Banyak mitos yang beredar mengenai penyebab ADHD pada anak. Kelainan otak hingga cedera kepala dianggap sebagai penyebab ADHD pada Anak. Sedangkan penyedap makanan merupakan mitos penyebab ADHD.
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
30 Agt 2019
Kelainan bagian otak yang mengatur fokus anak bisa menjadi salah satu penyebab ADHD
Table of Content
Banyak anggapan yang beredar di masyarakat mengenai penyebab ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) pada anak. Anak terlalu banyak mengonsumsi gula, penyedap rasa, mengalami alergi, hingga menjalani imunisasi disebut bisa menderita kelainan ini. Benarkah demikian?
Advertisement
Perlu diketahui bahwa ADHD adalah bentuk kelainan perilaku yang biasanya terjadi pada anak mulai dari usia 6 hingga 12 tahun. Kelainan ini menyebabkan anak berperilaku kurang fokus, hiperaktif, dan impulsif.
Hingga saat ini, penyebab ADHD secara pasti belum bisa ditentukan. Namun ada banyak faktor yang dianggap berperan sebagai pemicunya. beberapa di antaranya meliputi:
Akademi Dokter Anak Amerika (American Academy of Pediatrics/AAP) menyebut penderita ADHD mengalami masalah pada neurobiologisnya. Tepatnya, pada bagian otak yang mengatur fokus dan aktivitas anak.
ADHD terjadi ketika zat kimia di dalam otak, yang disebut neutransmiter, tidak bekerja sebagaimana mestinya. Misalnya saja hormon dopamin yang kurang aktif.
Zat kimia tersebut bertugas membawa sinyal dari sistem saraf menuju otak atau sebaliknya. Dopamin kerap dikaitkan sebagai pengatur aktivitas seseorang, misalnya tidur, suasana hati, fokus, maupun kemampuan belajar. Kelainan kerja otak inilah yang pada dasarnya menjadi penyebab ADHD pada anak.
Baca Juga
Faktor genetik memainkan peranan penting sebagai penyebab ADHD pada anak. Dalam kebanyakan kasus, ADHD cenderung menurun dalam keluarga lewat gen yang diwariskan oleh orangtua ketika anak masih di dalam kandungan.
Jika orangtua divonis mengidap ADHD, risiko anaknya akan memiliki kelainan yang sama bisa mencapai 50%. Sedangkan bila anak tertua menderita ADHD, adik-adiknya akan punya peluang sekitar 30% untuk terkena ADHD juga.
Meski demikian, para peneliti percaya bahwa proses penurunan gen ADHD ini sangat kompleks dan tidak terkait dengan adanya cacat pada gen itu sendiri.
Ibu yang mengalami banyak masalah kesehatan saat hamil, memiliki risiko lebih besar untuk melahirkan anak dengan ADHD.
Sebagai contohnya, ibu hamil yang merokok atau gemar minum alkohol selama mengandung bisa meningkatkan risiko ADHD pada anak hingga 2,4 kali lipat jika dibandingkan dengan yang tidak merokok maupun minum alkohol.
Dalam beberapa studi, zat kimia (seperti organifosfat) banyak ditemukan pada ibu yang memiliki anak dengan ADHD. Namun para peneliti belum bisa menyimpulkan bahwa zat kimia memiliki hubungan langsung sebagai penyebab ADHD.
Selain dari faktor ibu, anak atau bayi yang sering terpapar zat-zat kimia juga bisa dikatakan berisiko mengidap ADHD. Sementara itu, bayi yang lahir dengan berat badan rendah maupun lahir kurang bulan (prematur) berpotensi mengalami hal yang sama.
Bayi yang mengalami cedera kepala di bagian depan dikatakan berpotensi mengidap ADHD. Pasalnya, bagian inilah yang mengontrol impuls serta emosi anak.
Cedera pada bagian kepala depan dapat membuat anak menjadi hiperaktif, impulsif, dan sulit fokus di masa mendatang.