Selain penyakit insomnia, terdapat gangguan tidur lain, yaitu penyakit narkolepsi dan sleeping beauty syndrome. Keduanya memiliki kesamaan yaitu rasa kantuk yang berlebih dan sulit untuk ditahan. Meskipun demikian, terdapat perbedaan di antara keduanya.
3.67
(3)
4 Sep 2019
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Penyakit narkolepsi dan sleeping beauty syndrome sekilas terlihat sama karena ditandai dengan rasa kantuk yang berlebih dan tidak tertahankan yang membuat penderitanya dapat tertidur kapan saja
Table of Content
Tidur adalah salah satu kegiatan yang cukup penting untuk menyokong kehidupan dengan membiarkan tubuh beristirahat sejenak dan meregenerasi dirinya. Namun, berbagai gangguan tidur mampu mengacaukan pola tidur Anda.
Advertisement
Salah satu gangguan tidur tersebut adalah penyakit narkolepsi dan sleeping beauty syndrome. Berbeda dengan penyakit insomnia, penyakit narkolepsi dan sleeping beauty syndrome diindikasikan dengan rasa kantuk atau tidur yang berlebih.
Keduanya sekilas sama, tetapi sebenarnya berbeda. Lantas, apa itu narkolepsi dan bagaimana membedakannya dengan sleeping beauty syndrome?
Gangguan tidur narkolepsi dan sleeping beauty syndrome memiliki satu ciri khas yang sama yaitu kemunculan rasa kantuk yang tidak tertahankan.
Penderita penyakit narkolepsi mengalami rasa kantuk yang tidak tertahankan pada pagi dan siang hari. Sementara penderita sleeping beauty syndrome atau sindrom Kleine-Levin mengalami rasa kantuk berlebih yang tidak dapat diprediksi karena dapat terjadi kapan saja.
Tertidurnya penderita penyakit narkolepsi hanya berlangsung sementara dan dapat terjadi saat penderita sedang melakukan aktivitas sehari-hari, seperti bekerja, menulis, mengendarai kendaraan, dan sebagainya.
Penderita sleeping beauty syndrome bisa tertidur sampai 20 jam per harinya. Ia akan merasa sangat letih dan tidak mampu untuk mengurus dirinya ataupun melakukan aktivitas lain, seperti makan, ke kamar mandi, bekerja, dan sebagainya. Hal tersebut dapat berlangsung berhari-hari hingga berminggu-minggu.
Baca Juga
Perbedaan penyakit narkolepsi dengan sleeping beauty syndrome juga terlihat dari gejala yang ditimbulkan.
Penderita narkolepsi akan mengalami:
Penderita sleeping beauty syndrome dapat mengalami gejala yang mendadak dan tidak dapat diprediksi seperti:
Meskipun penderita penyakit narkolepsi juga dapat mengalami halusinasi, tetapi halusinasi dirasakan ketika mengalami sleep paralysis.
Sampai saat ini, belum ada pengobatan narkolepsi dan sleeping beauty syndrome, tetapi cara mengatasi narkolepsi dan sleeping beauty syndrome dapat dilakukan dengan pemberian medikasi untuk mengatasi gejala, serta mengganti pola hidup.
Bila Anda atau kerabat mengalami kesulitan akibat penyakit narkolepsi atau sleeping beauty syndrome, Anda atau kerabat dapat berkonsultasi ke dokter untuk mengetahui cara mengatasi narkolepsi atau sleeping beauty syndrome yang dirasakan.
Pengobatan narkolepsi dan sleeping beauty syndrome memang belum ditemukan, tetapi dengan menerapkan cara mengatasi narkolepsi dan sleeping beauty syndrome yang tepat, Anda dapat mengurangi dampak dari penyakit narkolepsi dan sleeping beauty syndrome yang dirasakan.
Gangguan tidur lainnya yang terkenal di masyarakat adalah penyakit insomnia. Namun, apakah penyakit insomnia berkaitan dengan gangguan tidur narkolepsi? Faktanya salah satu gejala lain yang dapat dialami oleh penderita penyakit narkolepsi adalah penyakit insomnia.
Penderita penyakit narkolepsi merasa mengantuk pada pagi dan siang hari, tetapi saat malam hari, penderita penyakit narkolepsi mungkin dapat mengalami kesulitan untuk tidur berupa penyakit insomnia, bergerak-gerak saat bermimpi, sleep apnea, dan sebagainya.
Kesulitan tidur atau penyakit insomnia yang dirasakan dapat membuat penderita penyakit narkolepsi terbangun beberapa kali di malam hari selama 10-20 menit. Penyakit insomnia tersebut dapat memperparah rasa kantuk yang dialami di pagi dan siang hari.
Gangguan tidur narkolepsi mungkin jarang ditampilkan di media ataupun dibahas dalam masyarakat, tetapi faktanya terdapat beberapa orang yang mengalami kondisi medis berupa penyakit narkolepsi.
Penyakit narkolepsi yang dialami tidak hanya mempengaruhi pola tidur penderita, tetapi juga setiap aspek kehidupan penderita, seperti hubungan dengan orang lain, pekerjaan, dan sebagainya.
Kisah penderita gangguan tidur narkolepsi diceritakan oleh Joyce yang merupakan salah satu penderita penyakit narkolepsi yang berasal dari Amerika. Sejak kecil, Joyce sudah mengalami halusinasi yang membuatnya ketakutan dan kesulitan tidur di malam hari.
Saat sudah menikah, Joyce pindah ke Filipina dengan suaminya yang bekerja di angkatan udara. Joyce mulai mengalami kesulitan untuk tetap terbangun di pagi hari dan sering tertidur saat sedang mengobrol bersama tetangganya.
Setelahnya, Joyce bercerai dengan suaminya dan kembali ke Amerika bersama anak-anaknya. Joyce tetap kesulitan untuk terbangun di pagi dan siang hari, bahkan Joyce mengalami kesulitan untuk fokus dan mengingat pekerjaan yang dilakukan.
Joyce kerap kali merasa lelah dan kesulitan untuk membereskan rumah serta melakukan kegiatan sehari-hari. Halusinasi dan rasa lelah yang dialami Joyce membuatnya berkonsultasi ke dokter yang mendapati bahwa dirinya mengalami penyakit narkolepsi.
Saat ini, Joyce masih berusaha mengatasi penyakit narkolepsi yang dialami sambil bekerja paruh waktu.
Advertisement
Referensi
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Bifasik adalah pola tidur dua kali dalam sehari, yakni siang dan malam hari. Kondisi ini dipengaruhi oleh ritme sirkadian internal masing-masing individu yang berbeda.
Gejala depresi bisa timbul akibat banyak faktor yang terkait dengan kehidupan seseorang. Tanda-tanda depresi ini bukan sekadar rasa sedih yang berlebihan dan gangguan tidur saja.
Clinomania merupakan kondisi sulit beranjak dari tempat tidur setiap harinya. Bukan malas, bisa jadi penyebabnya karena takut menjalani hari yang berat.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Vina Liliana
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Vina Liliana
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved