Memasuki usia senja, penurunan fungsi kognitif pada lansia pun bisa jadi tak terhindarkan. Salah satu yang paling umum terjadi adalah menurunnya daya ingat alias pikun. Penyebabnya lansia pikun bisa berbeda antara wanita dan pria.
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
21 Feb 2021
Penyebab penurunan fungsi kognitif pada lansia wanita dan pria berbeda
Table of Content
Memasuki usia senja, penurunan fungsi kognitif pada lansia pun bisa jadi tak terhindarkan. Salah satu yang paling umum terjadi adalah menurunnya daya ingat alias pikun. Lebih jauh lagi, rupanya faktor risiko tidak primanya fungsi kognitif ini berbeda antara pria dan wanita
Advertisement
Terlepas dari itu, kabar baiknya ada banyak aktivitas untuk melatih kesehatan otak yang bisa dilakukan demi mengasah daya ingat. Jika rutin dilakukan, kemampuan kognitif bisa jadi tetap bisa diandalkan meski usia tak lagi muda.
Sebuah studi yang dilakukan di Prancis melibatkan 7.000 orang berusia di atas 65 tahun, tidak satu pun mengalami demensia. Namun, 42% di antaranya telah mengalami penurunan fungsi kognitif.
Dalam periode empat tahun kemudian, dari 42% itu, 6,5% lansia yang sudah mengalami masalah kognitif mengalami demensia. Sementara 37% sisanya bisa pulih seperti sedia kala.
Tentunya fakta yang kedua ini mengejutkan. Banyak yang menganggap masalah kognitif adalah hal yang memburuk seiring dengan menuanya seseorang. Namun, studi ini membuktikan bahwa orang bisa pulih seperti semula.
Tak hanya berhenti sampai di situ, penurunan fungsi kognitif pada lansia adalah tidak optimalnya fungsi otak akibat penuaan. Lebih spesifiknya, wanita dan pria memiliki faktor risiko berbeda terhadap kondisi ini. Simak penjelasannya berikut ini.
Masih dari studi di atas, ditemukan bahwa perempuan yang mengalami penurunan fungsi kognitif rupanya fisiknya pun lebih tidak prima. Faktor yang turut berperan di antaranya:
Kondisi fisik perempuan yang tidak lagi sehat atau prima meningkatkan risiko mengalami penurunan fungsi kognitif. Umumnya, ini berkaitan dengan kemampuan bergerak dan menuntaskan aktivitas sehari-hari.
Apabila seorang perempuan bergantung pada orang lain untuk menjalankan aktivitas sehari-hari, risikonya mengalami demensia 3,5 kali lipat lebih besar ketimbang yang masih bisa bergerak secara mandiri.
Faktor risiko lain yang juga berpotensi menjadi penyebab lansia pikun adalah kualitas tidur. Umumnya, perempuan berusia lanjut dengan keluhan kognitif juga mengalami insomnia. Tentunya, siklus tidur berantakan ini juga akan berdampak pada kondisi fisiknya.
Ditemukan pula dari penelitian bahwa faktor risiko lain adalah ketika seorang perempuan lansia tidak memiliki koneksi erat dengan orang lain. Baik itu dari keluarga kandung, kerabat, hingga teman-teman.
Gangguan psikologis seperti depresi tentu saja juga berpengaruh pada kinerja otak di bidang kognitif. Perempuan dengan depresi 2 kali lipat lebih rentan kondisinya memburuk dari penurunan fungsi kognitif menjadi demensia.
Baca Juga
Sementara pada pria, beberapa faktor yang juga turut meningkatkan risiko adalah:
Penurunan fungsi kognitif pada lansia pria berkaitan dengan berat badan di atas normal. Pasalnya, tumpukan lemak dan pola makan tidak sehat bisa berpengaruh terhadap kinerja otak. Bahkan, hal ini bisa terjadi bukan hanya pada lansia namun juga anak-anak.
Seorang laki-laki yang sudah didiagnosis menderita diabetes atau stroke juga berisiko lebih tinggi mengalami masalah kognitif. Terlebih, stroke merupakan faktor risiko yang paling signifikan pada laki-laki. Ini dapat meningkatkan kemungkinan mengalami demensia
Faktanya, sekitar 30% pasien yang pernah mengalami stroke akan mengalami demensia dalam rentang waktu 1 tahun sejak terkena serangan. Alasannya karena stroke berdampak pada area kognitif yang meliputi fokus, daya ingat, bahasa, dan juga orientasi.
Aspek yang paling terdampak adalah fokus dan fungsi eksekutif. Ketika diagnosis stroke ditegakkan, gejala yang paling tampak jelas umumnya adalah masalah daya ingat.
Berbeda dengan perempuan, aspek lain seperti kemandirian, relasi sosial, dan depresi tidak terlalu berperan sebagai faktor risiko bagi laki-laki.
Sama-sama berusia lanjut, namun faktor risiko bagi perempuan dan laki-laki berbeda. Tentu banyak yang bertanya-tanya mengapa bisa berbeda? Jawabannya pun belum bisa terkuak lewat studi yang sudah ada.
Namun menariknya, faktor risiko pada perempuan lebih banyak berkaitan dengan relasi dengan orang lain. Sebut saja kemandirian dalam beraktivitas sehari-hari hingga ada tidaknya koneksi erat dengan orang lain.
Sementara pada laki-laki, faktor risikonya lebih erat berkaitan dengan kondisi kesehatan fisik. Mulai dari diabetes, stroke, hingga kelebihan berat badan.
Jika pemicu perbedaan di atas masih jadi misteri, setidaknya ada yang sudah jelas dan ada di bawah kendali Anda, yaitu cara mencegah penurunan fungsi kognitif. Beberapa cara yang bisa dilakukan seperti:
Baca Juga
Seluruh langkah pencegahan di atas berkaitan erat dengan kesehatan fisik dan tentunya mental. Tidak ada ruginya menjalani gaya hidup sehat dan pola makan disiplin demi hari tua yang lebih cerah.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar penurunan fungsi kognitif pada lansia, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Ditulis oleh Azelia Trifiana
Referensi
Artikel Terkait
Dejavu adalah perasaan seperti pernah mengalami kejadian yang sedang berlangsung. Kondisi ini berhubungan dengan memori dan terjadi secara tiba-tiba.
30 Des 2022
Tak hanya masalah fisik, gangguan psikologis pada lansia juga kerap menghantui. Ini dapat terjadi karena aktivitas yang berkurang hingga proses penuaan. Perubahan mental apa saja yang terjadi pada lansia?
9 Jul 2021
Bahaya anemia pada lansia tidak dapat diremehkan, Salah satu contoh bahaya anemia adalah peningkatan risiko kematian, bagi lansia yang memiliki riwayat gagal jantung, dan memiliki kadar hemoglobin yang rendah.
11 Jul 2019
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved