Sering typo atau salah ketik adalah hal yang umum terjadi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh otak yang terlalu fokus pada penyampaian makna.
15 Jul 2022
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Sering typo saat mengetik bisa menyebabkan salah arti
Table of Content
Pernahkah Anda mengalami sering typo atau salah ketik saat mengirimkan pesan? Baru-baru ini penyanyi perempuan populer di Indonesia, Yura Yunita, menceritakan pengalaman uniknya lewat akun Twitter pribadinya.
Advertisement
Yura membagikan hasil tangkapan layar chat WhatsApp dari panitia suatu acara yang bermaksud mengundangnya sebagai guest star.
Namun, ada yang janggal dari ketikan chat tersebut karena bukan nama Yura Yunita, panitia yang menghubunginya justru mengetik “Yura Yunani”. Tidak hanya itu, dua chat yang dikirim sebelum kesalahan ketik tersebut juga dihapus
Tangkapan layar tersebut mengundang banyak respons, baik dari Yura sendiri, dan tentunya para netizen.
Typo adalah kesalahan umum yang sering terjadi saat mengetik. Siapa pun bisa mengalaminya, bahkan bisa berulang-ulang. Lantas, adakah penjelasan ilmiah dibalik kebiasaan ini?
Dilansir dari wawancara Wired, Psikolog asal University of Sheffield, Inggris, Tom Stafford menganalisa mengapa seseorang sering typo saat chatting.
Beliau menjelaskan bahwa alasan terjadinya kesalahan ketik bukan karena kita bodoh atau ceroboh.
Berikut adalah sejumlah fakta menarik seputar typo yang diungkapkan dari wawancara tersebut.
Stafford menyatakan bahwa mengetik/menulis sebuah pesan dinilai sebagai tugas yang cukup sulit dilakukan. Sebab, kita mencoba menyampaikan makna saat melakukannya.
Dalam proses pengetikan, fokus utama otak adalah membentuk dan mencoba untuk mengomunikasikan ide-ide yang kompleks, yaitu dengan menggabungkan kalimat menjadi gagasan yang memiliki makna.
Hal tersebut membuat otak cenderung tidak memperhatikan komponen-komponen sederhana, seperti halnya ejaan. Akibatnya, terjadilah typo atau salah ketik, misalnya dari ‘makan’ menjadi ‘makam’.
Penyebab sering salah ketik juga dapat terjadi karena kita melihat apa yang ingin kita lihat.
Maksudnya, kita mungkin tidak menyadari jika telah melakukan salah ketik. Pasalnya, apa yang kita lihat di layar handphone bersaing dengan makna yang ada di kepala.
Jadi, walaupun ada typo, kita mengacu pada versi yang ada di pikiran sehingga tidak merasa ada yang salah.
Misalnya, kita mengetik kata “makin”, padahal seharusnya “makan”. Namun, ketika membacanya, kita merasa bahwa kata yang diketik sudah benar karena otak mengetahui maksud tujuannya.
Baca Juga
Stafford juga membagikan sebuah trik yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah sering typo.
Caranya adalah mengubah pengalaman mengetik yang berbeda dari biasanya. Misalnya, dengan mengubah tampilan kolom pesan, bentuk huruf (font), atau warna latar belakang aplikasi chat.
Cara ini dapat dilakukan karena otak manusia lebih memperhatikan detail secara rinci ketika melakukan sesuatu yang baru.
Cara mengatasi salah ketik juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan fitur autocorrect dan predictive text yang ada di pengaturan keyboard pada smartphone.
Selain itu, dilansir dari Psychology Today, dua peneliti dari Flinders University mengungkapkan bahwa untuk memperbaiki kebiasaan typo, cobalah membaca ulang apa yang sudah diketik sembari mengucapkannya.
Membaca teks dengan suara keras dinilai membantu meningkatkan kapasitas seseorang untuk menemukan kesalahan ketik.
Sementara itu, jika memiliki pertanyaan seputar masalah kesehatan, Anda bisa bertanya langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh aplikasi SehatQ sekarang di App Store atau Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Demensia dan Alzheimer seringkali dianggap sama. Padahal, demensia adalah sejenis sindrom dan masih bisa disembuhkan dengan pengobatan medis. Demensia dapat dipicu berbagai penyakit, salah satunya Alzheimer. Demensia dan Alzheimer dapat merasakan gejala-gejala penurunan fungsi otak.
Micro-cheating adalah awal dari perselingkuhan. Berbeda dengan selingkuh secara fisik, jenis perselingkuhan ini lebih melibatkan emosi dan perasaan.
Kejang pada bayi terjadi karena tidak ada asupan oksigen pada pembuluh darah atau hypoxia-ischemia saat persalinan. Hal ini dapat memicu cedera otak bayi.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved