Terapi ADHD bisa dilakukan dengan obat stimulan atau terapi perilaku. Namun sebelum terapi dilakukan, pastikan anak sudah mendapatkan diagnosis yang pasti dari dokter mengenai kondisinya.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
2 Mar 2022
Terapi ADHD dapat dilakukan dengan mengonsumsi obat dan terapi perilaku
Table of Content
“Anak itu nakal sekali, nggak bisa diam ... hiperaktif banget, ADHD kayaknya ya?” Sering kali anak yang super aktif dan cenderung terkesan nakal langsung dikategorikan sebagai penyandang ADHD. Tunggu dulu, jangan terlalu cepat memberi label karena diperlukan proses diagnosis yang panjang untuk dapat memastikannya.
Advertisement
Jika hasil diagnosis sudah dikonfirmasi, barulah orangtua dapat berdiskusi dengan dokter seputar terapi ADHD yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi ini.
Terapi ADHD pada anak-anak dan bentuk perawatan lainnya dapat mencakup pemberian obat-obatan, terapi perilaku, konseling, dan layanan pendidikan. Meski tidak menyembuhkan, berbagai cara ini dapat meringankan banyak gejala ADHD apabila dilakukan secara rutin.
Tidak semua anak yang hiperaktif pasti mengidap attention deficit hyperactive disorder atau ADHD. Karena itu, jika anak sudah mulai menunjukkan gejala, orangtua perlu memeriksakan buah hatinya ke dokter.
Anak yang menyandang ADHD akan menunjukkan gejala berikut:
Dalam penanganan anak ADHD diperlukan diagnosis terlebih dahulu. Proses diagnosis ADHD pun bisa memakan waktu yang cukup panjang.
Paslanya, dokter akan melakukan pengamatan menyeluruh pada anak dan mewawancarai orangtua seputar perilaku anak dari mulai awal kehidupanya hingga sebelum ia menginjak usia 12 tahun.
Tidak ada tes khusus untuk ADHD. Namun, sebelum menentukan terapi ADHD, penegakan diagnosis umumnya akan mencakup:
Meskipun tanda-tanda ADHD terkadang dapat muncul pada anak-anak prasekolah atau bahkan yang lebih muda, mendiagnosis gangguan perilaku pada anak di usia dini sangatlah sulit.
Sebab, terkadang masalah perkembangan lain, seperti keterlambatan berbahasa (language delays), dapat disalahartikan sebagai ADHD.
Selain itu, beberapa gangguan di bawah ini juga sering disalahartikan sebagai ADHD.
Oleh karena itu, anak-anak usia balita yang diduga menyandang ADHD, membutuhkan evaluasi lebih lanjut oleh para spesialis, seperti psikolog atau psikiater, ahli patologi wicara, atau dokter spesialis anak - konsultan saraf anak atau tumbuh kembang pediatri sosial perkembangan.
Saat ini, obat stimulan (psikostimulan) adalah obat yang paling sering diresepkan untuk penanganan anak ADHD. Obat ini dinilai dapat meningkatkan dan menyeimbangkan kadar zat kimia otak yang disebut neurotransmitter. Sehingga setelah minum obat ini, tanda dan gejala ADHD dapat berkurang.
Obat stimulan tersedia untuk penanganan jangka pendek dan jangka panjang. Selain obat minum, stimulan jenis methylphenidate juga tersedia dalam bentuk patch atau tempelan seperti koyo yang bisa ditempel di pinggul anak dengan ADHD.
Dosis obat terapi ADHD bisa bervariasi dari pada masing-masing anak sehingga Anda perlu menanyakan ke dokter tentang takaran yang paling sesuai dengan kondisi si kecil.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengobatan ADHD pada pasien dengan masalah jantung tertentu harus sangat berhati-hati. Selain itu, perhatikan adanya kemungkinan risiko gejala kejiwaan tertentu yang dapat meningkat saat mengonsumsi obat tersebut.
Pada anak, konsumsi obat stimulan bisa memicu kenaikan tekanan darah dan detak jantung. Namun, hingga saat ini belum pernah ada kasus efek samping obat yang menyebabkan gangguan kesehatan serius atau bahkan kematian.
Sebelum meresepkan obat stimulan sebagai terapi anak ADHD, dokter biasanya akan memeriksa riwayat kesehatannya secara keseluruhan. Dengan begitu, risiko munculnya efek samping dapat dikurangi.
Pada beberapa anak, obat stimulan meningkatkan risiko agitasi atau gejala psikotik maupun manik pada saat penggunaannya. Namun, hal ini sangat jarang terjadi.
Segera hubungi dokter apabila anak mulai menunjukkan perilaku negatif seperti mudah marah, cemas, atau bahkan halusinasi setelah mengonsumsi obat stimulan.
Terapi anak ADHD dengan obat stimulan baru akan efektif apabila obat ini digunakan secara teratur sesuai aturan dari dokter. Selama perawatan, orangtua juga harus rutin mengajak anak mengunjungi dokter untuk kontrol dan melihat hasil terapi.
Berikut ini tips untuk orangtua yang anaknya sedang menjalani terapi ADHD.
Baca Juga
Selain dengan obat, cara menangani ADHD juga dapat dilakukan dengan terapi perilaku. Penanganan anak ADHD ini dapat dilakukan oleh psikiater atau psikolog.
Terapi ini biasanya juga akan disertai dengan pelatihan keterampilan agar orangtua ebih siap menghadapi kondisi anak.
Beberapa contoh terapi ADHD, antara lain:
Dengan terapi perilaku, anak jadi bisa lebih fokus dan dapat berperan dengan baik di masyarakat.
Contoh terapi perilaku yang biasa dilakukan, yaitu sistem hadiah token dan mempelajari waktu tunggu. Terapi anak ADHD di rumah ini akan sangat bermanfaat bagi si kecil.
Pelatihan keterampilan sosial bertujuan untuk membantu anak dengan ADHD mempelajari perilaku sosial yang sesuai. Terapi anak hiperaktif ini harus dilakukan dengan bantuan profesional.
Cara menangani ADHD dengan pelatihan keterampilan juga perlu dilakukan orangtua agar dapat membantu mengembangkan cara untuk memahami dan membimbing anak dalam berperilaku.
Terapi ADHD ini biasanya dilakukan untuk anak-anak yang sudah lebih besar. Dalam sesi psikoterapi, anak-anak dengan ADHD akan dipancing untuk berbicara tentang masalah yang mengganggu mereka, serta mengeksplorasi pola perilaku negatif dan belajar cara untuk mengatasi gejala-gejala yang dialami.
Dampak ADHD bisa terasa tidak hanya untuk anak dan orangtua, tapi juga pada keluarga dekat lainnya, terutama yang tinggal satu rumah. Sehingga, mereka juga perlu mendapatkan pelatihan dan terapi agar dapat mengatasi tekanan hidup bersama dengan penyandang ADHD.
Terkadang, sebagian orang mempertanyakan apakah anak ADHD bisa normal? Sayangnya, ADHD tidak bisa disembuhkan.
Namun, apabila terdiagnosis sejak dini, dan ditangani dengan tepat menggunakan beberapa jenis obat dan terapi, si kecil bisa mengendalikan gejalanya dan menjalani aktivitas sehari-hari dengan normal.
Terapi untuk anak ADHD akan berhasil dengan baik apabila kerja sama antara orangtua, guru, terapis, dan dokter juga berjalan baik.
Orangtua harus memperkaya pengetahuan tentang ADHD dan layanan yang tersedia, serta aktif memberikan rujukan sumber informasi yang dapat diandalkan pada guru untuk mendukung pembelajaran bagi anak ADHD di sekolah.
Penanganan anak ADHD harus dilakukan secara berkesinambungan dengan dokter spesialis. Konsultasi dan pemeriksaan rutin pun harus dijalani secara teratur sampai gejala membaik. Jika gejala sudah mulai membaik atau stabil, terapi ADHD bisa dilakukan setiap 3-6 bulan sekali.
Hubungi dokter jika anak mengalami efek samping obat, seperti kehilangan nafsu makan, sulit tidur, peningkatan iritabilitas, atau jika gejala ADHD anak belum menunjukkan banyak perbaikan dengan perawatan awal.
Tanpa perawatan yang tepat, penderita ADHD bisa merasa kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, misalnya sulit belajar atau mengembangkan keterampilan sosial. Gangguan ini juga bisa menyebabkan perubahan suasana hati, depresi, rendah diri, hingga konflik dengan orang di sekitar.
Sementara itu, mengenai pencegahan ADHD, tidak ada cara khusus untuk mencegah gangguan tersebut. Namun, Anda dapat mengurangi risiko anak terkena gangguan ini sejak masa kehamilan.
Mengonsumsi makanan bergizi dan vitamin prenatal dapat mendorong perkembangan otak yang sehat pada janin. Selain itu, lakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin ke dokter kandungan Anda.
Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar penanganan ADHD, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Narasumber:
Dr. Lies Dewi Nurmalia, Sp.A(K)
Dokter Spesialis Anak
Eka Hospital Cibubur
Advertisement
Ditulis oleh Nina Hertiwi Putri
Referensi
Artikel Terkait
Banyak mitos yang beredar mengenai penyebab ADHD pada anak. Kelainan otak hingga cedera kepala dianggap sebagai penyebab ADHD pada Anak. Sedangkan penyedap makanan merupakan mitos penyebab ADHD.
30 Agt 2019
Maladaptive daydreaming adalah kondisi saat seseorang lebih banyak menghabiskan waktu untuk melamun selama berjam-jam, bahkan hingga terhanyut dalam khayalannya.
7 Nov 2022
Perbedaan anak aktif dan hiperaktif dapat terlihat pada kemampuannya untuk fokus. Anak yang aktif cenderung bisa fokus terhadap satu hal, sedangkan anak hiperaktif sulit melakukannya.
10 Mar 2022
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved