logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Hidup Sehat

Awas! Jam Kerja Terlalu Lama Bisa Menjadi Sumber Masalah

open-summary

Pemikiran soal jam kerja terlalu lama merupakan sebuah kehebatan sepertinya sudah usang dan saatnya dirombak ulang. Sebab, dampaknya terhadap kesehatan mental sangat merusak. Idealnya, jam kerja 40-50 jam setiap pekan sudah lebih dari cukup bagi sebagian orang.


close-summary

21 Okt 2021

| Azelia Trifiana

Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri

Jam kerja berlebihan dapat sebabkan sakit

Jam kerja berlebihan dapat sebabkan sakit

Table of Content

  • Kenali tanda-tanda kerja terlalu lama
  • Apa dampaknya?
  • Catatan dari SehatQ

Pemikiran soal jam kerja terlalu lama merupakan sebuah kehebatan sepertinya sudah usang dan saatnya dirombak ulang. Sebab, dampaknya terhadap kesehatan mental sangat merusak. Idealnya, jam kerja 40-50 jam setiap pekan sudah lebih dari cukup bagi sebagian orang.

Advertisement

Sebaliknya bagi yang terlalu lama bekerja hingga tak pernah pulang kantor tepat waktu, tentu ini tidak ideal. Mereka rentan mengalami stres. Bukan hanya kesehatan mental saja taruhannya, fisik pun bisa terdampak.

Kenali tanda-tanda kerja terlalu lama

Penting untuk tahu berapa jam yang Anda alokasikan setiap harinya untuk bekerja. Bukan hanya saat mulai duduk di kubikel dan memeriksa tumpukan pekerjaan, namun sejak bersiap-siap, perjalanan, dan sebagainya.

Ketika jam kerja terlalu lama, mustahil karyawan bisa menikmati waktunya saat di kantor. Justru yang rentan terjadi adalah burnout karena stres terus-menerus.

Ini bukan hanya berlaku pada pekerja yang harus datang ke kantor setiap harinya. Sistem kerja remote working pun berlaku sama.

Sayangnya, terkadang karyawan tidak sadar akan hal ini. Padahal, ini tanda-tanda saat jam kerja tidak seimbang dengan aspek kehidupan lainnya, sekaligus cara mengatasinya:

  • Produktivitas menurun

Bukannya produktif, jam kerja terlalu lama justru berdampak sebaliknya. Riset dari Stanford ini menemukan bahwa orang yang bekerja 70 jam per pekan ternyata tidak mengerjakan lebih banyak ketimbang yang bekerja 56 jam.

Cara mengatasinya?

Coba buat daftar apa saja yang perlu dilakukan, lalu tentukan skala prioritas. Ini dapat membantu memetakan situasi sehingga Anda tak merasa kewalahan. Selain produktif, cara ini juga efisien.

  • Tidur tak berkualitas

Tentu saja ketika seorang karyawan tidak pulang kantor tepat waktu, ini akan berdampak pada jam tidurnya. Tubuh pun mustahil beristirahat optimal. Konsekuensi di keesokan harinya, Anda akan merasa lesu seharian ketika harus bekerja.

Cara mengatasinya?

Sepanjang hari saat bekerja, coba ambil jeda sekitar 10-20 menit secara berkala. Lakukan peregangan otot, berbicara selain pekerjaan dengan rekan, atau menghirup udara di luar.

  • Rentan mengalami depresi

Jam kerja terlalu lama bisa berdampak pada kesehatan mental. Termasuk, mengalami gejala depresi. Sebuah studi asal Roma, Italia ini menemukan bahwa pekerja yang menghabiskan 11 jam untuk bekerja setiap harinya rentan mengalami depresi.

Cara mengatasinya?

Cobalah melakukan meditasi. Tak harus hening, karena ada banyak cara seru untuk bermeditasi. Analoginya, meditasi seperti menekan tombol reset sehingga pikiran kembali fokus dan menikmati waktu yang ada.

  • Nyeri punggung dan leher

Makin lama waktu yang dialokasikan pekerja duduk di depan laptop atau komputer, punggung dan leher akan kelelahan. Risiko mengalami nyeri tulang belakang meningkat. Bagi pekerja perempuan, rasa sakit biasanya muncul di leher. Sementara bagi pekerja laki-laki, di punggung bawah.

Cara mengatasinya?

Siasati tegang otot di punggung dan leher ini dengan sesekali mengambil jeda dari gerakan repetitif. Mungkin mengetik, menatap monitor, dan posisi lainnya yang tanpa sadar dilakukan berjam-jam.

  • Hubungan menjadi berantakan

Hubungan apapun itu, baik dengan pasangan, keluarga, atau teman-teman di luar lingkaran pekerjaan bisa terdampak. Contohnya mudah saja. Saat tidak pulang kantor tepat waktu, durasi bertemu dengan orang serumah kian sedikit.

Belum lagi jika seorang karyawan merasa suntuk dan lelah dengan pekerjaannya, akan mudah menjadi emosi dan melampiaskannya pada pasangan.

Cara mengatasinya?

Selalu masukkan agenda yang tidak berkaitan dengan pekerjaan setiap harinya. Seperti mendengarkan musik, membaca buku favorit, menulis jurnal, atau quality time dengan pasangan. Jadikan itu sebagai agenda rutin.

  • Relaksasi yang negatif

Jika sudah kewalahan dengan stres yang dialami, sangat mungkin seseorang justru melampiaskan diri pada relaksasi yang negatif. Contohnya minum alkohol. Ada studi pada tahun 2015 yang membuktikan hal ini. Jam kerja terlalu lama – lebih dari 40 jam per minggu – rentan membuat seseorang memutuskan untuk minum alkohol.

Cara mengatasinya?

Manfaatkan waktu saat dalam perjalanan dari dan ke kantor untuk beristirahat. Ini dapat mengisi kembali energi sebelum transisi antara rumah dan kantor. Jangan menghabiskan waktu untuk melihat layar ponsel atau memeriksa email pekerjaan.

Apa dampaknya?

stres
Stres karena bekerja terlalu lama

Selain beberapa poin di atas yang menjadi tanda peringatan jam kerja terlalu lama, jangan remehkan pula dampaknya terhadap kesehatan. Beberapa di antaranya adalah:

  • Sulit mengendalikan emosi

Stres akibat pekerjaan – bahkan yang ringan saja – dapat berdampak pada kemampuan mengendalikan emosi. Akan sulit bagi mereka menenangkan diri ketika ada hal yang memicu kemarahan. Sebab, fungsi kognitif yang mengendalikan rasa takut dan kecemasan tidak lagi optimal.

  • Rentan sakit

Stres kronis juga mendekatkan seorang karyawan dengan penyakit. Mulai dari penyakti paru, kanker, kecelakaan saat bekerja, sirosis hati, hingga bunuh diri

  • Kesuburan

Sayangnya, jam kerja berlebihan dalam jangka panjang juga bisa menimbulkan masalah hubungan dengan pasangan. Stres bisa menimbulkan impotensi atau menurunnya kesuburan. Bagi ibu hamil, stres juga rentan menyebabkan masalah perilaku dan tumbuh kembang anak.

  • Merusak gigi dan gusi

Ada orang yang merespons situasi memicu stres dengan cara menggertakkan gigi. Tanpa sadar, ini bisa berdampak pada kesehatan gigi dan gusi. Termasuk, kemungkinan terjadinya penyakit gusi. Risiko tertinggi ada pada mereka yang bekerja berlebihan dan menghadapi kesulitan finansial.

Baca Juga

  • Sering Pura-pura Sakit Bisa Jadi Tanda Sindrom Munchausen
  • 7 Ciri Mental Breakdown, Stres Paling Berat yang Bisa Dialami Seseorang
  • 6 Cara Menghadapi Pelecehan Seksual di Kantor

Catatan dari SehatQ

Ketika jam kerja sudah tidak bersahabat dan justru membuat produktivitas menurun, coba sampaikan dengan gamblang kepada atasan. Perusahaan yang peka terhadap kondisi karyawannya akan tahu bahwa kerja berlebihan tidak sama dengan meningkatnya produktivitas.

Karyawan yang bahagia dan jam kerjanya normal bisa bekerja dengan baik. Mereka juga bisa menyumbangkan ide kreatif yang sangat penting bagi kinerja perusahaan. Untuk mewujudkannya, tentu tidak bisa dengan memberikan jam kerja berlebihan.

Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar dampak stres terhadap kesehatan mental, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.

Advertisement

gangguan mentalkesehatan mentalstres

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 24 Jam

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved