logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Penyakit

Berbagai Jenis Obat Antituberkulosis (OAT) yang Umum Dipakai dalam Pengobatan TBC

open-summary

Obat anti TB dalam pengobatan TBC terdiri dari lini pertama dan kedua yang diberikan sesuai kategori pasien. Di antaranya adalah rifampisin, isoniazid, pirazinamid, streptomisin, dan etambutol. Pengobatan TBC umumnya dilakukan selama 6-9 bulan.


close-summary

Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari

2 Okt 2020

Pengobatan TBC perlu dijalani hingga tuntas

Pengobatan TBC harus sesuai anjuran dokter

Table of Content

  • Macam-macam pengobatan TBC
  • Fase pengobatan TBC
  • Regimen obat TBC
  • Mengapa obat TBC harus diberikan dalam jangka waktu yang lama?
  • Seberapa ampuh pengobatan TBC?

TBC atau tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang biasanya menyerang paru-paru. Penyakit ini sangat menular dan dapat memicu beragam komplikasi bila tidak diobati. 

Advertisement

Jadi sangatlah penting untuk tahu langkah pengobatan TBC yang benar. Jika menaati aturan minum obat TBC sesuai dengan regimen yang diberikan dokter, pasien TB bisa sembuh total. Sebaliknya, jika pasien tidak patuh dalam mengonsumsi obat, proses penyembuhan TBC bisa semakin sulit dan lama. 

Baca juga: Langkah-langkah Pencegahan TBC agar Tidak Tertular

Macam-macam pengobatan TBC

Pengobatan TBC yang utama adalah antibiotik

Cara mengobati TBC bisa dilakukan dengan obat-obatan antibiotik

Secara umum, pengobatan TBC dilakukan selama 6-9 bulan dengan pemberian obat anti tuberkulosis (OAT) yang terdiri dari kombinasi berbagai jenis antibiotik.

Nah, jenis obat TBC sendiri terbagi ke dalam lini pertama dan kedua, yang terdiri atas:

Obat anti tuberkulosis lini pertama

OAT lini pertama terdiri dari lima jenis antibiotik yang memiliki fungsi dan cara kerja yang berbeda. Berikut penjelasannya. 

1. Isoniazid (H)

Isoniazid adalah antibiotik yang berfungsi untuk menghentikan pertumbuhan bakteri penyebab TBC. 

Isoniazid bekerja dengan menghambat biosintesis asam mikolik yang diperlukan untuk membentuk dinding sel bakteri. Obat ini juga dapat mengganggu metabolisme sel bakteri. Kombinasi keduanya menyebabkan bakteri TB tidak dapat tumbuh dan akhirnya mati. 

2. Rifampisin (R)

Rifampisin adalah antibiotik yang bekerja dengan membunuh bakteri. Hal tersebut dilakukan dengan menargetkan dan menonaktifkan enzim bakteri yang disebut RNA-polimerase. Tanpa keberadaan enzim ini, bakteri tidak dapat berkembang biak dan kemudian akan mati. 

3. Pirazinamid (Z)

Pirazinamid adalah antibiotik yang berfungsi untuk membunuh bakteri. Cara kerja obat tuberkulosis ini belum diketahui secara pasti. 

Akan tetapi, pyrazinamide diduga bekerja dengan cara menyebabkan inaktivasi enzim yang diperlukan untuk sintesis asam lemak pada bakteri, yaitu fatty acid synthase I (FAS I). Hal ini kemudian menyebabkan kematian sel bakteri. 

4. Streptomisin (S)

Streptomisin adalah antibiotik yang bekerja dengan mengganggu fungsi ribosom sel bakteri. Hal ini akan mencegah bakteri untuk tumbuh dan berkembang hingga akhirnya mati. 

5. Etambutol (E)

Etambutol adalah antibiotik yang bekerja dengan menghambat enzim yang terlibat dalam pembentukan dinding sel bakteri. Akibatnya, metabolisme sel bakteri akan terhenti dan berujung pada kematian. 

Obat anti tuberkulosis lini kedua

OAT lini kedua dibagi menjadi 4 grup , antara lain:

1. Antibiotik golongan florokuinolon, yang terdiri dari:

  • Levofloksasin (Lfx)  
  • Moksifloksasin (Mfx)  
  • Gatifloksasin (Gfx)

2. OAT suntik, yang terdiri dari:

  • Kanamisin (Km)  
  • Amikasin (Am)
  • Kapreomisin (Cm) 
  • Streptomisin (S)

3. OAT minum, yang terdiri dari:

  • Etionamid (Eto) atau Protionamid (Pto)
  • Sikloserin (Cs) atau Terizidon (Trd)
  • Clofazimin (Cfz)  
  • Linezolid (Lzd

4. OAT baru, yang terdiri dari

  • Bedaquiline (Bdq)  
  • Delamanid (Dlm)
  • Pretonamid (PA-824)

5. OAT tambahan, terdiri dari:

  • Asam para aminosalisilat (PAS)  
  • Imipenemsilastatin (Ipm)
  • Meropenem (Mpm)
  • Amoksilin clavulanat (Amx-Clv)
  • Thioasetazon (T)

Berbagai obat di atas, baik lini pertama maupun kedua, harus diminum berdasarkan pertimbangan dokter. Pasalnya, ada efek samping obat TBC yang mungkin saja berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi sembarangan. 

Fase pengobatan TBC

Obat antituberkulosis merupakan komponen terpenting dalam cara menyembuhkan TBC. Pengobatan TBC biasanya menggunakan kombinasi minimal 4 macam obat. 

Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya resistensi, yaitu kondisi ketika bakteri tidak lagi merespons kerja antibiotik dan tetap hidup dalam tubuh.  

Berdasarkan waktu pemberiannya, pengobatan TB diberikan dalam dua tahap yaitu:

Tahap awal 

Pada tahap awal (intensif), pengobatan harus diberikan setiap hari selama 2 bulan. Pada fase ini, pengobatan ditujukan untuk membunuh bakteri sebanyak mungkin. 

Oleh karena itu selama fase intensif biasanya akan diberikan kombinasi 4 antibiotik dengan mekanisme kerja berbeda yang digunakan secara bersamaan. 

Pemberian obat tersebut dapat mengurangi potensi penularan TBC dalam kurun waktu 2 minggu. Obat antituberkulosis (OAT) yang diberikan pada tahap awal biasanya berupa isoniazid, rifampisin, etambutol, dan pirazinamid.

Tahap lanjutan

Setelah menjalani pengobatan tahap awal selama 2 bulan, beberapa obat akan dihentikan dan sebagian obat lainnya akan dilanjutkan selama 4 bulan berikutnya. 

Tahap ini penting dilakukan untuk membunuh bakteri yang tersisa, terutama bakteri yang tidak aktif (tidur/dorman) tapi juga tidak mati dan tetap menetap di tubuh.  

Dengan demikian, tubuh bisa sepenuhnya bebas dari bakteri TBC dan mencegah terjadinya kekambuhan TBC.  Pada tahap ini yang diberikan adalah isoniazid dan rifampisin. 

Regimen obat TBC

Di indonesia, regimen obat TBC dapat berbeda pada tiap pasien, tergantung kategori yang dimiliki. Pada umumnya, obat anti TB diberikan dalam bentuk paket obat antituberkulosis kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) dan Kombipak.

OAT-KDT terdiri dari kombinasi 2 dan 4 jenis obat lini pertama yang digabung dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Sementara itu, Kombipak adalah paket obat yang terdiri dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol dalam bentuk terpisah. 

Rejimen pengobatan TB mempunyai kode standar yang menunjukkan tahap, lama pengobatan, jenis OAT, dan frekuensi pemberian. 

Kode huruf tersebut adalah akronim dari nama obat yang dipakai, yakni:

  • H = Isoniazid
  • R = Rifampisin
  • Z = Pirazinamid
  • E = Etambutol
  • S = Streptomisin

Pemberian obat TB dilakukan dengan panduan berikut:

Kategori 1  

Kategori 1 adalah kelompok pasien baru dengan kriteria:

  • Pasien TB paru yang memiliki hasil tes BTA positif.
  • Pasien TB paru dengan hasil tes BTA negatif namun hasil rontgen positif
  • Pasien TB ekstra paru

Pada kategori ini, obat diberikan dalam dosis harian dengan kode (2HRZE/4H3R3), yaitu:

  • Pada tahap intensif, obat yang harus dikonsumsi terdiri dari HRZE diberikan setiap hari selama 2 bulan. 
  • Pengobatan TBC diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR, diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan. 

Kategori 2  

Kategori 2 adalah kelompok pasien baru yang memiliki kriteria berikut:

  • Pasien TB yang kambuh
  • Pasien TB yang telah menjalani pengobatan, tapi tidak sembuh 
  • Pasien TB yang lalai dalam mengonsumsi obat TBC. 

Pada kategori ini, obat diberikan dalam dosis harian dengan kode 2HRZES/HRZE/5H3R3E3, yaitu:

  • Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari pemberian HRZES setiap hari selama dua bulan. Dilanjutkan 1 bulan dengan HRZE setiap hari. 
  • Tahap lanjutan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu selama 5 bulan.

Kategori 3  

Kategori 3 adalah kelompok pasien yang memiliki kriteria:

  • Pasien TB baru dengan hasil tes BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan
  • Pasien TB ekstra paru ringan

Pada kategori ini, obat diberikan dalam dosis harian dengan kode  (2HRZ/4H3R3) dengan pengertian:

  • Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan
  • Tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu. 

Kategori pasien anak  

Prinsip dasar pengobatan TB pada anak sebenarnya tidak berbeda dengan pada orang

Dewasa. Akan tetapi, dosis yang diberikan akan disesuaikan dengan berat badan anak. 

Susunan paduan obat TB anak adalah (2HRZ/4HR) dengan penjelasan:

  • Tahap intensif terdiri dari HRZ yang diberikan setiap hari selama 2 bulan. 
  • Tahap lanjutan terdiri dari HR yang diberikan setiap hari selama 2 bulan.

Kategori pasien TB resisten obat

Pasien TBC harus taat minum obat. Jika tidak, Anda akan berisiko mengalami TB MDR (multidrug resistant tuberculosis). 

TB MDR terjadi saat bakteri penyebab TBC di dalam tubuh kebal terhadap antibiotik. Akibatnya, Anda akan membutuhkan antibiotik yang lebih banyak dan lebih keras, bahkan pengobatan yang mungkin lebih lama.

Pengobatan TB MDR biasanya dilakukan dengan OAT lini kedua yang dapat dikombinasikan dengan obat TBC lini pertama.

Pengobatan TB resisten obat bisa berlangsung selama 20-26 bulan. 

Baca juga: Makanan untuk Mempercepat Penyembuhan TBC, Apa Saja?

Mengapa obat TBC harus diberikan dalam jangka waktu yang lama?

Pengobatan TBC memerlukan waktu yang cukup lama untuk bekerja efektif karena bakteri tuberculosis memiliki daya tahan yang kuat dan dapat hidup berbulan-bulan meski sudah diobati dengan antibiotik. 

Selain itu, dari sekian banyak bakteri TBC yang menyerang tubuh, banyak di antaranya yang berada dalam fase dorman. Artinya, bakteri tetap ada di tubuh tapi dalam keadaan tertidur (tidak aktif). Sedangkan, kebanyakan antibiotik hanya bekerja terhadap bakteri aktif. 

Bakteri yang dorman tidak akan selamanya tertidur dan sewaktu-waktu bisa menjadi bakteri aktif. Oleh karena itu, pengobatan TBC diberikan dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mengatasi hal ini.

Anda mungkin boleh saja mengonsumsi obat herbal TBC. Tapi, Anda tidak boleh menjadikan obat herbal untuk menggantikan pengobatan TBC. Pastikan Anda juga berkonsultasi ke dokter sebelum minum obat herbal.

Baca juga: Bagaimana Skrining TBC Dilakukan?

Seberapa ampuh pengobatan TBC?

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, angka kesembuhan TBC bisa mencapai 85 persen dengan pengobatan yang tepat. Namun angka ini mungkin lebih kecil pada kondisi TBC resisten obat yang berat alias extensively drug-resistant TB (XDR TB) atau TB MDR.

Menurut laporan dari CDC, angka kesembuhan TBC resisten obat tingkat berat tercatat hanya sekitar 30-50 persen dari keseluruhan kasus.

Persentase kesembuhan tersebut sangat bergantung pada beberapa faktor. Mulai dari tingkat keparahan resistensi obat dan kondisi TBC, sistem kekebalan tubuh pasien, hingga kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat.

Mungkin, Anda akan merasakan keadaan tubuh membaik, gejala TBC tak lagi terasa, dan Anda merasa sehat setelah beberapa kali minum obat TBC. Namun, jangan sekali-kali menghentikan pengobatan Anda.

Keadaan TBC yang membaik bukan berarti bakteri dalam tubuh Anda sudah hilang sepenuhnya. Seperti yang telah dijelaskan, bakteri TBC punya daya tahan kuat yang dapat hidup berbulan-bulan. 

Minum obat TBC sesuai anjuran dokter dengan durasi yang ditentukan membantu membunuh bakteri TBC yang melemah dan mencegah Anda mengalami TB MDR ataupun TB XDR. 

Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar pengobatan TBC, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play 

Advertisement

tbcantibiotiktuberkulosis

Ditulis oleh Nurul Rafiqua

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved