Ibu hamil tidak bisa sembarangan mengonsumsi obat karena dikhawatirkan bisa berdampak pada janinnya. Begitu pula keputusan minum obat antidepresan saat hamil harus didiskusikan bersama ahlinya.
1 Mar 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Konsultasikan kondisi Anda dengan dokter sebelum minum obat antidepresan
Table of Content
Ibu hamil tidak bisa sembarangan mengonsumsi obat karena dikhawatirkan bisa berdampak pada janinnya. Begitu pula keputusan minum obat antidepresan saat hamil harus didiskusikan bersama ahlinya.
Advertisement
Terlebih, kondisi hormon tengah fluktuatif. Perubahan hormon ini tidak hanya berpengaruh pada mood saja tapi juga terhadap cara tubuh menyerap obat antidepresan.
Kondisi depresi saat hamil kerap kali luput terlihat karena gejala-gejalanya dianggap sebagai bagian dari keluhan normal saat mengandung. Padahal, mengalami depresi dalam fase ini bisa terjadi pada siapa saja.
Menurut catatan dari The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), sekitar 14-23% perempuan mengalami depresi saat hamil. Untuk mengatasinya, penanganan diberikan berdasarkan seberapa parah depresi yang dialami.
Dua pendekatan yang umum diberikan adalah memberikan terapi perilaku kognitif serta terapi interpersonal. Pada beberapa kasus, ada pula yang memerlukan tambahan obat antidepresan sebagai tambahan.
Menurut studi, minum obat antidepresan saat hamil bisa berdampak buruk bagi janin yang tengah berkembang. Beberapa risiko yang mungkin terjadi di antaranya:
Mengonsumsi selective serotonin reuptake inhibitors atau SSRI pada usia awal kehamilan dapat meningkatkan risiko bayi mengalami cacat jantung, bibir sumbing, atau kelainan tulang belakang.
Ada pula risiko mengalami keguguran dan persalinan prematur akibat konsumsi obat antidepresan
Risiko terjadinya tanda bahaya persalinan berupa perdarahan juga bisa meningkat apabila mengonsumsi obat jenis SSRI atau SNRI (Serotonin and Norepinephrine Reuptake Inhibitors) beberapa bulan sebelum due date. Risikonya adalah terjadi perdarahan hebat pada 24 jam pertama setelah persalinan (postpartum haemorrhage).
Mengonsumsi obat antidepresan ketika usia kehamilan memasuki trimester ketiga juga meningkatkan risiko bayi mengalami withdrawal symptoms seperti tidak bisa menangis kencang, sulit bernapas, kejang, hingga kadar gula rendah.
Meski demikian, riset juga menunjukkan bahwa depresi saat hamil dapat berdampak buruk bagi perkembangan janin. Bahkan, konsekuensi ini bisa berlangsung jangka panjang hingga bayi lahir dan tumbuh besar.
Pada kondisi inilah obat antidepresan tetap diperlukan. Jika tidak, jangan sampai depresi justru membuat ibu tidak bisa menjalankan perannya untuk menjaga janin dalam kandungan seperti mengonsumsi makanan bernutrisi dan memeriksakan kondisi kandungan.
Baca Juga
Tentu saja, menentukan apakah perlu mengonsumsi obat antidepresan bukanlah keputusan yang bisa ditentukan sendiri. Perlu ada pemeriksaan dan juga diskusi bersama dokter atau terapis untuk menentukannya.
Apabila memang diperlukan, dokter bisa mengupayakan untuk mengurangi dosis obat antidepresan yang dikonsumsi. Tujuannya, untuk menghindari risiko yang mungkin terjadi. Pilihan lain bisa juga dengan mengganti jenis obat yang dikonsumsi.
Intinya dokter akan membantu menyeimbangkan agar risiko yang mungkin terjadi dari mengonsumsi obat antidepresan lebih rendah ketimbang manfaatnya.
Meski ada beberapa risiko dari minum obat antidepresan saat hamil, bukan berarti ini menjadi hal yang tabu. Ibu hamil yang mengalami depresi ketika mengandung bukan berarti ibu yang gagal.
Untuk mengimbanginya, beberapa langkah positif yang bisa dilakukan adalah:
Terkadang, merencanakan kehamilan memberikan keleluasaan lebih bagi calon ibu dan ayah. Namun apabila kehamilan terjadi di luar rencana, ingat bahwa Anda punya hak yang sama seperti siapapun. Ini juga meliputi hak untuk memutuskan mengonsumsi obat antidepresan atau tidak.
Tak perlu merasa bersalah atau malu terhadap kondisi depresi yang tengah dialami. Komunikasikan sejak dini kepada dokter, bidan, atau terapis yang dipercaya. Semakin dini pengobatan dilakukan, semakin besar kendali ada di tangan Anda.
Apabila masih mengonsumsi obat antidepresan saat hamil, kenali betul apa saja keluhan atau efek samping yang muncul. Apabila perlu, catat apa saja yang dirasakan agar tidak tercampur dengan keluhan saat hamil.
Setelah dicatat, sampaikan kepada dokter apa saja efek samping itu kemudian diskusikan langkah untuk menguranginya. Dengan cara ini, dokter bisa mengupayakan mengurangi dosis atau mengganti jenis obatnya.
Apabila memutuskan berhenti mengonsumsi obat, pastikan melakukannya dengan aman. Jangan langsung berhenti mendadak karena justru berbahaya. Lakukan secara bertahap dan dalam supervisi ketat dari dokter.
Pembicaraan tentang apa yang dirasakan secara mental bukanlah hal yang tabu. Komunikasikan hal ini dengan jujur akan apa yang tengah dialami. Dengan demikian, akan lebih mudah melakukan validasi hingga mencari langkah penangannya.
Baca Juga
Mengalami depresi saat sedang mengandung pun bukan berarti menjadi seorang ibu yang egois. Setiap ibu hamil berisiko mengalami depresi, dan jika terjadi pun, Anda tidak sendiri.
Jika itu terjadi, fokuskan pada bagaimana langkah pengobatan yang tepat dengan mendiskusikan bersama ahlinya. Untuk berdiskusi lebih lanjut tentang pilihan penanganan depresi saat mengandung, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Buku kesehatan ibu dan anak edisi 2020 memiliki beberapa lembar baru, seperti lembar pelayanan dokter dan penjelasan mengenai depresi pascamelahirkan. Apa saja kegunaannya?
Selain sebagai salah satu sumber zat besi, manfaat jambu air untuk ibu hamil, yaitu membantu menjaga kesehatan jantung, melancarkan pencernaan, hingga mengontrol diabetes.
Tanda gawat janin perlu diketahui agar bayi terselamatkan di dalam kandungan. Ciri-ciri gawat janin adalah adanya ukuran tubuh janin tidak sesuai dengan usia kehamilan hingga bayi jarang bergerak.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved