Kekerasan dalam pacaran tidak hanya berkaitan dengan fisik, tapi juga emosional dan seksual. Sehingga terkadang cirinya sulit dikenali, bahkan oleh korbannya sendiri. Saat pacar sudah mulai obsesif berlebihan, memaksa untuk melakukan hal tertentu bahkan hingga memukul, maka Anda harus waspada.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
24 Feb 2020
Kekerasan dalam pacaran sering terjadi namun jarang diperhatikan
Table of Content
Tak hanya dalam rumah tangga, kekerasan dalam pacaran nyata adanya. Menurut data yang diterbitkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (Kemenpppa), sebanyak 42,7% perempuan yang belum menikah pernah mengalami kekerasan. Lalu, sebanyak 2.090 orang dari total 10.847 pelaku kekerasan tersebut berstatus sebagai pacar.
Advertisement
Sayangnya, meski sudah sering terjadi, belum banyak pihak yang menganggap serius kekerasan dalam pacaran. Terutama anak muda, yang menganggap hal tersebut adalah wajar atau bahkan tanda sayang.
Karena itu, ciri kekerasan dalam pacaran harus dikenali, baik oleh anak muda maupun orangtua. Jangan sampai hubungan tersebut justru merusak masa depan dan memberikan trauma berkepanjangan.
Kekerasan dalam pacaran (KDP) tak hanya terbatas pada kekerasan fisik. Kekerasan verbal, emosional, dan seksual juga dapat dilakukan oleh pasangan yang bersifat abusive atau toxic.
Anda mungkin sudah tahu bahwa menendang, memukul, mendorong atau bahkan menggigit termasuk dalam kekerasan fisik. Para korban harus sadar bahwa ini adalah kekerasan dalam pacaran.
Lebih dari itu, melarang bertemu dengan teman, memanggil dengan nama yang tidak pantas, atau meneriaki Anda juga termasuk dalam tindak kekerasan emosional dan verbal. Terus-menerus membujuk untuk melakukan hubungan seksual, meski Anda sudah jelas menolak pun bisa masuk sebagai kekerasan seksual.
Ada banyak bentuk kekerasan dalam pacaran dan semuanya bisa menimbulkan trauma tersendiri bagi para korbannya. Tindakan tak terpuji ini pun tidak hanya bisa dilakukan oleh laki-laki kepada perempuan, namun juga sebaliknya. Bahkan, seiring dengan perkembangan zaman, muncul juga jenis kekerasan baru, yaitu kekerasan digital.
Terkadang, ciri-ciri kekerasan yang terjadi dalam hubungan pacaran, tidak semudah itu untuk dikenali. Sebab, tekanan yang diberikan pasangan akan memengaruhi kondisi emosional kita. Hal ini menyebabkan kekerasan yang terjadi, akhirnya dimaklumi dan malah diterima sebagai tanda peduli atau sayang.
Pada pola kekerasan dalam pacaran, kekerasan fisik biasanya baru terlihat setelah kekerasan dalam bentuk lain dilakukan. Lalu, bagaimana cara mengenalinya jika kita berada dalam hubungan yang penuh dengan kekerasan?
Satu tanda yang paling kentara apabila sedang berada dalam hubungan tersebut adalah jika Anda takut terhadap pasangan. Anda akan takut mengutarakan pendapat, enggan membahas suatu topik, dan tidak bisa menolak saat pacar mengajak melakukan hubungan seksual. Apapun alasannya, rasa takut seperti itu tidak seharusnya ada di dalam hubungan percintaan.
Selain rasa takut, berikut ini tanda lain yang mungkin terjadi apabila Anda sebenarnya berada di hubungan yang penuh dengan kekerasan.
Kasarnya kata-kata dan perlakukan posesif serta mengontrol berlebihan juga termasuk sebagai kekerasan dalam pacaran. Berikut ini ciri-cirinya:
Anda berhak mengontrol keuangan diri sendiri, bahkan setelah menikah. Jika saat masih pacaran, pacar Anda memaksa untuk mengatur keuangan Anda, maka ini sudah masuk sebagai kekerasan dalam pacaran. Berikut ini tandanya.
Saat pacar sudah mulai melarang Anda untuk menghabiskan waktu bersama teman atau bahkan orangtua dan menginginkan waktu Anda hanya untuknya, maka ini sudah termasuk dalam kekerasan dalam pacaran. Berikut ini cirinya.
Menyakiti secara fisik adalah bentuk kekerasan dalam pacaran yang paling jelas terlihat. Berikut ini tandanya.
Selama pacaran, tidak menutup kemungkinan Anda berhubungan seksual dengan pasangan. Jika salah satu pihak menolak dan lainnya memaksa, maka itu sudah masuk sebagai kekerasan dalam pacaran. Berikut ini tandanya.
Kekerasan digital adala bentuk kekerasan yang dilakukan menggunakan teknologi digital, seperti media sosial atau fitur telepon pintar lainnya. Berikut ini contohnya.
Baca Juga
Ketika mendengar kasus kekerasan dalam pacaran, tidak sedikit orang yang berujar, “Kenapa tidak putus saja?”. Kenyataannya, mengakhiri hubungan tersebut tidak semudah berbicara. Orang yang berada di dalam hubungan tersebut, terkadang tidak bisa begitu saja melepaskan diri dari pasangan.
Bisa saja, pasangannya mengancam akan menyakiti dirinya jika putus. Atau bahkan, pelaku kekerasan membuat korbannya merasa bahwa korbannyalah yang sebenarnya bersalah. Tidak jarang, korban kekerasan dalam pacaran merasa bahwa ia bisa mengubah pasangannya menjadi lebih baik atau luluh saat pelaku meminta maaf, meski lalu mengulangi perbuatannya lagi.
Apabila merasa bahwa Anda mengalami kekerasan dalam pacaran dan ingin mengakhiri hubungan tersebut, janganlah ragu. Ingatlah hal-hal di bawah ini:
Untuk bisa benar-benar lepas dari pasangan yang melakukan kekerasan dalam pacaran, beberapa hal di bawah ini dapat Anda lakukan.
Anda juga dapat menghubungi nomor pengaduan Kemenetrian PPPA di 082125751234 atau datang langsung ke kantor KPPPA di Jl. Medan Merdeka Barat No.15, Jakarta Pusat. Jangan ragu untuk meminta perlindungan saat Anda menjadi korban kekerasan dalam pacaran atau menyaksikan ada teman atau saudara yang mengalaminya. Semakin cepat dilakukan, maka dampak kekerasan pun akan dapat diminimalisir.
Advertisement
Ditulis oleh Nina Hertiwi Putri
Referensi
Artikel Terkait
Aktivitas seksual memberikan kenikmatan sekaligus memiliki banyak risiko jika dilakukan tanpa menggunakan kondom. Ketahui jenis seks yang cukup bahaya di sini.
21 Mar 2022
Pencegahan penyakit gonore berakar pada satu langkah, yakni setia pada satu pasangan. Apabila akan berhubungan seks dengan pasangan yang belum jelas riwayat kesehatannya, Anda dan pasangan sebaiknya menjalani pemeriksaan terlebih dahulu. Kondom juga perlu digunakan demi mencegah beragam jenis infeksi menular seksual.
29 Jun 2020
Alasan putus yang masuk akal biasanya akibat terjadi pelecehan atau kekerasan di dalam hubungan. Segera berikan alasan yang tepat kepada pasangan untuk putus
16 Feb 2022
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved