, terasa gatal, muncul jerawat hingga masalah lain, itu adalah sinyal terjadinya infeksi.

Solusi dari kondisi ini adalah memeriksakan diri ke dokter untuk mendapat penanganan terbaik, bukan dengan menempelkan masker dengan banyak zat kimia di dalanmnya.

Bahkan ketika sudah bulat keputusan untuk menggunakan masker, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Selalu pertimbangkan berkali-kali sebelum melakukannya.

Apakah risikonya?

Risiko paling utama dari menggunakan masker vagina adalah reaksi alergi. Gejalanya mulai dari munculnya sensasi gatal, terbakar, dan kulit tampak kemerahan.

Memang benar banyak masker vulva di luar sana yang mengklaim terbuat dari bahan-bahan alami. Namun, ini tidak lantas membuatnya bebas dari kemungkinan memicu alergi.

Justru, faktanya banyak orang yang mengalami infeksi atau dermatitis kontak setelah menggunakan produk komersil semacam ini.

Vagina termasuk bagian tubuh yang sensitif. Bahkan penggunaan sabun, deterjen, lubrikan, hingga panty liners saja bisa memicu alergi. Apalagi pengaplikasikan masker yang perlu didiamkan selama beberapa menit, tentu lebih rentan memicu alergi.

Apabila ada klaim bahwa produk semacam masker vagina ini telah teruji secara dermatologis, aturannya pun masih belum jelas. Bahkan, tidak ada bukti bahwa zat-zat kimia yang ada di dalamnya tidak membahayakan.

Masker bukan solusi

Masalah apapun pada vulva atau vagina, bukan penggunaan masker solusinya. Ini menjadi benang kusut, ketika orang menganggap masker sebagai solusi dari masalah lain pada vagina.

Sebagai contoh ketika vulva mengalami iritasi di bagian labia mayora, masker bukan solusi untuk meredakan gejalanya. Justru yang harus dilakukan adalah mencari penanganan medis langsung dari ahlinya.

Terlebih bagi orang yang seringkali sensitif terhadap produk seperti hand sanitizer atau krim pelembap tangan, sebaiknya hindari produk semacam ini.

Hal yang sama berlaku bagi siapapun yang sedang mengalami luka di vagina. Ketika kulit terbuka, akan semakin mudah bagi zat kimia untuk masuk ke dalamnya dan memicu reaksi alergi.

Tren yang salah kaprah

Rasa-rasanya belum cukup tren yang mengharuskan perempuan tampil “cantik” sesuai standar masyarakat, bahkan vagina atau vulva pun harus disulap menjadi menarik. Ini salah kaprah.

Klaim mencerahkan hingga meratakan warna kulit di sekitar vulva justru seakan menambah isu psikologis, emosional, bahkan fisik yang membebani perempuan.

Tidak ada keharusan soal bagaimana warna vagina yang tepat. Semua sah-sah saja.

Namun itulah yang menjadi dasar dari pembuatan produk semacam ini, untuk menjawab rasa kurang percaya diri pada perempuan. Produsennya mengklaim produk ini adalah jawaban untuk menghilangkan kerisauan atau keluhan seputar vulva atau vagina.

Catatan dari SehatQ

Produk seperti masker vulva ini ada di luar sana, dengan berbagai merek, kandungan, dan juga klaim beragam. Jadi, filter terbaik sebaiknya datang dari diri masing-masing.

Apabila akan mencobanya, pastikan sudah melakukan tes reaksi alergi di lengan bagian dalam. Kulit di sekitar bicep dan tricep ini lebih tipis sehingga bisa menjadi area tes yang efektif. Lakukan tes selama 3 hari.

Kemudian, lakukan tes yang sama di area labia mayora selama 3 hari. Lanjutkan dengan tes di bagian lain dengan titik yang kecil saja.

Apabila tidak ada reaksi iritasi, kemerahan, atau ruam setelah 3 hari itu, bisa jadi kulit Anda bisa toleransi terhadap kandungannya. Tapi, lagi-lagi ini bukan jaminan.

Langkah terbaik adalah membiarkan vulva dan vagina tanpa mengganggunya dengan berbagai produk berbahan kimia.

Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar kapan keluhan di vagina harus mendapat penanganan dokter, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.

Advertisement

kesehatan organ intimkesehatan wanitaorgan intim wanita

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 07.00 - 20.00

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved