Asfiksia neonatorum adalah kondisi yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir. Kondisi ini menyebabkan bayi kekurangan oksigen selepas lahir yang dapat berakibat fatal.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
20 Mei 2019
Asfiksia neonatorum adalah penyebab bayi kekurangan oksigen selepas lahir karena minimnya asupan oksigen selama proses persalinan
Table of Content
Asfiksia neonatorum adalah kondisi yang membuat bayi kekurangan oksigen selepas lahir. Kondisi ini juga dikenal sebagai asfiksia perinatal atau asfiksia pada bayi baru lahir.
Advertisement
Selama kehamilan, asfiksia dapat menyebabkan gawat janin yang merupakan kondisi fatal. Bahkan, asphyxia neonatorum berat dapat memicu kelainan akibat cedera otak, atau hipoksia-iskemik ensefalopati. Kekurangan asupan oksigen dan darah bisa mengakibatkan kelainan otak pada bayi selepas lahir.
Menurut estimasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada sekitar 90.000 bayi yang meninggal setiap tahunnya karena asphyxia neonatorum. Sebagian besar kasus tercatat terjadi di negara berkembang. Sementara di Indonesia sendiri, menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), penyebab kematian neonatus 0-6 hari akibat asfiksia sebanyak 37 persen.
Bayi dapat kekurangan asupan oksigen selama dalam kandungan dan selama proses persalinan berlangsung. Jika tubuhnya tidak mendapatkan cukup oksigen selama waktu tersebut, maka bayi dapat mengalami hipoksia.
Bayi yang lahir prematur maupun bayi yang lahir dari ibu dengan komplikasi kehamilan seperti diabetes gestasional atau preeklampsia, memiliki risiko tinggi terhadap asfiksia neonatorum. Selain itu, bayi dengan berat rendah (BBLR) juga rentan mengalami kondisi ini.
Gejala asfiksia dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung setelah persalinan. Denyut jantung janin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, dapat digunakan sebagai acuan terjadinya asfiksia neonatorum atau tanda bayi kekurangan oksigen setelah lahir.
Beberapa gejala asfiksia neonatorum yang dapat diamati pada saat bayi baru lahir antara lain:
Baca juga: Ini Napas Bayi Normal yang Harus Orangtua Ketahui
Semakin lama bayi tidak mendapatkan oksigen, gejala asfiksia akan semakin bertambah parah. Gejala yang parah dapat memicu kerusakan dari beberapa organ seperti paru-paru bayi, jantung, ginjal, dan otak. Kerusakan tersebut muncul secara langsung maupun tidak langsung.
Kerusakan yang terjadi secara langsung, yakni ketika sel yang kekurangan oksigen mengalami gangguan. Sementara itu, kerusakan yang muncul secara tidak langsung, yakni melalui efek radikal bebas dari sel yang kekurangan oksigen.
Seluruh proses yang menyebabkan terjadinya gangguan penyerapan oksigen oleh bayi dapat menyebabkan asfiksia neonatorum. Oleh karena itu, pada proses persalinan, dokter atau bidan harus memastikan bahwa kadar oksigen ibu dan bayi terpenuhi. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah bayi kekurangan oksigen selama persalinan dan selepas ia lahir.
Beberapa penyebab asfiksia neonatorum adalah:
Baca juga: Bayi Lahir Tidak Menangis, Apakah Orang Tua Harus Khawatir?
Asphyxia neonatorum bisa terjadi hanya dalam hitungan menit, baik itu sebelum, saat, atau setelah proses persalinan. Hanya dalam hitungan menit itu pula, kerusakan organ bisa terjadi.
Bahkan, kerusakan juga dapat terjadi saat sel-sel sedang dalam tahap pemulihan dari asphyxia neonatorum. Pada fase ini, ada zat-zat beracun yang dilepaskan ke tubuh dan bisa berdampak negatif pada bayi.
Pada umumnya setelah bayi baru dilahirkan, dokter akan melakukan pemeriksaan menggunakan sistem skoring yang dinamakan skor Apgar. Pemeriksaan ini berlangsung pada lima menit pertama kelahiran.
Skor Apgar akan menunjukkan kondisi pernapasan, denyut nadi, keadaan umum, respons terhadap rangsangan, dan kontraksi otot bayi. Tiap variabel dari skor Apgar dinilai dengan angka 0 hingga 2 dengan skor tertinggi yakni 10.
Semakin rendah skor Apgar, maka risiko asfiksia akan semakin tinggi. Di mana bayi dengan skor Apgar 3 dan bertahan selama 5 menit, diduga kuat mengalami kondisi asfiksia.
Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan darah bayi untuk mengetahui kadar asam dalam darah. Jika kadar asam cukup tinggi, artinya bayi tidak mendapat cukup oksigen. Apabila diperlukan, dokter juga akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menganalisis apakah jantung, ginjal, dan liver bayi terdampak.
Langkah penanganan terhadap bayi yang mengalami asphyxia neonatorum bergantung pada kondisinya. Jika terdeteksi sebelum persalinan, maka bantuan oksigen bisa diberikan kepada sang ibu lebih dulu. Alternatif lainnya adalah melakukan persalinan caesar segera untuk mengantisipasi asphyxia neonatorum sebelum jatuh pada keadaan gawat janin.
Sedangkan jika bayi sudah dilahirkan, tindakan resusitasi dilakukan untuk mengembalikan napas bayi yang mengalami kondisi asphyxia neonatorum. Tim medis akan melakukan berbagai langkah untuk menyelamatkan bayi, dengan cara memperlancar jalan napas, memberikan oksigen, serta memijat jantung.
Selain itu, dokter juga mungkin memberikan obat-obatan, serta memasang alat bantu napas melalui intubasi. Seluruh langkah tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia pada bayi memburuk.
Antisipasi adalah kunci terbaik untuk mencegah bayi kekurangan oksigen selepas lahir. Identifikasi faktor risiko ibu dan bayi selama masa kehamilan, akan membantu seluruh tenaga medis mempersiapkan tindakan yang diperlukan untuk mencegah, dan melakukan resusitasi bayi.
Jika Anda ingin berkonsultasi langsung pada dokter terkait asphyxia neonatorum, Anda bisa langsung chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Ditulis oleh dr. M. Helmi A.
Referensi
Artikel Terkait
Perbedaan hamil pertama dan kedua bisa terlihat dari perut yang lebih cepat membesar. Ibu hamil juga merasa payudara tidak sesensitif kehamilan pertama kali.
6 Mar 2023
Manfaat kacang hijau untuk ibu hamil antara lain mencegah bayi lahir dalam kondisi cacat, mendukung perkembangan otak janin dan mencegah berbagai penyakit kronis.
22 Agt 2020
Denyut nadi normal ibu hamil sebaiknya tidak melebihi 90 kali per menit. Bila terlalu lambat atau malah terlalu cepat, ibu hamil rentan mengalami komplikasi kesehatan tertentu.
28 Apr 2021
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved