logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Kesehatan Mental

Viral Ibu Buang Bayi di Rel Kereta karena Baby Blues, Ini Ciri dan Cara Mengatasinya

open-summary

Viral kasus ibu yang hampir membuang bayinya di rel kereta, kenali gejala serta cara mengatasi baby blues dan stres pasca-melahirkan yang berbahaya jika dibiarkan.


close-summary

Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari

5 Sep 2023

viral ibu bunuh anak

Viral kasus ibu yang hampir membuang bayinya di rel kereta

Table of Content

  • Seorang ibu membuang bayi di rel kereta karena baby blues
  • Mengenal baby blues dan stres pasca-melahirkan
  • Cara mengatasi baby blues atau postpartum depression

Banyaknya kasus ibu membunuh anaknya sendiri di Indonesia memang memprihatinkan. Pada Sabtu (02/09) di media sosial ramai karena adanya video ibu yang hampir membuang bayinya di rel kereta, karena diduga mengalami baby blues di Stasiun Kereta Api Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sebenarnya, apa yang ibu rasakan ketika mengalami baby blues?

Advertisement

Apa pula bedanya dengan postpartum depression? Simak selengkapnya dalam artikel berikut ini.

Seorang ibu membuang bayi di rel kereta karena baby blues

Seorang ibu yang diduga mengalami baby blues hampir membuang anaknya di rel kereta api.

Untunglah, dalam video  singkat yang beredar di Twitter dan Tiktok itu, terlihat petugas keamanan Stasiun Pasar Minggu berhasil menggagalkan rencana dan mengamankan ibu yang hampir membuang anaknya di rel kereta. Sementara petugas lainnya menggendong bayi tersebut.

Pemilik akun Twitter @zoelfick pun memberikan kabar terbaru dalam cuitannya, bahwa ternyata ibu tersebut bukan ingin membuang bayi, tetapi berniat untuk bunuh diri bersama-sama.

Pada laman Detik News, hal ini disampaikan pula oleh Manager External Relations and Corporate Image Care KAI Commuter Leza Arlan. 

“Berdasarkan keterangannya, sang ibu sedang mengalami masalah keluarga dan berniat melakukan percobaan bunuh diri dengan cara melompat ke rel kereta saat Commuter Line melintas,” ungkapnya.

Mengenal baby blues dan stres pasca-melahirkan

Walaupun pada kasus viral ibu yang diduga hampir membuang bayi tidak terbukti mengalami baby blues, faktanya gangguan mental pada ibu setelah melahirkan benar adanya. 

Perasaan ingin mengakhiri hidup bahkan membenci sang anak pun bisa saja muncul akibat depresi. Bukan karena tidak sayang, tekanan yang dihadapi karena perubahan status memang bisa membuat seorang ibu merasa kewalahan.

Baby blues adalah kondisi saat ibu mengalami perubahan suasana hati setelah bayi lahir. 

Ciri-ciri seorang ibu mengalami baby blues, antara lain:

  • Gampang menangis
  • Selalu cemas dan khawatir soal kesehatan dan keselamatan bayi
  • Sangat moody dan cepat marah
  • Kehilangan nafsu makan
  • Sulit tidur atau bahkan mengalami insomnia walaupun sangat lelah
  • Merasa tidak punya ikan batin dengan bayi
  • Merindukan masa-masa sebelum punya bayi (tidak merasa jadi diri sendiri)
  • Sulit berpikir jernih

Biasanya, baby blues terjadi 2-3 hari setelah melahirkan dan akan hilang dalam 2 minggu. Apabila, perasaan itu terus ada walau sudah lewat dua minggu dan gejala semakin berat, ibu ataupun orang di sekitar perlu waspada tanda-tanda postpartum depression (PPD).

Postpartum depression atau depresi pasca melahirkan adalah kondisi mental yang lebih berat dari baby blues. Sebab, gejala yang muncul lebih berat dan berlangsung lebih lama.

Ibu yang mengalami depresi pasca-melahirkan sangat mungkin memiliki pikiran menyakiti diri sendiri atau bahkan bayinya sendiri. Kondisi ini tentu membutuhkan penanganan khusus dari dokter ataupun psikolog.

Pastikan ibu selalu ditemani dan memiliki support system yang baik untuk membantunya melewati perubahan status ini.

Pasalnya, jika dibiarkan seorang diri, kondisi ini mungkin berubah menjadi postpartum psikosis.

Ini adalah jenis gangguan mental setelah melahirkan yang paling parah karena ibu dapat mengalami halusinasi, paranoid, dan mengancam jiwa sehingga perlu segera diobati. 

BACA JUGA: Tak Hanya Ibu, Baby Blues Syndrome pada Ayah Juga Bisa Terjadi

Cara mengatasi baby blues atau postpartum depression

Saat melihat kejadian membahayakan seperti kasus viral ibu yang membuang bayinya di rel kereta, kita yang melihatnya mungkin akan merasa geram, bahkan ingin memarahi atau memaki.

Padahal sebenarnya, si ibu sedang membutuhkan bantuan untuk melalui permasalahannya. Meski tindakan menyakiti diri sendiri dan anak bukanlah tindakan benar, depresi yang dialami membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

Malah, memarahinya justru dapat membuat sang ibu yang tengah depresi semakin terpicu melakukan hal fatal.

Maka dari itu, penting untuk bersikap tenang agar bisa menenangkan orang lain.

Berikut beberapa cara mengatasi baby blues serta menghadapi ibu dengan gangguan mental:

1. Jadi pendengar yang baik

Ada kalanya ibu merasa sendirian, sedih, cemas, dan bersalah saat mengurus anak. Terlebih, jika ini adalah pengalaman pertamanya menjadi seorang ibu.

Sebagai pasangan, keluarga, kerabat, atau teman dekat yang bisa kamu lakukan adalah menemaninya dan menjadi pendengar yang baik.

Jangan menghakimi apalagi meremehkan perasaannya. Sebab, yang ia rasakan memanglah terasa berat baginya, sekalipun kita mungkin melihatnya tidak seberat itu.

Coba dengarkan keluhannya, lalu bantu dengan memberikan afirmasi positif. Beri tahu bahwa sangat wajar jika ia merasa kewalahan dan beri tahu bahwa ini tidak akan berlangsung selamanya.

2. Berikan bantuan

Biasanya, setelah bayi lahir perhatian orang hanya tertuju pada bayi. Padahal, ibu juga membutuhkan perhatian yang sama. 

Coba ajak untuk pergi keluar sebentar atau membelikan makanan kesukaannya. Kalau memungkinkan, kamu juga bisa menjaga bayinya sebentar agar ibu bisa istirahat.

Jika memungkinan, ayah bisa membantu menyediakan seorang asisten yang dapat membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dengan begitu, ibu bisa fokus kepada bayi dan tidak terbeban lagi dengan pekerjaan rumah tangga lainnya.

3. Temani ke dokter atau terapis

Tak semua orang berani untuk berkonsultasi ke psikolog atau psikiater saat mengalami gangguan mental karena stigma negatif yang muncul. 

Padahal, konsultasi ke psikolog atau dokter spesialis kejiwaan bisa sangat membantu ibu melalui masa perubahan ini.

Sebagai pasangan, yakinkan istrimu untuk pergi berkonsultasi, bahkan temani juga agar ia merasa didukung.

Berikan pemahaman jika keluarga besar menentang keputusan ini, sebab yang kamu lakukan adalah demi kewarasan dan kesehatan mental ibu. Sebab, ibu yang bahagia juga dapat mendidik dan mengasuh anak dengan bahagia pula.

Tentu, tidak ada seorang ibu pun yang ingin mengalami baby blues atau depresi pascamelahirkan. Peran suami, keluarga, dan teman terdekat bisa mencegah terjadinya gangguan mental pada ibu.

Apabila kamu atau ada seseorang yang mengalami gejala depresi setelah melahirkan, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter atau psikolog untuk mendapatkan bantuan yang tepat. 

Advertisement

kesehatan mentalpsikosisdepresi pascapersalinanbaby blues

Ditulis oleh Atifa Adlina

Ngobrol Bareng Dokter - Gangguan Mental pada Ibu

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved