Tidak semua transgender merasakan gender dysphoria. Namun beberapa dari mereka ada yang pernah mengalami fase tekanan batin saat sulit menerima perbedaan identitas gender.
14 Feb 2020
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Tidak semua transgender merasakan gender dysphoria, karena ada transgender yang nyaman dengan pilihan identitas gender-nya.
Table of Content
Gender dysphoria adalah kondisi psikologis yang membuat seseorang merasa jenis kelamin seksualnya tidak selaras dengan identitas gendernya. Mari kenali gender dysphoria, beserta definisi, penyebab, hingga penanganannya.
Advertisement
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), gender dysphoria adalah kondisi yang muncul ketika seseorang mengalami ketidaknyamanan karena merasa jenis kelamin biologis dengan identitas gendernya tidak sesuai.
Perlu diketahui, jenis kelamin dan identitas gender adalah dua hal berbeda. Jenis kelamin mengacu pada perbedaan biologis pada pria dan wanita. Sementara itu, identitas gender merujuk pada peran sosial dan budaya dari perempuan atau laki-laki dalam masyarakat.
Dalam kasus gender dysphoria, seseorang merasa bahwa jenis kelamin biologis yang ia bawa sejak lahir, tidak cocok dengan identitas gendernya. Mungkin ini menjadi alasan pengidap gender dysphoria ingin menjalani operasi ganti kelamin atau yang disebut dengan istilah transgender.
Perlu ditegaskan bahwa gender dysphoria bukanlah gangguan mental, melainkan kondisi medis yang sudah diakui oleh dunia kesehatan melalui DSM-5.
Selain itu, penting diketahui bahwa tidak semua transgender merasakan gender dysphoria. Beberapa dari mereka mungkin tidak merasa terbebani karena memiliki gender yang berbeda dari jenis kelamin biologisnya.
Gejala awal gender dysphoria bisa muncul sejak pengidapnya masih kecil, bahkan di usia 2-3 tahun. Contoh kecilnya, pengidap gender dysphoria menolak mainan yang biasanya digemari oleh gendernya, dan lebih memilih mainan yang umumnya disukai oleh gender pilihannya.
Berikut ini adalah gejala gender dysphoria pada anak-anak:
Pada remaja dan orang dewasa, berikut ini adalah gejala gender dysphoria:
Menurut National Health Service, gender dysphoria bisa disebabkan oleh beberapa kondisi medis langka, seperti:
Kondisi ini terjadi jika kadar hormon pria di dalam janin perempuan, terlalu tinggi. Saat terlahir, sang anak mungkin merasa dirinya adalah laki-laki, dan bukan perempuan.
Kondisi ini terjadi jika bayi memiliki perbedaan antara alat kelamin eksternal dan alat kelamin internal (testis dan ovarium). Kondisi ini disebut juga dengan istilah hermafrodit.
Saat kondisi ini terjadi, gender dysphoria berpotensi muncul akibat hormon yang tidak bekerja secara baik di dalam rahim, saat sang bayi masih dalam kandungan ibunya.
Hormon tambahan dalam sistem ibu, akibat mengonsumsi obat-obatan tertentu saat sedang mengandung, juga bisa menjadi salah satu penyebab gender dysphoria.
Jika anak atau salah satu keluarga Anda mengidap gender dysphoria, biasanya akan ada penanganan dalam bentuk bantuan psikologis.
Sebab, penanganan gender dysphoria bertujuan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa tidak nyaman yang timbul akibat ketidakselarasan antara jenis kelamin biologis dan identitas gender mereka.
Contohnya, membiarkan pengidap gender dysphoria menggunakan baju dari identitas gender yang ia pilih. Merka juga berpotensi menjalani operasi ganti kelamin ketika sudah dewasa, jika itu dirasa sebagai pilihan terbaik.
Baca Juga
Selain itu, pengidap gender dysphoria yang takut akan perubahan bentuk tubuhnya saat pubertas, biasanya mengonsumsi obat-obat hormon (testosteron atau estrogen) yang bisa meminimalisir perubahan fisik akibat pubertas.
Namun tentu saja, hal ini dilakukan atas kemauan pengidap dengan pengawasan dokter. Biasanya sebelum melakukan hal ini, pengidap gender dysphoria harus berkonsultasi dengan dokter atau psikolog.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Dampak aplikasi cari jodoh yang bisa memunculkan kecanduan hingga kecemasan berlebih. Gunakanlah secara bijak dan ketahui batas pemakaiannya.
Terapi tertentu seperti terapi seni (art therapy) atau terapi bermain (play therapy) adalah salah satu jenis pengobatan gangguan mental pada anak. Gejala gangguan mental anak salah satunya suasana hati mudah berubah.
Drama Korea Selatan tidak hanya melulu soal cinta-cintaan. Ada beberapa drama yang sarat akan pesan moral sekaligus edukasi seputar kesehatan mental dan masalah lainnya dalam masyarakat, seperti lima drama Korea populer berikut ini.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved