Kencing berbusa dapat disebabkan oleh dehidrasi, gangguan ginjal, diabetes, ejakulasi retrograde, atau konsumsi obat-obatan tertentu. Kondisi ini harus ditangani dengan tepat.
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
15 Agt 2023
Kencing berbusa dapat terjadi akibat penyakit ginjal
Table of Content
Selain warna, tekstur urine juga dapat mengindikasikan masalah kesehatan tertentu. Salah satu yang harus diperhatikan adalah kencing berbusa, terutama jika terjadi cukup sering dan ada gejala lain yang menyertainya.
Advertisement
Urine yang ideal berwarna kuning jernih dan berbentuk cairan tanpa gelembung. Apabila urine berbusa terus-menerus, kondisi ini bisa menjadi tanda meningkatnya protein dalam urine yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Masalah pada urine berkaitan dengan proses pembuangan ginjal. Oleh karena itu, penyebab kencing berbusa bisa bermacam-macam.
Berikut adalah berbagai kemungkinan penyebab yang perlu diwaspadai.
Apakah Anda suka menahan kencing? Kebiasaan ini bisa menyebabkan kandung kemih terlalu penuh. Saat berkemih, urine pun jadi keluar lebih deras dan cepat.
Sama seperti air yang berbuih saat keluar dari keran, urine juga dapat berbusa jika keluar dengan cepat di toilet.
Anda tidak perlu khawatir karena kondisi ini tidak mengindikasikan adanya masalah.
Jika Anda mengalami dehidrasi, urine umumnya menjadi lebih gelap dan lebih pekat dari biasanya. Kondisi ini bisa membuat kencing tampak berbuih.
Dehidrasi terjadi jika Anda kurang minum cairan, terutama untuk mengencerkan zat lain, seperti protein dalam urine.
Protein memiliki sifat surfaktan. Jika jumlahnya banyak, kencing bisa jadi berbusa saat dikeluarkan.
Urine berbusa bisa menandakan adanya kandungan protein pada urine. Salah satu fungsi vital ginjal adalah menyaring protein dalam urine.
Namun, jika Anda mengalami kerusakan atau penyakit ginjal, protein dari ginjal dapat bocor ke urine. Kondisi ini disebut dengan proteinuria.
Penderita proteinuria biasanya telah mengalami gangguan ginjal kronis.
Kondisi ini juga dapat ditandai dengan kulit gatal, mual, sesak napas, pembengkakan, kelelahan, sering buang air kecil, dan muntah.
Penderita diabetes juga biasanya mengalami gejala kencing berbusa warna putih.
Kondisi diabetes yang tidak dikontrol bisa memunculkan molekul glukosa pada tubuh. Glukosa ini mirip kandungan protein. Jika ginjal tidak berhasil menyaringnya, glukosa akan keluar sebagai buih pada urine.
Selain itu, kerusakan pada mikrovaskular ginjal (pembuluh darah kecil) dan sistem filtrasi akibat nefropati diabetik memungkinkan protein masuk ke urine sehingga menyebabkan proteinuria.
Selain kencing berbusa, gejala yang dapat dialami penderita diabetes adalah pandangan kabur, mulut kering, kerap merasa haus, sering ingin buang air kecil, muncul lapar tiba-tiba, kulit gatal, dan kelelahan tanpa sebab.
Meski jarang terjadi, ejakulasi retrograde dapat memicu terjadinya urine berbusa. Pada kondisi ini, air mani justru kembali ke kandung kemih dan tidak dikeluarkan penis.
Ejakulasi retrograde juga bisa terjadi karena konsumsi obat penurun tekanan darah tinggi, obat untuk mengatasi pembesaran prostat, atau pernah menjalani prosedur operasi di prostat atau uretra.
Infeksi kronis, seperti hepatitis atau HIV, dapat menyebabkan kelebihan protein dalam urine yang memicu kencing berbuih.
Sebab, sebagian infeksi bisa langsung menyerang penyaring dalam ginjal, sedangkan sebagian lain menimbulkan peradangan yang mempengaruhi fungsi ginjal.
Orang yang mengonsumsi obat-obatan phenazopyridine bisa mengalami kencing berbusa. Obat-obatan ini biasanya digunakan untuk meredakan nyeri akibat infeksi saluran kemih.
Kandungan phenazopyridine hydrochloride di dalamnya juga dikenal menyebabkan urine berwarna jingga. Terkadang, kandungan obat-obatan tersebut bereaksi menjadi berbusa ketika terpapar air.
Anda perlu waspada apabila urine berbusa terjadi secara terus-menerus, bahkan semakin parah dari waktu ke waktu.
Sebaiknya Anda juga memperhatikan masalah kesehatan tertentu, yang berisiko menimbulkan kencing berbusa.
Selain itu, berikut adalah gejala maupun keluhan lain yang bisa terjadi bersamaan dan perlu dicurigai.
Segera periksakan diri Anda ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Jangan sampai kondisi ini semakin memburuk dan berbahaya.
Dokter umumnya melakukan pemeriksaan dengan mengambil sampel urine untuk mengujinya.
Kadar albumin di dalam urine akan diperiksa untuk mengetahui kinerja ginjal dalam menyaring zat-zat dari darah.
Apabila hasil urine albumin-to-creatinine ratio (UACR) lebih tinggi dari 30 miligram per gram, besar kemungkinan adanya gangguan ginjal.
Sementara itu, jika yang menjadi pemicu kencing berbusa adalah ejakulasi retrograde, dokter dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap kondisi sperma pasien.
Baca Juga
Cara mengatasi kencing berbusa tergantung pada penyebab yang mendasarinya.
Jika mengalami dehidrasi, Anda harus minum lebih banyak cairan bening hingga kencing kembali berwarna kuning pucat atau hampir transparan.
Apabila diabetes yang jadi penyebab utamanya, dokter dapat meresepkan obat oral atau suntikan insulin untuk menurunkan kadar glukosa darah.
Anda perlu memeriksa kadar gula darah secara teratur untuk memastikannya berada dalam kisaran yang normal.
Dokter juga dapat meresepkan obat untuk orang dengan penyakit ginjal awal. Selain itu, Anda disarankan untuk melakukan perubahan gaya hidup sehat sebagai berikut.
Penderita penyakit ginjal parah atau fungsi ginjal yang buruk kemungkinan memerlukan dialisis (cuci darah), yaitu prosedur untuk membersihkan darah dari limbah berlebih.
Konsultasikan dengan dokter mengenai penanganan yang tepat untuk masalah urine berbusa yang Anda alami.
Advertisement
Ditulis oleh Dina Rahmawati
Referensi
Artikel Terkait
Batu ginjal adalah endapan mineral yang terbentuk di dalam saluran kemih. Tanda-tanda batu ginjal yaitu nyeri pinggang, nyeri saat buang air kecil, perubahan warna urine, demam dan menggigil.
13 Jun 2019
Yang paling utama dilakukan dalam pertolongan pertama anak muntah terus adalah memastikan anak mendapatkan asupan cairan cukup untuk menggantikan cairan yang hilang. Selanjutnya, langkah-langkah berikut dapat dilakukan.
10 Agt 2023
World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk tidak menggunakan pemanis non-gula untuk mengontrol berat badan karena berpotensi meningkatkan risiko diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskuler, dan kematian pada orang dewasa jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
23 Mei 2023
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved