ADHD pada anak dapat ditandai dengan sulit memperhatikan, mudah teralihkan, hingga sering melakukan kesalahan. Penanganan kondisi ini dapat dilakukan melalui psikoterapi dan pemberian obat-obatan.
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
14 Jun 2022
ADHD pada anak membutuhkan perhatian lebih dari orangtua
Table of Content
Attention deficit hyperactivity disorder atau ADHD adalah salah satu gangguan mental yang paling umum dialami anak-anak. ADHD pada anak dapat mempengaruhi rentang perhatian, kemampuan untuk duduk diam, serta pengendalian diri.
Advertisement
Tak jarang, anak ADHD dianggap sebagai anak nakal karena tidak bisa diam. Untuk itu, orangtua perlu tahu berbagai gejala ADHD agar bisa mencari solusi terbaik bagi mereka.
ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang bisa menyebabkan anak mengalami kesulitan memperhatikan, mengendalikan perilaku impulsif, atau menjadi terlalu aktif.
Terdapat tiga tipe ADHD yang dapat terjadi pada anak, yaitu:
Jika memiliki tipe inatensi, anak akan kesulitan untuk mengatur atau menyelesaikan tugas, memperhatikan detail, dan mengikuti instruksi atau percakapan. Mereka juga mudah teralihkan atau pelupa.
Pada tipe hiperaktif/impulsif, anak biasanya resah dan tidak dapat mengontrol hasratnya. Mereka tidak bisa duduk diam untuk waktu yang lama, banyak berbicara, sering mengganggu orang lain, dan sulit bergiliran atau mendengarkan arahan. Impulsif adalah tipe yang bisa membuat anak dicap sebagai anak nakal.
Tipe kombinasi adalah yang paling umum. Anak mungkin memiliki ADHD tipe ini jika mereka kesulitan untuk memperhatikan dan berperilaku hiperaktif ataupun impulsif.
ADHD dapat ditandai dengan kurangnya perhatian anak, disertai hiperaktivitas dan impulsivitas. Gangguan ini bisa mempengaruhi interaksi sosial dan prestasi akademik anak.
Berikut adalah berbagai ciri-ciri ADHD pada anak yang bisa Anda identifikasi.
Salah satu ciri ADHD yang ditemukan pada anak adalah sulit memperhatikan. Anak mungkin akan mengalami kesulitan untuk mendengarkan seseorang ketika berbicara, mengikuti perintah, menyelesaikan tugas, atau menjaga barang bawaannya.
Gejala ADHD pada anak selanjutnya adalah mudah lupa karena sulit fokus terhadap banyak hal. Akibatnya, mereka sering lupa terhadap hal-hal yang diperintahkan.
Salah satu ciri anak ADHD adalah tidak bisa duduk diam. Mereka mungkin akan sering lari dan memanjat meskipun berada di dalam ruangan.
Saat anak duduk, mereka cenderung bergeliat, gelisah, dan loncat-loncatan. Anda juga mungkin akan menyadari bahwa anak sering berbicara dan kesulitan untuk diam.
Anda mungkin menyadari bahwa anak kesulitan untuk menunggu giliran. Anak dengan ADHD umumnya berperilaku impulsif sehingga sering memotong antrean, mengganggu yang lain, atau bahkan menjawab pertanyaan sebelum guru selesai bertanya.
Dikutip dari Healthline, salah satu gejala ADHD yang bisa dikenali adalah anak tidak mampu menunggu giliran.
Anak penderita ADHD dapat merasa kesulitan untuk menunggu giliran ketika mereka sedang bermain di dalam kelas atau lingkungan sosial.
Karakteristik anak ADHD lainnya adalah adalah gejolak emosi yang tak menentu.
Mereka bisa merasa kesulitan untuk menjaga emosi sehingga dapat meluapkan amarahnya secara tiba-tiba pada waktu yang tidak tepat.
Bagi anak-anak penderita ADHD yang lebih muda, mereka juga dapat mengalami tantrum.
Tidak bisa tenang juga termasuk salah satu ciri ADHD pada anak yang perlu diwaspadai. Misalnya, saat bermain dengan teman-temannya, anak bisa menjadi berisik dan tidak mampu untuk bermain dengan tenang.
Anak ADHD mungkin dapat memiliki ketertarikan terhadap banyak aktivitas atau tugas di sekelilingnya. Namun, mereka bisa merasakan kesulitan untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Contohnya, saat melakukan pekerjaan rumah (PR) atau tugas tertentu. Mereka bisa saja langsung memulainya, tetapi bisa juga langsung melakukan hal lain yang menarik perhatiannya tanpa menyelesaikan tugas sebelumnya.
Tanda dan gejala ADHD pada anak lainnya adalah sering membuat kesalahan. Pasalnya, mereka dapat kesulitan mengikuti perintah atau instruksi dari orangtuanya.
Kondisi ini berpotensi membuat penderita ADHD kesulitan ketika melakukan perencanaan atau mengeksekusi tugas tersebut. Mereka pun menjadi rentan untuk membuat kesalahan.
Ciri-ciri anak ADHD ini tentu perlu dimaklumi orangtua. Meski begitu, tetap bantu mereka ketika mengerjakan tugas atau aktivitas tertentu agar terhindar dari kesalahan.
Gejala ADHD yang cukup mudah diidentifikasi adalah sering melamun. Jangan salah, anak penderita ADHD tidak selalu berisik. Ada kalanya mereka diam seribu bahasa dan menjadi pendiam.
Saat melamun, anak penderita ADHD cenderung menatap ruang di sekitar dan mengacuhkan apa yang terjadi di sekelilingnya.
Sampai saat ini, penyebab ADHD masih belum jelas. Namun, ada anggapan bahwa ADHD dapat disebabkan genetika. Sebab, banyak ahli menganggap gen memiliki peran yang penting.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), ada banyak kemungkinan penyebab ADHD pada anak selain faktor genetik, di antaranya:
Banyak rumor yang mengklaim bahwa ADHD disebabkan konsumsi gula terlalu banyak, menonton televisi terlalu sering, gaya asuh orangtua, faktor lingkungan dan kehidupan sosial, hingga kemiskinan.
Namun, berbagai faktor penyebab ADHD ini hanyalah mitos belaka dan tidak didukung penelitian ilmiah.
Belum ada pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui ADHD pada anak. Yang dapat dilakukan adalah mengunjungi dokter spesialis kejiwaan.
Dokter dapat menanyakan anak beberapa pertanyaan, mendengarkan penjelasan masalah tingkah laku pada anak, serta meminta komentar dari guru.
Untuk mendapatkan diagnosis, anak harus menunjukkan gejala-gejala ADHD selama 6 bulan, seperti tidak memperhatikan, hiperaktif, dan tingkah laku impulsif. Gejala tersebut harus muncul tidak lebih saat anak berusia 12 tahun.
ADHD sering kali diidentifikasi pada anak-anak usia sekolah ketika mereka menunjukkan gangguan saat berada di kelas atau masalah dalam mengerjakan tugas sekolah. Itulah mengapa kondisi ini umumnya didiagnosis ketika anak berusia 3-7 tahun.
Baca Juga
Anak ADHD adalah kondisi yang tidak boleh diabaikan. Jika tidak ditangani dengan tepat, ADHD bisa menyebabkan kegagalan akademik, lebih banyak cedera atau kecelakaan, harga diri yang buruk, dan sulit diterima oleh orang lain.
Penanganan ADHD pada anak dapat dilakukan melalui psikoterapi dan pemberian obat-obatan.
Konseling dapat membantu anak mengatasi rasa frustrasi yang mereka alami dan membantu membangun rasa percaya dirinya.
Salah satu jenis terapi yang disebut pelatihan kemampuan sosial, menunjukkan pada anak ADHD bagaimana cara untuk mengantre dan berbagi.
Penelitian menunjukkan bahwa pengobatan jangka panjang dengan gabungan antara obat-obatan dan terapi tingkah laku, lebih efektif jika dibandingkan dengan pengobatan saja.
Kebanyakan anak dengan ADHD bersekolah di kelas reguler, tetapi beberapa dari mereka belajar lebih baik di tempat yang memiliki struktur lebih lengkap.
Jika anak belajar di sekolah khusus, mereka akan mendapatkan pembelajaran yang dikhususkan untuk menyesuaikan dengan gaya belajarnya.
Cobalah untuk menyusun rutinitas yang jelas di rumah bagi anak ADHD. Pasang jadwal harian yang dapat mengingatkannya hal-hal yang perlu mereka lakukan sepanjang hari.
Hal ini akan membantu anak menyelesaikan tugasnya, seperti bangun, makan, bermain, mengerjakan PR, dan pergi tidur.
Penelitian menunjukkan bahwa pola makan menghasilkan dampak yang beragam, tetapi beberapa ahli percaya bahwa makanan yang baik untuk otak dapat membantu anak ADHD.
Makanan yang kaya akan protein, seperti telur, daging, kacang polong, dan kacang-kacangan, dapat membantu anak untuk berkonsentrasi dengan lebih baik.
Meskipun banyak anak yang berlompat-lompat setelah makan makanan manis atau cepat saji, tidak ada bukti kuat bahwa gula menjadi penyebab ADHD. Peran penambah rasa juga belum jelas dalam hal ini.
Kaitan antara duduk di depan TV dan ADHD belumlah jelas. Namun, para ahli menyarankan untuk membatasi waktu menonton pada anak, tepatnya tidak lebih dari 2 jam sehari.
Dengan perawatan yang tepat, mayoritas anak dengan ADHD bisa membaik. Jika gejala pada anak berlanjut hingga dewasa, segera konsultasikan dengan dokter. Anak tetap bisa mendapatkan pengobatan yang sesuai untuk usianya.
Belum ada cara yang pasti untuk mencegah agar anak terhindar dari ADHD, tetapi ada beberapa langkah yang bisa Anda ambil untuk meminimalisir risiko tersebut.
Ketika Anda hamil, hindari mengonsumsi alkohol, obat-obatan terlarang, dan merokok. Anak-anak yang ibunya merokok saat hamil berpotensi dua kali lebih tinggi untuk mengidap ADHD.
Selain itu, lindungi anak dari paparan polutan dan racun, seperti asap rokok dan cat timbal. Walaupun belum terbukti, hindari juga paparan berlebihan terhadap gawai dalam lima tahun pertama kehidupan anak.
Jika anak menunjukkan berbagai gejala ADHD di atas, jangan ragu untuk bertanya dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh di App Store atau Google Play sekarang juga!
Advertisement
Ditulis oleh Maria Yuniar
Referensi
Artikel Terkait
Anak malas belajar? Anda tidak perlu khawatir karena ada berbagai cara agar anak mau belajar yang bisa dicoba, mulai dari memberikannya hadiah hingga membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan.
27 Jul 2021
Bayi berdiri pertanda ia siap berjalan. Untuk itu, orang tua harus senantiasa melatih dan mendukung Si Kecil, mulai dari bantu buah hati duduk, lalu bantu latih kekuatan kakinya, beri pujian, hingga hibur saat bayi terjatuh
26 Apr 2020
Retardasi mental adalah gangguan perkembangan yang membuat seseorang kesulitan belajar, bahkan dalam hal dasar seperti berbicara, membaca, dan menulis. Kondisi ini bisa dirawat, selama ada dukungan penuh dari dokter, orangtua, dan keluarga.
18 Jan 2020
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved