Altruisme adalah kepedulian pada orang lain berlandaskan beragam faktor seperti empati, respons otak, lingkungan, hingga norma sosial. Altruisme sering mendorong seseorang untuk menolong dengan orang lain baik itu lewat pertolongan langsung, memberikan saran, hingga donasi. Tapi apakah sifat ini baik atau buruk untuk dimiliki? Temukan jawabannya di sini.
4.29
(7)
21 Apr 2020
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Membersihkan tempat dengan suka rela tanpa disuruh adalah bentuk altruisme
Table of Content
Benar bahwa apapun yang berlebihan itu tidak baik, termasuk ketika memikirkan orang lain. Altruisme adalah sifat mementingkan orang lain namun terkadang mengabaikan kesehatan dan kebutuhan diri sendiri. Jelas, orang yang memiliki sifat altruisme melakukan segala kebaikan tanpa mengharapkan imbalan.
Advertisement
Ketika orang altruisme menolong orang lain, semua benar-benar tulus tergerak dari hatinya. Jadi, tidak ada paksaan, loyalitas, atau iming-iming seperti pahala yang membayangi tingkah lakunya.
Namun di sisi lain, orang dengan sifat altruisme bisa mengambil keputusan berisiko tanpa menimbangnya matang-matang. Bahkan sampai mengancam keselamatan dirinya sendiri.
Baca Juga
Ada alasan mengapa seseorang memiliki sifat altruisme. Beberapa hal yang mungkin mendasari altruisme adalah:
Ada teori evolusi bahwa seseorang punya kecenderungan membantu saudara sendiri karena landasan hubungan genetik. Menurut teori ini, altruisme terhadap kerabat dekat terjadi untuk memastikan keberlangsungan faktor genetik.
Sama seperti menolong orang lain membuat diri sendiri bahagia, altruisme adalah perilaku yang mengaktifkan reward center di dalam otak. Menurut penelitian, bagian otak yang menciptakan rasa bahagia menjadi aktif ketika melakukan sesuatu yang bersifat altruisme.
Dalam sebuah penelitian tahun 2014, melakukan tindakan altruisme membuat area dopaminergic ventral tegmental dan ventral striatum menjadi aktif. Perasaan positif dan menyenangkan ini datang dari bagian otak tersebut.
Pengaruh besar seseorang melakukan tindakan altruisme adalah interaksi dan hubungan dengan orang lain. Menurut penelitian, sosialisasi bahkan antara dua anak yang masih berusia 1-2 tahun pun memancing munculnya tindakan altruisme karena ada hubungan timbal balik di antara mereka.
Norma sosial seperti “keharusan” membalas kebaikan orang lain dengan cara yang sama rupanya juga bisa memicu terjadinya tindakan altruisme. Tak hanya norma sosial, ekspektasi dari masyarakat juga berpengaruh dalam hal ini.
Meskipun orang dengan sifat altruisme tidak mengharapkan imbalan atau pamrih, namun secara kognitif ada ekspektasi yang ikut terlibat. Contohnya ketika seseorang melakukan tindakan altruisme untuk mengusir perasaan negatif atau merasa empati terhadap orang tertentu.
Para filsuf dan psikolog sejak dulu berdebat apakah ada sifat altruisme yang benar-benar tulus. Ternyata, di balik altruisme pun tetap ada “kepentingan” yang mendorong seseorang melakukan kebaikan untuk orang lain.
Contohnya ketika seseorang merasa perasaannya tidak enak, maka ia akan melihat ke luar dan membantu orang lain. Dengan fokus pada kebutuhan orang lain, maka perasaan cemas atau tidak enak tidak bisa perlahan menghilang.
Selain itu, tindakan altruisme terkadang juga dilakukan untuk memunculkan rasa bangga, puas, atau berharga. Artinya, tetap saja ada kepentingan yang mendasari mengapa seseorang melakukan tindakan altruisme. Hanya saja, caranya berlawanan dengan sifat egois.
Baca Juga
Selain perdebatan tentang altruisme yang tulus atau berdasar kepentingan tertentu, pertanyaan berikutnya adalah apakah altruisme adalah hal yang baik atau buruk?
Jika altruisme dilakukan sewajarnya, tentu itu adalah hal yang baik. Tak ada yang salah dengan merasa bahagia setelah melakukan tindakan altruisme. Tak ada yang salah dengan merasa bangga terhadap diri sendiri ketika membantu orang lain.
Namun ketika altruisme berubah menjadi berlebihan, bisa menjadi pathological altruism. Ini terjadi ketika seseorang terlalu ekstrem melakukan tindakan altruisme sehingga apa yang dilakukannya justru berisiko, bukannya baik.
Jadi ketika ada panggilan untuk melakukan tindakan altruisme, dengarkan diri sendiri: apakah hal ini dilakukan untuk menguntungkan diri sendiri, menguntungkan secara kolektif, atau berlandaskan empati?
Hanya Anda yang tahu jawabannya. Satu yang pasti, altruisme berlebihan hingga membahayakan diri sendiri bukan hal yang baik.
Advertisement
Referensi
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Lapar mata merupakan bagian dari emotional eating, yakni ketika seseorang menggunakan makanan untuk memuaskan emosi dan bukan karena merasa perut lapar. Penyebab lapar mata bermacam-macam, mulai dari bosan hingga membutuhkan kenyamanan emosional.
Menangis tanpa sebab mungkin sering kita alami. Kita sendiri tak tahu apa penyebab tangisan tersebut, yang datangnya sering tak terkontrol. Secara sains, ada kemungkinan penyebab di balik menangis tiba-tiba ini.
Jeruk kumquat berasal dari China. Dalam bahasa Mandarin, namanya berarti jeruk emas. Kandungan 100 gram jeruk dapat memenuhi 73% kebutuhan vitamin C harian dan kaya antioksidan.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Evelin Kwandang
Dijawab oleh dr. Supiah Sandra Dewi Sangadji
Dijawab oleh dr. Lidya Hapsari
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
Kumpulan Artikel dan Forum
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved