logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Kesehatan Mental

Mengenal Apa Itu Sarkasme dan Cara Menghadapinya

open-summary

Sarkasme adalah cara seseorang mengungkapkan sindiran tajam kepada orang lain. Ironisnya, sarkasme bukanlah humor yang menyenangkan untuk kesehatan mental Anda.


close-summary

2023-03-26 18:15:06

| Azelia Trifiana

Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri

Sarkasme adalah sindirian yang dibalut humor

Sarkasme seringkali digunakan untuk menyindir namun dibalut humor

Table of Content

  • Apakah sarkasme selalu buruk?
  • Konsekuensi sarkasme
  • Bagaimana menghadapi sarkasme?
  • Catatan dari SehatQ

Jika ada orang yang hobinya sengaja menggunakan kata-kata pedas agar hati orang lain tersakiti, itu adalah definisi yang tepat untuk sarkasme. Tak jauh berbeda, sarkastik adalah cara orang mengungkapkan sindiran tajam untuk orang lain. Ironisnya, orang yang kerap berlaku sarkastik adalah mereka yang sebenarnya merasa inferior.

Advertisement

Analogi lain dari sarkastik adalah orang yang ceplas-ceplos, berbicara tanpa disaring terlebih dahulu. Bahkan kadang orang sekitar yang mendengarnya bisa heran dengan betapa cepatnya otak orang sarkasme memproses dialog hingga bisa merangkai kalimat menyakitkan.

Apakah sarkasme selalu buruk?

Bukan berarti sarkasme selalu buruk. Namun berbeda dengan satir yang merupakan sindiran halus dan bijaksana, ucapan sarkastik kerap bertujuan sebaliknya. Lebih jauh lagi, orang sarkasme kerap menyelubungi ucapan kasarnya dengan humor.

Pun ketika ada orang tersinggung atau merasa sakit hati dengan ucapan sarkasmenya, dengan mudah emosinya dipatahkan. Entah itu dengan menyebut mereka terlalu sensitif atau mudah tersinggung.

Pada dasarnya, sarkasme adalah usaha untuk menutupi kemarahan – entah itu pada diri sendiri atau orang yang diberikan ucapan sarkastik – dengan kedok humor. Sarkasme saja berasal dari kata bahasa Yunani “sarkasmos” yang berarti “mencabik”.

Lebih jauh lagi, apabila seseorang terbiasa berada di lingkungan sarkastik sedari kecil, maka kebiasaan untuk mengucapkan sarkasme tak lagi terbendung. Bahkan, menjadi sulit memisahkan antara candaan dan ucapan sarkastik.

Cerdas berbicara dan sarkasme adalah dua hal yang berbeda. Perbedaan utama antara kecerdasan dan sarkasme adalah sarkasme sering kali berbentuk permusuhan yang disamarkan sebagai humor. Hal ini dimaksudkan untuk menyakiti, dengan pahit dan pedas.

Pernyataan jenaka biasanya sebagai respons terhadap komentar atau perilaku seseorang yang tidak membantu, dan tujuannya adalah untuk mengungkap dan mengklarifikasi masalah dengan menekankan keanehannya. 

Baca Juga

  • 7 Cara Memiliki Sifat Rendah Hati, Mulai dari Empati
  • 8 Cara Mengatasi Homesick untuk Anak Rantau yang Sedang Rindu Keluarga
  • Mengenal Minyak Mineral yang Bermanfaat Usir Ketombe

Konsekuensi sarkasme

Orang yang mendengar ucapan sarkastik sangat mungkin merasa sakit hati dengan apa yang didengarnya. Terlebih, jika ada trauma atau masalah tersendiri terkait topik yang dilontarkan. 

Menurut John M Grohol, PsyD, sarkasme hanya mengatakan sesuatu yang dimaksudkan dengan cara yang kejam, merendahkan atau tidak menyenangkan sambil berarti sebaliknya. Kebanyakan orang yang menggunakan sarkasme mengharapkan agar penerima pesan sarkastik mengenali kontradiksi.

Beberapa konsekuensi sarkasme yang mungkin tak disadari oleh orang yang terbiasa mengucapkannya di antaranya:

Tersinggung

Seberapa mudahnya seseorang tersinggung atau merasa sakit hati dengan kalimat verbal orang lain sangat relatif. Ada orang yang biasa saja mendengar ucapan tertentu, namun berbeda dengan orang lain. Banyak faktor yang ikut berperan di sini, mulai dari latar belakang, masa lalu, kebiasaan, sifat, dan lainnya.

Ketika seseorang tersinggung, cara mereka menyikapinya pun bisa berbeda. Ada yang bisa langsung menanggapi di tempat menyatakan ketidaksukaannya pada apa yang dilontarkan. Namun tak sedikit yang memendamnya hingga menjadi semakin besar hingga periode lama.

Kehilangan kepercayaan

Jangan salahkan jika orang cenderung kehilangan kepercayaan pada mereka yang kerap melontarkan kalimat sarkasme. Alih-alih bisa menjadi pendengar yang baik, bisa-bisa semua cerita yang disampaikan kepada orang sarkasme dijadikan “senjata” untuk menyerang suatu hari nanti.

Merasa cemas berlebih

no caption

Orang yang pernah merasa sakit hati dengan kata-kata verbal sarkasme dari orang tertentu bisa menjadi cemas berlebih ketika harus berinteraksi dengannya. Bahkan, bagi yang belum pernah berinteraksi pun bisa mencari cara agar tak perlu bersinggungan karena reputasinya sebagai orang yang bermulut sarkastik.

Masih berkaitan dengan rasa cemas berlebih ini, orang juga cenderung menjadi defensif terhadap pelaku sarkasme. Mereka tidak bisa mengobrol dengan santai seperti dengan orang lain karena ada bayang-bayang kapanpun pelaku sarkasme akan melontarkan kalimat demi kalimat menyakitkan.

Bagaimana menghadapi sarkasme?

Sebenarnya, sarkasme adalah rasa marah, takut, atau sakit hati yang dibalut kalimat verbal tajam. Kerap kali, pelakunya menyambungnya dengan tawa atau senyum agar terkesan sebagai kalimat humor belaka. Padahal, sarkasme adalah bentuk perundungan atau bullying secara verbal.

Lalu, bagaimana cara menghadapi sarkasme?

1. Menghindar

Bahkan ketika belum pernah merasakan sendiri seberapa sarkasme seseorang lewat kata-katanya, menghindar sah-sah saja dilakukan. Hindari interaksi atau diskusi dengan orang sarkastik demi menjaga perasaan. Terlebih, jika orang sarkastik ini kerap menghubungkannya dengan isu personal seseorang.

2. Tetap tenang

Terkadang, orang sengaja berlaku sarkasme untuk memancing emosi dan reaksi negatif dari targetnya. Jangan sampai terbawa hal ini dan tetap tenang agar mereka merasa gagal. Bahkan, tetap tersenyum saat berpisah dengannya sehingga mereka merasa terabaikan dan hanya angin lalu.

3. Membalas sarkasme

Bagi yang ingin memberi “pelajaran” kepada orang sarkastik, tak perlu ragu membalas ucapan sarkasme. Sampaikan bahwa reputasinya sebagai orang sarkastik telah begitu tersohor, tambahkan pula Anda tak menyangka bahwa mereka justru jauh lebih buruk ketimbang reputasi yang beredar.

4. Sampaikan kritik

Bila perlu, sampaikan kritik bahwa kalimat sarkastik adalah hal terakhir yang ingin didengar orang lain. Tidak semua sarkasme adalah hal lucu yang bisa diterima orang yang mendengarnya. Sampaikan kritik dengan tegas, siapa tahu dengan cara ini orang yang kerap berperilaku sarkasme bisa berhenti dan memperbaiki caranya berkomunikasi.

Ucapan sarkastik adalah senjata perundungan atau bullying yang kerap disepelekan. Tak hanya membuat orang yang terbiasa dengan sikap sarkasme tak bisa dipercaya orang lain bahkan punya reputasi buruk, tapi juga membuat orang yang mendengarnya bisa merasa inferior hingga kembali trauma.

Catatan dari SehatQ

Ingatlah bahwa sarkasme berakar dari sesuatu yang salah pada diri pelakunya. Ada rasa sakit hati hingga luka masa lalu atau troubled inner child yang memantik sikap sarkasme seseorang. Ketika berhadapan dengan orang semacam ini, pilih respons terbaik versi Anda.

Advertisement

gangguan mentalkesehatan mentalhidup sehat

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 07.00 - 20.00

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved