Toxic parents adalah orangtua yang tidak menghormati dan memperlakukan anaknya dengan baik sebagai individu. Mereka bisa melakukan berbagai kekerasan pada anak bahkan membuat kondisi psikologisnya terganggu.
14 Jul 2022
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Orangtua yang toxic selalu mencari kesalahan dan jarang mengapresiasi anak
Table of Content
Apakah Anda sering memarahi anak atau mempermalukannya di depan orang lain hanya karena urusan sepele? Hati-hati, hal tersebut dapat menjadi tanda bahwa Anda termasuk toxic parents.
Advertisement
Bukan hanya teman, pasangan, atau lingkungan, istilah toxic juga berlaku bagi orangtua yang menjadi “racun” bagi anaknya sendiri. Jika dibiarkan berlarut-larut, tentu anak bisa mengalami berbagai masalah.
Toxic parents adalah orangtua yang tidak menghormati dan memperlakukan anaknya dengan baik sebagai individu.
Mereka bisa melakukan berbagai kekerasan pada anak bahkan membuat kondisi psikologis atau kesehatan mentalnya terganggu.
Toxic parents juga enggan berkompromi, bertanggung jawab, maupun meminta maaf kepada anaknya. Hal ini sering kali dilakukan orangtua yang memiliki gangguan mental atau merupakan seorang pecandu.
Selain itu, trauma di masa kecil akibat pengasuhan yang buruk dapat memicu masalah ini, di mana orangtua masih membawa luka lama dan melukai anaknya dengan cara yang sama seperti yang dialaminya dulu.
Meskipun orangtua toxic kerap berdalih apa yang dilakukannya semata-mata karena kasih sayang, toxic parenting adalah hal yang tidak baik untuk dilakukan.
Anak membutuhkan cinta dan kasih sayang yang tulus dari orangtuanya. Jika tidak mendapatkan hal tersebut, tentu saja jiwa anak bisa terluka.
Tanpa disadari atau tidak, Anda bisa saja menjadi toxic parents. Oleh sebab itu, terdapat ciri-ciri toxic parents yang penting untuk diperhatikan supaya Anda bisa menyadarinya.
Berikut adalah ciri-ciri orangtua toxic yang mungkin secara tidak sengaja pernah Anda lakukan:
Ciri-ciri orangtua yang egois adalah selalu mengutamakan kebutuhannya sendiri dan tidak mempertimbangkan kebutuhan maupun perasaan anak.
Selain itu, mereka tidak akan berpikir mengenai dampak perilakunya tersebut terhadap anak.
Orangtua yang toxic tak dapat memperlakukan anaknya dengan baik. Bahkan pada tingkat yang dasar saja, seperti rasa hormat dan kesopanan, mereka enggan melakukannya. Ia juga sengaja melupakan hal-hal penting yang berkaitan dengan anak.
Toxic parents kerap mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosinya. Mereka cenderung bereaksi berlebihan atau dramatis ketika anak melakukan kesalahan.
Selain itu, kemarahannya pun kerap tak dapat diprediksi. Mereka tidak akan segan untuk memukul, memaki, atau melakukan kekerasan lainnya kepada anak.
Orangtua toxic senang mengontrol anaknya dengan ketat. Mereka akan mengatur apa yang harus dilakukan oleh anak, bahkan kapan dan bagaimana sang anak melakukannya.
Selain itu, toxic parents akan mencampuri urusan pribadi anak. Rasa bersalah dan iming-iming menjadi senjata bagi mereka untuk mengontrol anak.
Orangtua yang selalu menyalahkan anak meskipun jelas bukan kesalahan mereka, juga termasuk perilaku toxic.
Selain itu, apa pun usaha dan hasil yang dilakukan anak tidak pernah dinilai baik oleh orangtuanya. Mereka akan selalu mencari kesalahan dan jarang mengapresiasi anak.
Orangtua yang toxic juga kerap mempermalukan anaknya dengan sangat buruk. Mereka akan mengejek, merendahkan, memukul, memaki, atau meneriaki anak di depan orang lain, terutama teman-temannya, sehingga anak merasa sangat malu.
Bukan hanya selalu merasa benar, toxic parents juga akan bertindak seperti orang yang sedang bersaing dengan anak. Jadi, alih-alih menyemangati dan merasa bahagia atas keberhasilan anak, ia malah membuat anak down, mengabaikannya, dan merasa tak suka jika anak senang.
Baca Juga
Toxic parenting adalah pola asuh yang bisa berdampak buruk pada anak. Anak yang berada dalam pola pengasuhan ini tidak akan merasa senang ketika berbicara, menghabiskan waktu, atau berpikir tentang orangtuanya.
Mereka bahkan bisa menjadi sangat ketakutan, depresi, atau emosional sehingga melampiaskannya pada hal lain. Dampak ini juga dapat terus berlanjut hingga dewasa.
Berikut adalah beberapa dampak yang dapat terjadi pada korban toxic parents:
Cara menghadapi orangtua toxic tentu tidak mudah bagi anak. Hal tersebut bisa merusak kondisi psikologis maupun mentalnya.
Oleh sebab itu, sebagai orangtua yang baik, Anda tentu harus menerapkan pola asuh yang tepat untuk anak.
Jangan sampai pola asuh yang buruk membuat keutuhan keluarga menjadi bermasalah.
Apabila Anda merasa memiliki ciri-ciri toxic parents, tidak ada salahnya untuk memperbaikinya secara perlahan.
Berbagai cara mengatasi toxic parenting adalah sebagai berikut:
Cobalah untuk menjalin komunikasi yang baik dengan anak. Berikan kesempatan pada mereka untuk berbicara mengenai apa yang dipikirkan atau dirasakannya.
Namun, jangan memaksa anak, apalagi sampai berteriak karena hanya akan membuatnya menjauhi Anda.
Ajak anak berbicara dengan nyaman sehingga mereka bisa merasa didengarkan dan diperhatikan.
Memaksakan kehendak Anda pada anak bisa merusak rasa percaya diri mereka. Jadi, doronglah anak untuk menjadi dirinya sendiri.
Biarkan mereka memilih kegiatan yang disukainya, seperti menari, sepak bola, catur, melukis, atau aktivitas positif lainnya.
Berikan dukungan pada anak sehingga mereka tahu jika Anda menghormati pilihannya.
Ayah atau ibu toxic akan marah, kesal, atau bahkan menghukum anak ketika membuat kesalahan kecil.
Namun, untuk menghindari hal tersebut, Anda harus menyadari bahwa setiap orang pasti pernah membuat kesalahan.
Alih-alih menghukumnya dengan keras, cobalah beri pengertian pada anak untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut.
Penting bagi orangtua untuk memiliki harapan yang realistis terhadap anak. Sebab, orangtua toxic sering kali memberikan standar yang jauh melampaui usia anak.
Misalnya, Anda mengharapkan anak berusia 2 tahun untuk pergi ke toilet atau berpakaian sendiri.
Hal tersebut tentu akan sulit bagi anak karena keterampilannya belum mumpuni.
Anak-anak dapat menetapkan batasan sejak kecil. Misalnya, mereka membutuhkan waktu untuk sendiri saat suasana hatinya buruk.
Namun, orangtua yang toxic akan melewati batasan tersebut sehingga tidak menghormati keinginan anak.
Jika cara-cara tersebut tidak membawa pengaruh yang signifikan, Anda dapat berkonsultasi dengan psikolog keluarga untuk mendapat bantuan secara profesional dalam mengatasi masalah ini.
Sementara itu, jika memiliki pertanyaan seputar masalah kesehatan, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Inquiry based learning adalah metode belajar yang 'menuntut' anak supaya lebih berpartisipasi di kelas. Manfaatnya beragam, mulai dari meningkatkan rasa ingin tahu, membangun sikap inisiatif, hingga membuat anak lebih cinta dengan proses belajar.
Otak anak berkembang dengan begitu cepat setiap saat. Itulah sebabnya penting memastikan asupan nutrisi mereka benar-benar tepat dan mendukung perkembangan otak. Ada beberapa makanan yang manfaatnya bagaikan vitamin otak anak dan sayang untuk dilewatkan, seperti telur, yogurt, hingga sayuran hijau.
Supaya proses belajar mengenal warna pada anak menjadi lebih efektif, terdapat sejumlah cara yang bisa dilakukan orangtua, seperti bermain dengan makanan, jangan takut berantakan, hingga bereksperimen di rumah.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Anandika Pawitri
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Veranita
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved