Kekhawatiran akan beredarnya spoiler bahkan juga disampaikan oleh mereka yang terlibat dalam penggarapan film Avengers Endgame. Sutradara, kru, hingga pemainnya gencar menulis tagar dan menyebarkan poster bertuliskan #DontSpoilTheEndGame di media sosial.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
7 Mei 2019
Menyebarkan spoiler film ternyata merupakan ajang pamer, sekaligus intimidasi.
Table of Content
Banyak yang berlomba-lomba menjadi penonton pertama Avengers Endgame, salah satu film yang paling ditunggu tahun ini. Salah satu alasannya adalah untuk menghindari spoiler yang bagi banyak orang, dapat membuat kesan serta keseruan menyaksikan suatu film menjadi berkurang.
Advertisement
Kekhawatiran akan beredarnya spoiler bahkan juga disampaikan oleh mereka yang terlibat dalam penggarapan film Avengers Endgame. Sutradara, kru, hingga pemainnya gencar menulis tagar dan menyebarkan poster bertuliskan #DontSpoilTheEndGame di media sosial. Rasa khawatir yang muncul tersebut bukan tidak masuk akal.
Pasalnya, tidak sedikit orang yang masih saja menyebarkan spoiler tentang akhir cerita film tersebut. Lalu, apa sebenarnya alasan seseorang senang menyebarkan spoiler? Sebelum mengetahui jawabannya, ada baiknya Anda menyimak terlebih dahulu alasan sebagian besar orang menganggap spoiler sebaiknya tidak disebarkan.
Maraknya penggunaan sosial media membuat informasi begitu cepat tersebar, bahkan dalam hitungan detik. Hal ini tentu adalah sesuatu yang positif. Namun, bagaimana jika yang tersebar adalah akhir cerita dari film yang paling ditunggu tahun ini?
Bagi sebagian orang, mengetahui akhir cerita dari suatu film mungkin bukanlah hal yang penting. Hal ini bahkan didukung oleh suatu penelitian mengenai spoiler yang berjudul Story Spoiler Don’t Spoil Stories. Penelitian tersebut melibatkan sekitar 800 orang mahasiswa sebagai responden penelitian.
Para responden tersebut dipersilahkan untuk membaca tiga jenis cerita yang diberikan peneliti. Pada cerita pertama, para peneliti sama sekali tidak memberikan spoiler mengenai alur dan akhir dari cerita tersebut.
Pada cerita kedua, peneliti memberikan cerita dengan spoiler yang diletakkan di paragraf awal. Sementara itu pada cerita ketiga, peneliti sudah memberikan spoiler kepada responden sebelum subjek mulai membaca.
Hasilnya, para subjek tersebut justru lebih menikmati cerita yang telah diberikan spoiler sebelumnya. Banyak faktor yang memengaruhi hal ini. Salah satunya, spoiler dianggap dapat membantu para subjek mengenali cerita dengan lebih baik.
Penelitian tersebut dipublikasikan pada tahun 2011. Empat tahun kemudian, di tahun 2015, penelitian serupa dengan judul “Spoiler Alert: Consequences of Narrative Spoilers for Dimensions of Enjoyment, Appreciation, and Transportation” kembali dilakukan.
Hasilnya ternyata berkebalikan dari penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini, spoiler dianggap dapat mengurangi pengalaman seseorang dalam menikmati suatu cerita. Ketika seseorang menikmati cerita yang utuh tanpa spoiler, maka cerita tersebut dianggap lebih seru dan menegangkan.
Selain itu, menikmati cerita tanpa menerima spoiler apapun juga, secara umum membuat cerita tersebut lebih menggugah dan menyenangkan. Sehingga, tidak heran apabila banyak orang yang terganggu apabila ada orang lain yang dengan sengaja maupun tidak, menyebarkan spoiler tentang alur cerita dari Avengers Endgame.
Dengan begitu banyak tagar dan himbauan untuk tidak menyebarkan spoiler tentang Avengers Endgame, mengapa masih ada saja orang yang tidak menaatinya? Ada beberapa hal yang mungkin jadi alasannya.
Beberapa orang yang gemar memberikan spoiler, melakukan tersebut untuk menunjukkan bahwa dirinya memiliki pengetahuan lebih dari orang lain. Memiliki status sebagai orang yang telah terlebih dahulu menonton film yang paling ditunggu tahun ini, membuatnya memiliki kebanggaan tersendiri.
Kebanggaan tersebut ditunjukkannya dengan menceritakan alur serta akhir cerita kepada orang lain yang masih belum mengetahuinya. Hal ini dianggap menjadi satu-satunya cara agar orang lain tahu, terlepas dari efek yang dapat ditimbulkannya.
Media sosial merupakan tempat seseorang bisa menjadi siapa saja, sesuai keinginannnya. Memberikan spoiler, misalnya, dianggap dapat mengintimidasi orang lain yang belum mengetahui jalan cerita suatu film. Satu hal yang perlu diingat, senang melakukan hal ini.
Pada film yang diadaptasi dari buku atau komik, ada dua kelompok penonton yang datang menikmati film tersebut. Kelompok pertama adalah penggemar setia buku tersebut. Sementara itu, kelompok berikutnya adalah yang baru pertama kali mengetahui kisah dari cerita tersebut melalui filmnya.
Tidak jarang, orang yang sudah menjadi penikmat kisah tersebut sejak awal kemunculannya di buku, merasa memiliki posisi lebih tinggi daripada penikmat lain yang baru mengenal cerita tersebut di film. Hal ini membuat mereka merasa memiliki otoritas yang lebih, karena telah mengetahui akhir cerita berdasarkan cerita di buku.
Menyebarkan spoiler memang bukan sesuatu yang melanggar hukum, tapi tentu dapat membuat banyak orang terganggu. Jika tidak sabar untuk mendiskusikan alur cerita tersebut, ada banyak cara yang bisa Anda lakukan selain menuliskannya di media sosial terbuka, yang dapat dibaca oleh banyak orang. Misalnya dengan masuk ke forum online tertentu.
Advertisement
Ditulis oleh Nina Hertiwi Putri
Referensi
Artikel Terkait
Berbeda dengan IQ dan EQ, adversity quotient atau AQ adalah kemampuan seorang individu untuk berpikir, mengelola, mengatur, dan menghadapi kesulitan dalam hidup. Singkatnya, ini adalah parameter yang menggambarkan bagaimana kemampuan menghadapi masalah.
24 Agt 2021
Mencapai tujuan hidup itu gampang-gampang susah. Jika berlebihan, bisa jadi targetnya tidak realistis. Di sisi lain apabila serba tanggung, motivasi bisa jadi kurang kuat. Ini caranya.
21 Feb 2021
Viral video di media sosial TikTok yang memperlihatkan kamar kost seorang perempuan dengan kondisi sangat berantakan dan penuh sampah. Banyak netizen yang berkomentar bahwa perilaku ini disebut hoarding disorder.
6 Okt 2023
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved