Melahirkan sendiri adalah proses melahirkan yang secara disengaja tidak mencari bantuan dari tenaga medis. Ibu melahirkan sendiri memiki berbagai macam risiko, salah satunya adalah perdarahan postpartum.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
29 Mei 2019
Melahirkan sendiri sangatlah berbahaya dan berisiko tinggi
Table of Content
Ibu melahirkan sendiri di rumah adalah keputusan yang perlu dipertimbangkan dengan matang. Pasalnya, metode persalinan dengan melahirkan bayi sendiri di rumah memiliki risiko yang dapat mengancam nyawa ibu dan janin.
Advertisement
Namun, dalam kondisi tertentu, ibu hamil melahirkan sendiri di rumah bisa saja dilakukan. Lantas apa saja risiko yang mungkin dihadapi ibu hamil jika memilih untuk melahirkan sendiri di rumah?
Baca Juga
Dikutip dari The American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG), ibu hamil melahirkan sendiri di rumah pada umumnya bisa saja sama amannya dengan melahirkan di rumah sakit. Terutama jika ibu hamil dan bayinya berisiko rendah mengalami komplikasi melahirkan.
Namun, melahirkan bayi sendiri di rumah tetap harus didampingi oleh tenaga medis baik dokter maupun bidan. Melahirkan di rumah sendiri tanpa bantuan dokter atau bidan bisa berbahaya mengancam nyawa ibu maupun janin.
Pasalnya, selama proses melahirkan normal sendiri tersebut, ibu hamil mungkin membutuhkan penanganan medis tertentu seperti induksi, episiotomi, hingga operasi caesar, yang hanya bisa dilakukan oleh tenaga medis. Selain itu, proses ini juga dinilai berisiko.
Adapun syarat untuk ibu melahirkan sendiri di rumah yang perlu diperhatikan adalah:
Ibu melahirkan sendiri bukanlah suatu proses yang mudah. Melahirkan adalah proses yang rumit dan memiliki risiko kematian tinggi, baik bagi ibu maupun bayi yang akan dilahirkan.
Baca juga: Mengenal Metode Gentle Birth, Persalinan Minim Trauma
Sejumlah risiko yang dapat terjadi pada ibu yang mencoba melahirkan sendiri di rumah tanpa bantua, antara lain:
Persalinan memanjang terjadi apabila ibu melahirkan dalam jangka waktu yang lebih lama dari jangka waktu biasanya. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya kemajuan dalam bukaan persalinan.
Seorang ibu akan dikatakan mengalami persalinan memanjang apabila proses persalinan berlangsung lebih dari 20 jam pada kelahiran pertama dan lebih dari 14 jam pada kelahiran berikutnya.
Saat melahirkan sendiri, anda tidak mengetahui ukuran bayi anda dan besaran panggul yang merupakan jalan lahir. Kedua hal ini penting dalam menentukan apakah bayi dapat dilahirkan secara normal.
Bayi yang terlalu besar atau panggul yang sempit menyebabkan bayi tidak dapat lahir dan membahayakan bayi. Proses persalinan memanjang dan tidak adanya penolong yang membantu akan membuat seseorang semakin takut dan stres menghadapi persalinan sendiri.
Upaya mendorong bayi keluar sebelum waktu yang seharusnya juga menyebabkan ibu hamil menjadi kelelahan dan tidak dapat memberikan tenaga yang optimal.
Dalam proses melahirkan, ibu akan mengalami perdarahan. Hal ini tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikontrol agar kehilangan darah tidak mencapai jumlah yang membahayakan bagi ibu dan bayi.
Kontrol perdarahan setelah persalinan dilakukan oleh tenaga penolong dengan mengevaluasi adanya trauma pada jalan lahir dan pemberian obat untuk memperkuat kontraksi uterus.
Selain itu, retensi plasenta, yaitu kondisi plasenta yang tidak dapat dikeluarkan atau tersisa sebagian di dalam rahim, juga bisa menyebabkan perdarahan tidak berhenti.
Kondisi ibu melahirkan sendiri sangat berbahaya karena ibu tidak dapat melakukan tindakan yang diperlukan untuk menghentikan perdarahan. Kehilangan banyak darah bisa menyebabkan ibu kehilangan nyawanya.
Gawat janin merupakan kondisi yang mengancam nyawa pada bayi. Apabila tidak segera mendapat pertolongan yang tepat, maka bayi tidak dapat diselamatkan.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan kondisi gawat janin, yaitu kekurangan oksigen, anemia pada ibu, hipertensi dalam kehamilan, serta cairan ketuban yang kurang dan bercampur mekonium.
Kondisi lilitan tali pusat pada bayi juga bisa membuat bayi tidak mendapatkan pasokan oksigen yang cukup.
Selama proses persalinan, secara berkala penolong (bidan/suster) akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan bayi dalam kondisi sehat. Hal ini tidak dapat dilakukan bila ibu melahirkan sendiri.
Selain kondisi di atas, masih banyak risiko yang bisa terjadi pada ibu melahirkan sendiri. Walaupun ada kasus ibu yang berhasil melahirkan sendiri, risiko yang dihadapi akan jauh lebih besar dibanding keuntungan yang didapat jika tidak melahirkan di rumah sakit.
Selain itu, perlu diingat bahwa tidak semua bayi bisa dilahirkan melalui persalinan normal. Berbagai kondisi pada ibu dan janin perlu diperiksa sebelumnya oleh dokter.
Anda mungkin saja dapat melahirkan bayi sendiri di rumah, namun jika mengalami kondisi ini, untuk mengatasinya maka segera merujuk ke rumah sakit:
Ibu melahirkan sendiri berisiko tinggi menyebabkan kondisi mengancam nyawa bagi ibu maupun bayi. Carilah pertolongan oleh tenaga kesehatan profesional saat memasuki proses melahirkan.
Jika Anda ingin berkonsultasi seputar cara melahirkan, Anda bisa chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasinya sekarang di Google Play dan Apple Store.
Advertisement
Ditulis oleh Giovanni Jessica
Referensi
Artikel Terkait
Selama hamil, Anda bisa saja mengalami komplikasi seperti kelainan plasenta selama masa kehamilan. Kondisi plasenta bermasalah ini dapat berupa kelainan letak hingga kelainan perlekatan.
31 Mei 2019
Perdarahan post partum adalah perdarahan setelah melahirkan yang dapat disebabkan oleh tonus uterus, trauma jalan lahir, tisu, dan trombin. Ciri paling umum dari kondisi ini adalah ketika kehilangan darah yang banyak.
30 Mei 2019
Proses melahirkan normal adalah salah satu proses paling menyakitkan bagi seorang ibu. Melakukan olahraga persiapan persalinan adalah salah satu cara untuk mengurangi sakit dan memperlancar proses melahirkan normal yang akan Anda hadapi.
30 Mei 2019
Diskusi Terkait di Forum
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved