Jerawat hormon dapat terjadi karena naik turunnya hormon dalam tubuh. Penyebab jerawat karena hormon bisa terjadi saat pubertas, menstruasi, dan menopause. Obat jerawat hormon diiringi dengan pola hidup bersih dan sehat bisa jadi cara mengatasinya.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
10 Agt 2023
Jerawat karena hormon salah satunya dapat terjadi di area dagu dan garis rahang
Table of Content
Jerawat hormon biasanya dialami oleh remaja laki-laki atau perempuan saat melewati usia pubertas. Selain remaja, ternyata laki-laki dan perempuan dewasa, menjelang siklus menstruasi atau menopause, berisiko pula untuk mengalami masalah jerawat satu ini.
Advertisement
Lantas, bagaimana cara mengatasi jerawat hormon? Simak jawaban selengkapnya dalam artikel berikut ini.
Sesuai makna harfiahnya, jerawat hormon adalah jenis jerawat yang yang disebabkan oleh perubahan dan fluktuasi hormon di dalam tubuh. Fluktuasi hormon ini dapat terjadi saat seseorang mulai memasuki fase pubertas.
Akan tetapi, individu di usia berapa pun tetap bisa mengalami masalah jerawat karena hormon. Terutama pada perempuan jelang siklus menstruasi tiba atau memasuki fase menopause.
Adapun beberapa jenis hormon yang berkontribusi terhadap kemunculan jerawat hormonal adalah sebagai berikut.
Salah satu hormon yang berperan terhadap naik turunnya hormon adalah estrogen.
Estrogen merupakan sekelompok hormon yang berperan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan karakteristik seksual pria dan wanita.
Estrogen adalah hormon penyebab jerawat yang terjadi apabila kadarnya terlalu rendah.
Ketika hormon estrogen meningkat, produksi hormon lain bisa memicu kelenjar minyak menjadi lebih aktif.
Hormon penyebab jerawat berikutnya adalah progesteron.
Progesteron merupakan sekelompok hormon yang berperan penting dalam siklus menstruasi dan ovulasi.
Progesteron adalah hormon penyebab jerawat yang terjadi apabila kadarnya terlalu tinggi atau meningkat.
Jerawat karena hormon yang tidak stabil biasanya terjadi karena hormon androgen atau testosteron yang berlebihan dalam tubuh.
Akibatnya, kelenjar minyak memproduksi lebih banyak minyak yang menyebabkan penyumbatan pada pori-pori.
Kondisi inilah yang seringkali dialami oleh para wanita menjelang menstruasi, atau saat peralihan dari alat kontrasepsi satu ke alat KB lainnya.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, penyebab jerawat hormon adalah perubahan dan fluktuasi hormon di dalam tubuh.
Ketidakstabilan hormon ini akan dipicu seiring dengan kemunculan beberapa kondisi tertentu, seperti:
Hormon yang tidak stabil jelang siklus menstruasi tiba bisa memicu jerawat terjadi.
Tak ayal bila sebagian besar perempuan mengalami jerawat pada saat premenstrual syndrome (PMS).
Jelang menstruasi, kadar estrogen dan progesteron perempuan akan menurun.
Namun, kadar hormon testosteron cenderung tetap sehingga menjadi dominan.
Akibatnya, kelenjar sebum memproduksi lebih banyak minyak yang menyumbat pori-pori sehingga timbul jerawat.
Ketika menopause, perempuan akan mengalami penurunan kadar hormon estrogen di dalam tubuhnya.
Ini berarti, hormon androgen meningkat sehingga menyebabkan jerawat terjadi.
Selama masa pubertas, kadar hormon androgen pada tubuh remaja laki-laki dan perempuan akan meningkat untuk memperkuat otot dan tulang.
Kondisi ini dapat menyebabkan produksi minyak alami pada kulit atau sebum berlebih sehingga berisiko memunculkan jerawat.
Sindrom polikistik ovarium (PCOS) terjadi selama masa subur seorang perempuan.
Pada kondisi ini, kadar hormon androgen mengalami peningkatan sehingga mencegah produksi estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Dengan demikian, produksi sebum meningkat dan jerawat karena hormon bisa terjadi.
PCOS dapat memengaruhi reproduksi wanita dan menyebabkan seseorang mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur.
Seseorang yang rentan mengalami jerawat dan sedang stres berat, umumnya akan mengalami jerawat karena hormon.
Ini karena hormon kortisol, yakni hormon yang berkaitan dengan respons tubuh terhadap stres akan memengaruhi perubahan hormon penyebab jerawat lainnya.
Di samping itu, fluktuasi hormon dapat memperparah kondisi jerawat yang ada sebelumnya karena adanya beberapa kondisi, seperti
Menurut para ahli dermatologi, ciri-ciri jerawat karena hormon, di antaranya:
Salah satu ciri-ciri jerawat karena hormon adalah kemunculannya setelah masa remaja. Ya, jerawat karena hormon bisa terjadi kapan saja.
Meski usia 20-an perubahan hormon dalam tubuh sangat aktif, nyatanya usia tidak bisa menjadi patokan jerawat akan berhenti muncul.
Pasalnya, American Academy of Dermatology mengungkapkan bahwa jerawat karena hormon bisa terjadi pada orang-orang berusia 20-49 tahun.
Selain usia, faktor genetik juga berperan dalam kemunculan jerawat di usia dewasa.
Ciri-ciri jerawat karena hormon yang mudah dikenali adalah letak kemunculannya. Selama masa pubertas, jerawat karena hormon akan tumbuh di area T, seperti dahi, hidung, dan dagu.
Sementara pada orang dewasa, jerawat karena hormon akan muncul di area wajah, termasuk pipi, dagu, area rahang, bahkan sampai leher.
Ini karena saat hormon tidak stabil, kelenjar minyak akan memproduksi lebih banyak minyak pada area pipi, dagu, dan rahang.
Jerawat karena hormon akan lebih sering muncul seiring dengan siklus hormon manusia, seperti siklus menstruasi.
Selain itu, perempuan yang mengalami perubahan hormon estrogen dan progesteron menjelang menopause juga mungkin mengalami jerawat hormonal.
Jerawat karena hormon dapat muncul di area kulit yang sama setiap bulannya sehingga menyebabkan jerawat kronis.
Meski demikian, kondisi ini cenderung bervariasi pada setiap orang, tergantung pada area kulit yang mengalami penyumbatan pori-pori.
Berbeda dengan jerawat berupa komedo putih (whiteheads) atau komedo hitam (blackheads), jerawat karena hormon merupakan jerawat kistik atau cystic acne yang benjolannya terletak lebih dalam di bawah permukaan kulit.
Benjolan ini biasanya terasa lembut saat disentuh karena merupakan penumpukan minyak selama beberapa hari atau minggu yang kemudian mengalami peradangan.
Oleh karena itu, dibutuhkan pengobatan medis yang tepat sebagai cara menghilangkan jerawat karena hormon.
Belum jelas sebenarnya kaitan antara pola makan dengan jerawat hormonal.
Namun, beberapa makanan dipercaya membantu mencegah jerawat, terutama makanan yang memiliki efek anti peradangan.
Makanan tersebut termasuk sayuran dan buah yang memiliki molekul antioksidan, dan dipercaya membantu mengurangi peradangan serta merangsang wajah lebih bersih.
Nutrisi lain, seperti asam lemak omega-3, juga berpotensi untuk mengurangi peradangan pada kulit.
Lantas, bagaimana dengan makanan pemicu jerawat? Sebenarnya, makanan, seperti junk food, belum terbukti dapat memicu jerawat.
Namun, penting untuk diingat bahwa konsumsi makanan ini dapat meningkatkan peradangan.
Beberapa makanan lain mungkin juga perlu dibatasi untuk mengatasi dan mencegah jerawat.
Misalnya, gula, produk olahan susu, karbohidrat olahan (pasta dan roti putih), daging merah, dan makanan olahan.
Cara menghilangkan jerawat hormon dapat disesuaikan dengan tingkat keparahannya.
Anda disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit guna mendapatkan pilihan pengobatan yang tepat sesuai dengan penyebab jerawat hormon.
Adapun beberapa pilihan obat jerawat hormon yang umum diresepkan oleh dokter adalah sebagai berikut.
Obat jerawat hormon berbentuk topikal atau oles bisa digunakan sebagai cara menghilangkan jerawat karena hormon yang tergolong ringan.
Beberapa pilihan salep jerawat untuk mengobati jerawat meradang, yakni:
Benzoil peroksida adalah obat oles untuk mengobati jerawat yang meradang, seperti jerawat karena hormon, maupun jerawat yang tidak meradang (komedo). Benzoil peroksida dapat membunuh bakteri penyebab jerawat.
Akan tetapi, kandungan obat jerawat satu ini dapat menimbulkan efek samping, seperti kulit kering, kulit gatal, atau iritasi kulit.
Asam salisilat adalah kandungan pada obat jerawat yang cukup populer. Asam salisilat mengandung zat antiradang yang dapat membantu meringankan gejala jerawat yang meradang.
Obat jerawat oles mengandung azelaic acid juga dapat digunakan untuk mengobati jerawat karena hormon yang meradang. Azelaic acid memiliki zat antiradang yang dapat membantu meredakan gejala jerawat.
Retinoid adalah obat jerawat hormon yang merupakan turunan vitamin A. Apabila jerawat yang muncul bersifat ringan, retinoid topikal mungkin bisa digunakan.
Namun, pada kasus jerawat karena hormon, retinoid dengan konsentrasi tinggi mungkin akan diresepkan oleh dokter.
Retinoid dengan konsentrasi lebih kuat dilaporkan sangat efektif sebagai salah satu cara mengatasi jerawat hormon.
Jika Anda menggunakan retinoid dalam bentuk oles, pastikan selalu menggunakan sunscreen atau tabir surya sebagai perawatan kulit sehari-hari.
Sebab, zat turunan vitamin A ini dapat meningkatkan sensitivitas kulit terhadap sinar matahari.
Dokter mungkin akan meresepkan obat jerawat hormon berupa antibiotik apabila obat topikal tidak kunjung menyembuhkan jerawat hormonal. Obat antibiotik ini bisa berupa obat minum (oral) atau obat oles (topikal).
Antibiotik dapat membantu mengurangi peradangan atau inflamasi di kulit serta menghilangkan bakteri penyebab jerawat.
Beberapa obat antibiotik yang biasanya diresepkan dokter, antara lain:
Doxycycline adalah salah obat jerawat antibiotik yang aman untuk mengobati jerawat acne vulgaris.
Penyebab jerawat acne vulgaris adalah adanya penyumbatan pori-pori.
Doxycycline memiliki kandungan antibakteri dan antiradang yang penting untuk meringankan gejala jerawat, seperti kemerahan, pembengkakan, dan timbul rasa nyeri.
Selain itu, jenis obat antibiotik untuk jerawat ini juga dapat mengurangi risiko kemunculan jerawat di kemudian hari.
Tak hanya doxycycline, minocycline juga efektif untuk mengobati jerawat yang disebabkan oleh acne vulgaris.
Isotretinoin adalah obat turunan vitamin A yang bersifat keras. Jenis obat ini ditujukan untuk mengobati jerawat karena hormon tipe kistik atau cystic.
Meski efektif, isotretinoin berisiko menimbulkan efek samping yang berbahaya, seperti kelainan pada janin.
Oleh karena itu, obat ini tidak cocok digunakan oleh perempuan yang sedang merencanakan kehamilan.
Selain keempat obat antibiotik di atas, ada pula obat antibiotik lain, seperti tetracycline dan erythromycin.
Jerawat karena hormon cenderung muncul dalam bentuk yang parah, seperti kistik. Benjolan ini terbentuk di bawah lapisan kulit ini terkadang sulit dicapai oleh krim atau salep oles jerawat pada umumnya.
Pada kasus jerawat hormonal yang berat, dokter mungkin juga dapat meresepkan kontrasepsi oral. Ya, kontrasepsi oral dapat membantu menangani jerawat karena hormon.
Jenis kontrasepsi oral yang diresepkan dokter umumnya mengandung ethinyl estradiol, yang dikombinasikan dengan salah satu obat, seperti drospirenone, norgestimate, atau norethindrone.
Kombinasi obat kontrasepsi di atas bekerja dengan menargetkan hormon pemicu jerawat.
Hanya saja, penting untuk diingat bahwa dokter mungkin tidak meresepkan obat ini jika Anda memiliki riwayat pembekuan darah, tekanan darah tinggi, atau kanker payudara. Wanita perokok juga tidak bisa mengonsumsi kontrasepsi oral.
Obat jerawat hormon berupa antiandrogen bekerja dengan menurunkan hormon androgen pria.
Umumnya, pria dan wanita memiliki hormon androgen pada level yang seimbang.
Namun, apabila kadar hormon ini berlebih di tubuh, jerawat akan muncul dengan meningkatkan produksi minyak dan mengganggu folikel rambut. Folikel rambut sendiri berperan dalam mengendalikan sel-sel kulit.
Salah satu obat yang memiliki efek antiandrogen adalah spironolactone.
Obat yang utamanya digunakan untuk mengendalikan tekanan darah tinggi ini ternyata mampu mencegah produksi androgen berlebih dan menstabilkan kadar hormon tersebut.
Terapi hormon adalah pilihan obat jerawat hormon lainnya. Cara mengatasi jerawat karena hormon ini dilakukan dengan mengendalikan produksi hormon androgen dalam tubuh.
Terapi hormon mungkin dilakukan apabila pengobatan jerawat lainnya tidak cukup efektif mengobati jerawat hormonal yang kerap muncul.
Suntik steroid juga menjadi pilihan obat jerawat hormon. Tindakan medis ini hanya boleh dilakukan oleh dokter spesialis kulit.
Dokter akan menyuntikkan obat kortikosteroid jenis triamcinolone secara langsung pada jerawat hormonal yang meradang agar lebih cepat sembuh tanpa menimbulkan jaringan parut.
Selain menggunakan obat jerawat hormon, cara menghilangkan jerawat karena hormon juga perlu diikuti dengan langkah-langkah berikut ini. Misalnya:
Salah satu cara menghilangkan jerawat karena hormon adalah dengan menjaga kebersihan wajah.
Pasalnya, keringat, kotoran, dan minyak berlebih yang menumpuk di kulit setelah Anda beraktivitas seharian bisa membuat jerawat hormonal mudah muncul.
Maka dari itu, selalu jaga kebersihan wajah dan tubuh dengan cuci muka dan mandi guna menyingkirkan bakteri penyebab jerawat berkumpul.
Anda bisa menggunakan air hangat saat cuci muka guna membuka dan membersihkan pori-pori kulit. Gunakan pula sabun cuci muka yang kandungannya ringan.
Namun ingat, jangan mencuci muka secara berlebihan. Pasalnya, mencuci muka secara berlebihan dapat menghilangkan minyak alami pada kulit sehingga berisiko mengiritasinya. Akibatnya, kondisi jerawat hormonal bisa semakin parah.
Cara menghilangkan jerawat hormon berikutnya adalah hindari menyentuh atau memencet jerawat.
Sebab, menyentuh atau memencet jerawat dapat meningkatkan risiko pori-pori tersumbat hingga infeksi bakteri.
Sering menyentuh jerawat juga dapat memecahnya sehingga berisiko meninggalkan bekas luka atau bekas jerawat di kemudian hari.
Anda juga tidak disarankan melakukan scrub wajah untuk sementara waktu karena bisa memicu peradangan jerawat lebih lanjut.
Anda juga disarankan untuk menggunakan produk perawatan kulit yang berbasis air alias berlabel bebas minyak (oil-free) dan noncomedogenic atau tidak rentan menyumbat pori-pori.
Di samping itu, hindari penggunaan make up yang berat atau terlalu tebal.
Beberapa orang ada yang menggunakan bahan alami sebagai cara mengatasi jerawat karena hormon. Misalnya, tea tree oil atau teh hijau.
Akan tetapi, perlu diketahui bahwa obat jerawat alami mungkin perlu diteliti lebih jauh mengenai keefektifannya.
Jadi, tak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakannya sebagai obat jerawat alami.
Dengan demikian, risiko efek samping yang mungkin ditimbulkan dapat diminimalisir.
Baca Juga
Jerawat hormon adalah masalah jerawat yang disebabkan oleh perubahan atau ketidakstabilan hormon.
Keberadaan jerawat karena hormon tidak dapat dibiarkan begitu saja tanpa pengobatan yang tepat.
Oleh karena itu, penting untuk melakukan cara mengatasi jerawat karena hormon sesuai yang telah dijelaskan di atas.
Jika masalah jerawat hormonal semakin parah atau tidak kunjung hilang setelah melakukan pengobatan dokter dan rumahan, sebaiknya kembali konsultasikan dengan dokter spesialis kulit guna mendapatkan penanganan yang tepat.
Advertisement
Ditulis oleh Annisa Amalia Ikhsania
Referensi
Artikel Terkait
Penyebab jerawat gatal dapat bermacam-macam. Tak hanya akibat alergi ataupun fungal acne, efek samping penggunaan obat jerawat juga bisa jadi salah satu alasannya.
15 Agt 2023
Bahaya air garam untuk wajah yang mungkin muncul adalah kulit terasa kering, alergi, hingga jerawat. Efek samping air garam untuk wajah ini bisa terjadi pada beberapa orang yang mengalami kulit sensitif atau masalah kulit tertentu.
27 Jan 2021
Jari tangan gatal yang terjadi terus menerus memang membuat Anda merasa tidak nyaman dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Apa penyebab gatal di jari tangan ini?
25 Agt 2023
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved