Anemia aplastik adalah saat tubuh berhenti memproduksi sel darah yang dibutuhkan. Meski kondisi ini jarang terjadi, tetapi ibu hamil juga punya faktor risiko mengalami anemia aplastik.
4 Des 2019
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Anemia apalstik terjadi saat tubuh berhenti memproduksi sel darah yang dibutuhkan
Table of Content
Mendengar kata anemia, tentu identik dengan penyakit kekurangan sel darah merah. Namun anemia aplastik adalah kondisi yang lebih jarang terjadi, yaitu saat tubuh berhenti memproduksi sel darah yang dibutuhkan. Konsekuensinya, penderitanya bisa merasa lesu dan berisiko terkena infeksi.
Advertisement
Anemia aplastik bisa terjadi pada usia berapa pun. Penyakit ini bisa terjadi tiba-tiba, bisa juga berlangsung secara perlahan dan semakin memburuk dari waktu ke waktu. Lebih jauh lagi, anemia aplastik bisa menjadi sangat parah dan berakibat fatal.
Baca Juga
Anemia aplastik terjadi ketika ada kerusakan pada sumsum tulang belakang sebagai penghasil sel darah. Konsekuensinya, produksi sel darah baru menjadi lebih lambat bahkan berhenti sepenuhnya.
Di dalam sumsum tulang, ada sel punca atau stem cell yang memproduksi sel darah, baik itu sel darah merah, sel darah putih, serta platelet. Pada penderita anemia aplastik, sumsum tulangnya hanya mengandung sedikit sel darah (hipoplastik) atau bahkan kosong (aplastik).
Beberapa faktor yang memicu terjadinya anemia aplastik di antaranya:
Salah satu pengobatan yang diberikan bagi penderita kanker adalah radiasi dan kemoterapi. Memang perawatan tersebut dapat membunuh sel kanker. Namun sel yang sehat juga bisa jadi korban, termasuk sel punca di dalam sumsum tulang. Sel punca adalah sel awal yang mempunyai potensi tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh.
Anemia aplastik bisa jadi konsekuensi sementara penderita kanker setelah menjalani perawatan radiasi dan kemoterapi.
Paparan bahan beracun seperti yang digunakan dalam pestisida dan insektisida juga dapat menyebabkan anemia aplastik. Selain itu, orang yang kerap terpapar benzena seperti yang ada dalam bensin juga berisiko mengalami anemia aplastik.
Kabar baiknya, kondisi penderita anemia aplastik akibat faktor ini bisa membaik apabila menghindari paparan substansi kimia berbahaya. Untuk itu, penting tahu apa substansi kimia beracun yang pertama kali menyebabkan anemia aplastik.
Pasien yang mengonsumsi obat tertentu seperti untuk mengatasi artritis dan antibiotik juga dapat mengalami anemia aplastik
Bagi penderita gangguan sistem kekebalan tubuh, imun tubuhnya justru menyerang sel yang sehat. Akibatnya, sel punca dalam sumsum tulang juga bisa terdampak.
Ada beberapa jenis virus yang bisa menyebabkan anemia aplastik seperti hepatitis, Epstein-Barr, cytomegalovirus, parvovirus B19, dan juga HIV. Lagi-lagi, infeksi ini menyebabkan sumsum tulang tidak bisa menjalankan fungsinya dengan optimal.
Ibu hamil juga berisiko mengalami anemia aplastik. Biasanya, hal ini berkaitan dengan masalah sistem kekebalan tubuh yang terganggu saat sedang hamil.
Selain beberapa penyebab di atas, ada juga faktor yang masih belum diketahui mengapa seseorang menderita anemia aplastik. Hal ini disebut anemia aplastik idiopatik.
Berbeda dengan penyakit anemia pada umumnya, anemia aplastik adalah kondisi yang cukup langka. Hanya orang-orang yang berada dalam kondisi tertentu saja yang berisiko mengalami anemia aplastik.
Itulah mengapa tidak ada langkah yang bisa dilakukan untuk menghindari anemia aplastik. Salah satu yang paling mungkin dilakukan adalah menghindari substansi kimia beracun yang bisa saja menyebabkan anemia aplastik.
Perbedaan lain dengan anemia adalah gejalanya yang lebih parah. Umumnya, anemia ringan bisa diatasi dengan mengonsumsi makanan untuk meningkatkan kadar zat besi atau mengonsumsi suplemen. Namun bagi penderita anemia aplastik, kondisinya tidak semudah itu diatasi.
Untuk itu, penting mengenali beberapa gejala terjadinya anemia aplastik seperti:
Bagi penderita anemia aplastik yang menjalani pengobatan, dokter akan melakukan dua hal yaitu meredakan gejala anemia aplastik serta memberi stimulus ke sumsum tulang untuk memproduksi sel darah baru.
Tidak menutup kemungkinan penderita anemia aplastik menerima transfusi darah untuk memastikan kadar sel darahnya kembali normal. Selain itu, dokter bisa meresepkan antibiotik apabila penderita anemia aplastik mengalami infeksi. Hal ini bertujuan untuk membantu kinerja sel darah putih.
Untuk jangka panjang, transplantasi sumsum tulang juga bisa dilakukan. Tujuannya demi memastikan produksi sel darah kembali normal. Biasanya, donor ini diberikan dari keluarga terdekat agar tingkat kecocokannya tinggi dan menurunkan risiko penolakan organ.
Apabila dokter berhasil mengidentifikasi penyebab anemia aplastik dan tahu apa pemicunya, ada kemungkinan penderita anemia aplastik sembuh total. Bahkan jika kondisinya tidak parah dan hanya sementara, anemia aplastik bisa mereda dengan sendirinya.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Buah penambah darah dapat menjadi sumber zat besi, vitamin C, dan folat untuk mencegah sekaligus mengatasi anemia. Semangka, jeruk, pisang, dan kiwi merupakan beberapa diantaranya.
Donor plasma darah adalah prosedur donor darah yang nantinya, sel darah akan diolah dan hanya diambil bagian plasmanya. Donor plasma darah diperlukan untuk membantu beberapa penyakit seperti hemofilia A, angioedema herediter, penyakit imunodefisiensi primer, dan penyakit kawasaki.
Hemoglobin atau Hb adalah protein kaya zat besi di dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Protein ini juga yang membuat darah berwarna merah.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Vina Liliana
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved