Kalap belanja saat Ramadan sering dihubungkan dengan gangguan kesehatan mental. Faktor yang paling memengaruhi adalah peningkatan daya beli yang drastis dalam waktu singkat.
27 Apr 2022
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Emosi saat belanja Ramadan kadang bisa jadi pemborosan bertahun
Table of Content
Di bulan bulan suci Ramadan, Anda mungkin lebih sering berbelanja kebutuhan untuk buka puasa dan sahur. Barang yang dibeli saat belanja Ramadan tak jauh dari bahan makanan, lauk-pauk, maupun kebutuhan untuk acara buka bersama.
Advertisement
Bukan hanya itu, belanja Ramadan juga biasanya akan semakin kalap ketika mendekati hari Lebaran.
Keinginan untuk belanja pun akan semakin menggebu begitu melihat promo yang ditawarkan sejumlah toko. Bukanlah hal baru jika toko berusaha menarik konsumen membeli barang-barang yang belum tentu dibutuhkan. Anda pun mungkin akan terpancing untuk membeli barang-barang secara impulsif.
Berbagai macam faktor turut berkontribusi dalam munculnya perilaku kalap belanja saat bulan Ramadan. Beberapa faktor yang dapat menjadi pemicunya, antara lain:
Belanja Ramadan yang mendadak dan tidak direncanakan adalah hal yang dapat terjadi pada pada banyak orang. Anda mungkin merasa khawatir atau takut ketinggalan jika tidak membeli barang dengan promo atau diskon yang menguntungkan.
Kekhawatiran akan kehilangan promo atau diskon tersebut dapat membuat daftar barang yang dibeli saat belanja Ramadan Anda semakin bertambah.
Promo menggiurkan seperti ‘beli satu gratis satu’ atau ‘paket lebaran’ dapat mengarahkan Anda untuk langsung membeli barang dengan promo tersebut tanpa melihat barang lainnya. Belum lagi jika ada voucher belanja yang membuat harga barang jadi lebih murah.
Selain itu, promo tersebut juga memanfaatkan keinginan Anda untuk berhemat. Caranya adalah dengan memperlihatkan berapa banyak barang yang bisa Anda dapatkan dengan harga lebih murah.
Saat membeli keperluan Ramadan, Anda mungkin terjebak dengan euforia “satu tahun sekali”. Euforia tersebut kemudian memunculkan perasaan senang, sehingga memicu perilaku berbelanja berlebihan, bahkan untuk sekadar berbuka puasa.
Tidak hanya perasaan senang, Anda dapat melakukan belanja Ramadan yang impulsif dengan berangan-angan mengenai bulan puasa yang ideal. Anda cenderung berpikir bahwa membeli banyak camilan dapat membuat Anda terlihat lebih mampu.
Padahal, bisa saja camilan yang dibeli tahun lalu terbuang dan tidak dimakan karena terlalu banyak. Dibandingkan belajar dari kesalahan yang dulu, imajinasi akan Ramadan yang indah jauh lebih menggiurkan.
Belanja Ramadan terkadang dapat menjadi ajang untuk menampilkan diri Anda kepada orang lain. Membeli secara impulsif dapat terjadi ketika Anda menemukan produk yang dapat mengekspresikan identitas diri dan sesuai dengan sikap serta pandangan diri Anda.
Oleh karenanya, Anda bisa saja membeli baju baru yang sangat mahal secara impulsif untuk memperlihatkan bahwa Anda terlihat keren di mata orang-orang. Keinginan belanja akan semakin besar jika produk yang dibeli adalah sesuatu yang bermerek.
Orang yang cenderung melakukan belanja secara impulsif juga memiliki keinginan untuk mencari sensasi. Orang-orang demikian memiliki keinginan untuk mencari pengalaman atau hal-hal yang baru, serta lebih cepat merasa bosan.
Orang-orang narsistik merupakan salah satu contohnya. Orang-orang yang narsistik lebih cenderung mengeluarkan lebih banyak uang dan usaha untuk menata penampilan dan menambah jumlah baran yang dimiliki.
Suka belanja tanpa perhitungan bisa jadi tanda adanya masalah emosional. Pasalnya, orang akan suka dengan perasaan saat dia mengeluarkan uang dan mendapatkan barang yang baru.
Aktivitas belanja memang akan mengeluarkan hormon endorfin yang membuat seseorang lebih bahagia. Sayangnya, perasaan tersebut tidak bisa dikontrol dengan baik.
Para shopaholic saat Ramadan juga biasanya memiliki fantasi belanja yang berlebihan. Jadi, mereka ingin selalu mewujudkannya biarpun itu harus mengorbankan banyak uang.
Dari sisi ekonomi, belanja tanpa perhitungan akan memiliki dampak buruk pada finansial Anda. Di sisi lain, belanja berlebihan juga akan membawa dampak pada kesehatan mental. Mari simak dampaknya di bawah ini:
Belanja seharusnya sesuai kebutuhan, bukan sesuai keinginan. Jika terus dibiarkan, Anda akan lebih mudah mengeluarkan uang tanpa pertimbangan yang matang.
Anda pun jadi tidak memiliki perhitungan yang baik. Setiap kali memiliki uang, Anda akan merasa bahwa uang tersebut bisa dibelanjakan sampai habis.
Membiasakan diri untuk terus belanja juga membuat perasaan puas jadi sedikit bergeser. Jika membiasakan diri untuk membeli satu barang, Anda akan punya kecenderungan memiliki dua atau tiga barang lainnya.
Kepuasan juga bisa dilihat dari nilai harganya. Saat senang dengan barang dengan harga Rp1 juta, Anda akan bermimpi untuk memiliki barang dengan harga Rp5 juta atau Rp10 juta. Hal ini akan terus meningkat saat Anda tidak bisa mengontrolnya dan merasa puas.
Kecemasan akan muncul saat Anda belum berbelanja atau memiliki barang yang diinginkan. Anda akan terus mencari cara untuk mendapatkannya. Hal yang paling terjadi adalah berutang, baik dengan orang terdekat maupunperusahaan jasa keuangan.
Utang konsumtif bisa menjadi duri dalam daging keuangan Anda. Jika melebihi kapasitas, Anda malah sulit untuk melunasinya. Hal ini akan membawa kecemasan berlebih lagi.
Bukan satu atau dua kali masalah muncul atas nama uang. Hal yang paling sering terjadi adalah putusnya hubungan kekeluargaan karena tidak bisa mengembalikan uang yang dipinjam. Beberapa kasus perceraian juga sering muncul karena salah satu pihak tidak bisa mengatur keuangan dengan baik.
Hal ini bisa membuat perasaan kesepian muncul karena menganggap orang lain membenci Anda. Ada kemungkinan juga Anda memang sengaja dijauhi oleh orang lain supaya mereka tidak berurusan dengan Anda dalam soal uang.
Baca juga: Daftar Hobi Positif untuk Menjaga Diri dari Gangguan Mental
Belanja Ramadan yang impulsif bukanlah hal yang tidak dapat dihindari. Anda dapat menerapkan langkah-langkah di bawah ini untuk belanja di bulan ramadan yang lebih bijak. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah impulsif belanja:
Belanja Ramadan mungkin perlu dikonsultasikan kepada psikolog atau psikiater saat sudah mengganggu. Anda perlu konsultasi dengan para profesional jika memiliki tanda-tanda berikut:
Baca juga: Cara Bijak Menggunakan Aplikasi Cari Jodoh untuk Menghindari Gangguan Mental
Ramadan dan Idulfitri bisa jadi momen untuk banyak orang mengeluarkan uangnya untuk berbelanja. Namun, kalap belanja yang sudah mengganggu kehidupan pribadi dan finansial mungkin perlu diwaspadai. Segera hubungi dokter saat hal tersebut terjadi pada Anda.
Untuk berdiskusi lebih lanjut mengenai kebiasaan belanja yang impulsif serta cara mengatasinya, tanyakan langsung ke dokter di aplikasi kesehatan SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Ayahuasca merupakan obat tradisional dari Amazon yang bisa memunculkan halusinasi bagi penggunanya. Obat ini membawa banyak manfaat sekaligus efek samping yang berbahaya untuk kesehatan
Distorsi kognitif terjadi ketika seseorang memiliki pola pikir tidak akurat dan cenderung bias secara negatif. Ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan mental dan menjalani terapi perilaku kognitif, distorsi inilah yang diidentifikasi sehingga bisa disembuhkan.
Menangis ternyata adalah hal yang baik. Manfaat menagis baik bagi kesehatan. Di antaranya adalah membuang racun, menenangkan pikiran, memperbaiki mood, memproses kesedihan, dan banyak lagi.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved