Hoarding disorder adalah gangguan mental saat seseorang sering mengumpulkan barang biarpun tidak berguna. Mereka menganggap barang tersebut sangat berharga.
2023-03-21 16:48:04
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Hoarding disorder membuat rumah terlihat tidak beraturan
Table of Content
Hoarding disorder adalah gangguan ketika seseorang terus menerus mengumpulkan barang yang tidak perlu. Sayangnya, kebiasaan ini tidak disertai kemampuan memilah mana yang harus dibuang. Akibatnya, lingkungan dalam rumah menjadi tidak aman dan jauh dari kata sehat.
Advertisement
Tak hanya tak sedap dipandang dan membuat pikiran selalu penuh, kebiasaan hoarding disorder juga membuat kualitas hidup seseorang menurun. Dalam jangka panjang, hubungan personal dengan orang lain pun menjadi tidak keruan.
Meski remaja bisa mengalaminya, kebiasaan menumpuk barang tak penting ini kerap dialami orang dewasa. Kondisi ini membuat gangguan ini termasuk dalam diagnosis kesehatan mental independen. Namun, bisa juga terjadi bersamaan dengan macam-macam gangguan psikologis lain.
Ada banyak hal yang memicu terjadinya hoarding disorder, di antaranya:
Orang yang mengalami gangguan ini kerap merasa benda yang mereka kumpulkan bisa sangat bermanfaat dan berharga suatu saat nanti. Terkadang, keinginan untuk menumpuk barang ini juga dilandasi unsur emosional seperti mengingatkan pada seseorang atau kejadian tertentu.
Troubled inner child atau masa kecil yang tidak berjalan mulus juga bisa menjadi pemicu seseorang menjadi memiliki masalah pada masa tuanya. Pemicunya beragam, entah itu terbiasa melihat tumpukan barang di rumah, kerap dimarahi, atau kesulitan membeli sesuatu karena keterbatasan justru bisa menjadi titik balik menjadi seseorang gangguan ini.
Orang yang terbiasa hidup dalam lingkungan atau situasi berantakan juga bisa jadi penyebabnya. Lambat laun, mereka terbiasa dengan situasi tidak teratur dan menganggapnya sebagai hal biasa. Terkadang, kondisi ini lebih rentan terjadi pada orang yang hidup seorang diri.
Terkadang hoarding disorder juga berkaitan dengan masalah mental lainnya. Mulai dari cemas berlebih, ADHD, depresi, demensia, OCD, hingga skizofrenia. Perlu penanganan dari tenaga medis profesional jika masalah mental yang mendasari terjadinya kebiasaan tidak sehat ini.
Menurut penelitian, suka menimbun barang berhubungan dengan ketidakmampuan seseorang menjalankan fungsi eksekutif, yaitu mengendalikan proses kognitif dan perilaku. Itulah sebabnya, orang dengan gangguan ini tidak bisa meregulasi dirinya sendiri. Kerap kali, kondisi ini disertai dengan kesulitan fokus, mengambil keputusan, dan mengklasifikasikan benda-benda.
Baca juga: Manfaat Support System untuk Kesehatan Mental
Hoarding disorder bukan hal yang langka. Setidaknya 1 dari tiap 20 orang bisa mengalami tendensi melakukan kebiasaan hoarding secara signifikan. Baik perempuan maupun laki-laki sama-sama bisa memiliki kebiasaan menyimpan barang tidak perlu.
Faktor penting yang bisa mempengaruhi kondisi ini adalah usia. Orang dewasa berusia 55 tahun ke atas tiga kali lebih rentan mengalaminya ketimbang yang lebih muda. Rata-rata, orang yang merasa butuh bantuan psikiater adalah mereka yang berusia 50 tahun.
Remaja bisa juga mengalami gangguan ini, namun gejalanya lebih tidak signifikan. Ini karena remaja biasanya masih tinggal bersama orang tua atau teman sekamar sehingga dapat menerapkan regulasi. Kebiasaan menyimpan barang bisa mulai mengintervensi kehidupan sejak usia 20-30 tahun.
Jika min parang, orang yang mengalaminya bisa tidak sadar menunjukkan gejalanya. Beberapa gejalanya seperti:
Penanganan untuk orang yang mengalaminya harus fokus pada orangnya, bukan hanya mengosongkan ruangan atau rumah dari benda-benda tak bermanfaat. Jenis terapi yang bisa dilakukan mulai dari terapi perilaku kognitif, konsumsi obat tertentu, hingga bergabung dalam support group.
Baca juga: Mengenal Hipnoterapi dalam Perawatan Kesehatan Mental
Tentunya, perlu bantuan tenaga medis profesional untuk membantu diagnosis dan penanganan hoarding disorder. Dengan bantuan profesional dari waktu ke waktu, kebiasaan menimbun barang bisa berkurang dan mengurangi kemungkinan banyaknya benda yang memicu emosi negatif pemiliknya.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar kebiasaan yang tidak sehat, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Rasa penyesalan yang terlalu dalam bisa menyabotase fisik dan pikiran seseorang. Memang pada beberapa kasus ada penyesalan yang begitu besar dan sulit diabaikan begitu saja. Namun, bukan berarti tidak mungkin diselesaikan.
Meski banyak yang membeci aromanya, namun manfaat buah durian untuk kesehatan tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Si raja buah ini mengandung beragam kandungan nutrisi baik untuk tubuh.
Agar asam urat tidak tinggi, selain mengonsumsi nanas dan lobak hingga baking soda, tentu makanan juga perlu lebih selektif. Sebaiknya hindari makanan atau minuman dengan kadar fruktosa dan purin tinggi.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved