Jumlah anak merokok di Indonesia semakin meningkat. Lingkungan pergaulan dan harga rokok menjadi faktor pemicu. Bagaimana cara Anda sebagai orangtua untuk menghentikan kebiasaan anak merokok?
2023-03-24 15:21:18
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Kebiasaan buruk anak merokok harus menjadi perhatian orangtua.
Table of Content
Merokok adalah aktivitas yang bisa menimbulkan kecanduan, dan tentu saja berbagai penyakit serius termasuk kanker dan sakit jantung. Cara terbaik sebagai perlindungan adalah dengan tidak merokok. Namun, apa jadinya jika bukan Anda yang punya kebiasaan merokok, melainkan anak? Apa yang harus dilakukan orangtua ketika mengetahui anak merokok?
Advertisement
Entah itu hanya merokok sesekali atau sudah menjadi kebiasaan, ada beberapa faktor yang membuat anak ingin merokok. Terlebih, anak yang sedang memasuki usia remaja, cenderung punya rasa penasaran yang teramat sangat, dan mudah terpengaruh teman-temannya.
Anak mungkin mulai memiliki kebiasaan merokok secara tidak sengaja. Namun jika tidak segera dihentikan, kebiasaan ini bisa berkepanjangan. Tahukah Anda, perokok dewasa ternyata memulai kebiasaannya ini sejak usia kanak-kanak? Oleh karena itu, peran Anda sebagai orangtua penting untuk menghentikan kebiasaan anak merokok.
Berikut ini sederet cara yang bisa Anda coba untuk menghentikan kebiasan buruk tersebut.
Anak remaja yang merokok biasanya memiliki orangtua dengan kebiasaan serupa. Jadi apabila Anda merokok, segera hentikan kebiasaan ini. Jika terasa sulit, berkonsultasilah dengan dokter maupun psikolog.
Sembari menjalani perawatan medis, jangan merokok di depan anak. Selain itu, jangan tinggalkan rokok, korek, maupun vape Anda begitu saja di rumah.
Jelaskan pada anak yang mulai beranjak dewasa ini, bahwa Anda tidak bahagia dengan kebiasaan buruk ini, dan jujurlah jika memang kesulitan menghentikannya. Namun yakinkan anak bahwa Anda akan terus berusaha menghentikan kebiasaan merokok.
Anak merokok mungkin sebagai bentuk pemberontakannya, maupun sebagai cara untuk diterima dalam pergaulan. Bahkan, anak juga bisa merokok karena ingin merasa keren dan dianggap sudah dewasa.
Tanyakan pada anak mengenai yang diketahuinya soal rokok dan rokok elektrik atau vape. Cari tahu juga mengenai teman-temannya yang memiliki kebiasaan merokok.
Cobalah berikan pemahaman pada anak, bahwa iklan-iklan rokok maupun film yang mempertontonkan adegan merokok, berusaha untuk membuat kebiasaan buruk ini seakan-akan seksi, bergengsi, dan menunjukkan kedewasaan.
Nasihat Anda mungkin hanya “masuk telinga kiri, keluar telinga kanan” bagi anak. Namun tetap saja, Anda harus tegas melarang anak merokok. Katakan padanya untuk tidak merokok maupun mengisap vape. Mungkin Anda tidak menyangka dampak signifikan kelak dari larangan tersebut.
Sampaikan alasan dan konsekuensi yang masuk akal untuk anak ketika Anda melarangnya merokok. Misalnya, merokok membuat napas bau, rambut bau, dan gigi jadi kuning. Belum lagi soal penyakit batuk kronis yang bisa ditimbulkannya.
Anda juga mesti menjelaskan pada anak, yang menimbulkan dampak berbahaya bukan hanya rokok tembakau dengan filter, tapi juga kretek, vape, maupun shisha dengan aroma buah-buahan yang manis.
Sebagai langkah lain, ajaklah anak untuk menghitung besarnya biaya yang dikeluarkannya sebagai pelajar, untuk terus-menerus membeli rokok. Cobalah buat penghitungan biaya harian, mingguan, hingga bulanan.
Selanjutnya, perlihatkan pada anak perbandingan biaya tersebut dengan harga smartphone, laptop, bahkan console game.
Ajari anak untuk menolak setiap ajakan merokok dari teman-temannya. Misalnya dengan mengatakan, “Nggak, terima kasih. Aku nggak ngerokok.” Jangan segan untuk melatih anak mengucapkannya, agar terbiasa.
Baca Juga
Dalam paparan “Perlindungan Anak dari Bahaya Rokok Menuju Indonesia Layak Anak” pada 29 Agustus 2020, Deputi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Lenny N. Rosalin mengungkap alasan anak merokok.
“Faktor risiko anak mulai merokok antara lain kebiasaan orangtua yang juga merokok, dan pengaruh teman sebaya,” ujar Lenny dalam webinar tersebut. Ia pun menyebutkan, sebanyak 28% anak remaja merokok saat berkumpul dengan teman-teman sebaya. Adanya 10% anak merokok dalam suatu lingkungan pergaulan, sudah berisiko mendorong anak merokok.
Seperti disampaikan Lenny melalui paparannya, berikut ini persentase pemicu anak merokok, berdasarkan Global Youth Tobacco Survey 2019.
Lenny pun mengungkapkan, harga rokok yang relatif terjangkau remaja dan bisa dibeli ketengan (satuan) di warung misalnya, ikut memengaruhi anak untuk merokok. Ia pun percaya, jika kelak harga rokok semakin tinggi, maka jumlah anak merokok bisa berkurang.
Sejalan dengan pernyataan Lenny, Kepala Tim Riset Pusat Kajian Ilmu Sosial Universitas Indonesia (PKJS UI) Teguh Dartanto, menyampaikan hal serupa pada diskusi media daring, “Membendung Jumlah Perokok Anak Lewat Kenaikan Cukai” beberapa waktu lalu.
“Harga rokok memengaruhi prevelansi merokok,” kata Teguh. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, ada 7,2% populasi anak remaja berusia 10-18 tahun di Indonesia yang merokok. Angka ini naik menjadi 8,8% di tahun 2016 dan 9,1% pada 2018.
Ia pun menyatakan, perilaku anak merokok dipengaruhi teman sebaya dan harga. Sebanyak 1,5% perokok bahkan mulai merokok pada usia sangat dini, yaitu 5-9 tahun. Sementara itu, 56,9% perokok memulai kebiasaan tersebut di umur 15-19 tahun.
Melihat fakta ini, pemerintah pun akhirnya memasukkan penurunan persentase merokok usia muda pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2019, dengan memasang target 5,2%. Bagaimana caranya?
Para peneliti dari UI pun merekomendasikan dua kebijakan untuk dijalankan pemerintah berikut ini.
Kenaikan harga rokok dipercaya sebagai kunci pengendalian rokok pada kalangan anak. Semakin mahal harga rokok, prevalensi anak merokok pun akan menurun. Apabila harga rokok naik 10%, konsumsi rokok akan turun 1,3 batang per minggu.
Selain melalui kenaikan harga rokok, upaya terpadu secara menyeluruh untuk memengaruhi social cognitive behaviour anak pun perlu dilakukan melalui program kampanye antirokok di sekolah. Tak hanya itu. Diperlukan juga larangan iklan rokok di sekitar sekolah, serta penerapan sanksi bagi siswa dan guru yang kedapatan merokok.
Baca Juga
Analis Kebijakan Ahli Madya Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Wawan Juswanto mengungkapkan, kebijakan cukai hasil tembakau dari pemerintah tetap ada, untuk mengendalikan konsumsi barang-barang yang berdampak negatif. Salah satu tujuannya tentu untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Berikut ini tiga hal mengenai cukai rokok yang diharapkan akan menurunkan angka anak merokok.
Karena lingkungan pergaulan menjadi salah satu faktor pemicu anak merokok, Anda sebagai orangtua perlu untuk memantau aktivitasnya, serta memberi pengertian tentang bahaya melakukan kebiasaan buruk tersebut. Apabila anak terlanjur merokok dan kebiasaannya sulit dihentikan, cobalah berkonsultasi dengan psikolog maupun dokter.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Saat anak perempuan beranjak remaja, payudaranya mulai tumbuh. Untuk itu ia memerlukan bra yang bisa menopang payudaranya agar tetap bergerak nyaman. Apa saja jenis bra yang cocok untuknya.
Cara membersihkan paru-paru perokok bisa dilakukan dengan terapi uap, berolahraga, hingga mengonsumsi makanan bergizi. Hal ini berguna agar terhindar dari kerusakan yang berbahaya.
Selain muncul jerawat, masih ada ciri-ciri pubertas anak laki-laki yang penting untuk dikenali orangtua, mulai dari perubahan bentuk tubuh, munculnya bulu ketiak dan kemaluan, hingga membesarnya alat kelamin.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved