Bagi ibu yang memiliki bayi bekerja rasanya tidak lagi sama. 24 jam yang semula terasa cukup, seakan-akan habis dalam sekejap. Belum lagi energi yang rasanya terkuras habis-habisan setiap harinya. Minta tolong anggota keluarga, membentuk rutinitas, hingga multitasking sesekali bisa menjadi jalan.
21 Okt 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Tantangan sebagai seorang ibu yang bekerja
Table of Content
Setelah menyambut kedatangan anggota baru termungil di rumah, hidup seorang ibu bekerja rasanya tidak lagi sama. 24 jam yang semula terasa cukup, seakan-akan habis dalam sekejap. Belum lagi energi yang rasanya terkuras habis-habisan setiap harinya.
Advertisement
Familiar dengan hal ini? Wajar. Sebab, kerja setelah melahirkan akan memberikan tantangan baru bagi ibu. Ada dilema ibu bekerja, membagi antara pekerjaan dan mengurus anak.
Biasanya, dilema ibu bekerja ini makin terasa nyata ketika waktu cuti melahirkan selama 3 bulan – atau 6 bulan di beberapa perusahaan – telah usai. Artinya, sudah saatnya kembali ke peran sebelum cuti yaitu sebagai karyawan. Terlepas dari punya anak atau tidak, tentu tanggung jawab ini tak bisa dikesampingkan.
Di sisi lain, kerja setelah punya bayi sangat melelahkan. Tak ada salahnya mengakui hal ini karena memang begitu faktanya. Ada bayi yang masih benar-benar melekat pada ibu karena mereka belum benar-benar mandiri seperti anak 2-3 tahunan.
Di saat ini, ibu bekerja perlu mengatur strategi agar keduanya tetap berjalan seimbang. Tak perlu sempurna. Namun setidaknya, kerja setelah melahirkan bisa lebih terkendali dengan melakukan hal-hal seperti:
Makin baik pengelolaan antara peran sebagai ibu dan karyawan, akan menghindari kemungkinan merasa kewalahan. Ini juga dapat menghindari kesalahan-kesalahan pemicu stres seperti melewatkan meeting penting, double booking, hingga pekerjaan yang terabaikan.
Intinya, kelola jadwal setiap harinya baik di rumah maupun kantor. Atau jika bekerja secara remote, atur jadwal waktu di rumah sebagai seorang ibu dan karyawan.
Pada awalnya, tentu semua terasa serba meraba-raba. Namun ketika rancangannya sudah berjalan, akan jauh lebih mudah untuk menjalaninya dari hari ke hari.
Tak perlu ragu mendelegasikan hal yang tak bisa dilakukan sendiri kepada orang lain. Baik itu kepada pasangan, anggota keluarga yang lain, pengasuh, daycare, atau asisten rumah tangga.
Sebab, mustahil bagi seorang ibu untuk menjadi superwoman yang bisa mengerjakan segalanya di saat bersamaan. Kerja setelah punya bayi tidak akan lagi bisa secepat dan seproduktif dulu apabila tidak ada delegasi.
Memang benar, menuntaskan urusan di rumah dengan tangan Anda sendiri lebih terasa memuaskan. Anda bisa memastikan semuanya benar dan cepat. Namun dalam jangka panjang, delegasi kepada orang lain akan jauh lebih bermanfaat bagi ibu bekerja.
Sebenarnya dibandingkan dengan monotasking, melakukan banyak hal di saat bersamaan atau multitasking jauh lebih melelahkan. Otak harus bekerja lebih keras. Belum lagi kemungkinan terjadi kesalahan pun juga tak ketinggalan.
Jadi, ada baiknya ibu bekerja berada di tengah-tengah. Jika memungkinkan, lakukan monotasking dengan fokus. Namun ketika diperlukan, multitasking sesekali pun tak ada salahnya.
Contohnya, menelepon rekan kerja sembari berjalan pagi membawa bayi di stroller, dan semacamnya. Namun ketika terasa melelahkan, saatnya berhenti melakukan multitasking. Secukupnya saja.
Bahkan meski bukan seorang people pleaser, banyak orang masih sungkan berkata tidak. Ini juga kerap menjadi pemicu dilema ibu bekerja. Padahal ketika kembali bekerja setelah melahirkan, ibu perlu belajar berkata tidak. Bukan jadi terlalu tega atau mengecewakan orang lain, namun untuk tahu kapasitas diri sendiri.
Jadi, lihat skala prioritasnya. Perhatikan mana yang memang perlu disanggupi, mana yang tidak. Belajar berkata tidak dengan sopan akan membuat ibu bekerja tidak kewalahan.
Saat ini ada banyak sekali teknologi atau sistem yang memudahkan ibu bekerja dalam mengurus anak dan juga rumah tangga. Mulai dari catering yang membuat ibu tak perlu memasak, menggunakan vacuum di rumah agar tidak perlu menyapu, dan sebagainya.
Sah-sah saja melakukannya selagi bisa menghemat waktu dan tenaga. Dalam jangka panjang, ini akan sangat berharga bagi ibu bekerja agar bisa menjalankan perannya seoptimal mungkin.
Memiliki rutinitas tidak sama dengan hidup membosankan tanpa kejutan. Bukan itu. Justru, rutinitas dapat menghemat energi mental dan juga menghindari stres. Bukan sekadar terlelap dan bangun di jam yang sama, namun juga menentukan rutinitas untuk agenda lain seperti jam makan, membersihkan rumah, belanja bulanan, bahkan bercinta dengan suami.
Manfaatnya luar biasa. Anda tak perlu lagi merasa risih dengan lantai rumah yang tak pernah disapu atau mendapati kulkas sudah kosong. Sebab, semuanya sudah tertata dalam rutinitas.
Setelah semua sudah tertata, jangan terjebak untuk memenuhi setiap jadwal dengan tepat. Tetaplah bersikap fleksibel untuk menerima hal-hal tak terduga. Ini akan membuat Anda siap dengan segala kejutan dalam hidup yang pasti lebih sering muncul dengan hadirnya seorang bayi di rumah.
Ibu bekerja, jangan lupa merawat diri sendiri. Ibu yang bahagia akan membuat seluruh rumah dan anggota di dalamnya ikut merasakan hal yang sama. Bayangkan jika ibu bekerja tak pernah sempat merawat diri, pasti lebih mudah tersinggung dan uring-uringan.
Jadi, sayangi diri Anda. Sempatkan olahraga sejenak. Beri nutrisi tubuh dengan makanan bergizi. Rawat diri dengan potong rambut ke salon atau spa.
Baca Juga
Ibu bekerja, Anda tidak sendiri menghadapi segala dilema saat kembali bekerja setelah melahirkan. Memang rasanya seperti tak ada jalan keluar. Tapi, jangan khawatir. Akan selalu ada cara untuk mengatasinya.
Semua terasa sulit pada awalnya karena memang peran baru ibu bekerja ini terasa begitu berat. Dengan beberapa strategi di atas, akan jadi jauh lebih mudah.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar cara menjaga kesehatan mental di tengah kesibukan ibu bekerja, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Bayi susah tidur bisa disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya rasa lapar dan kelelahan. Ciptakan kebiasaan tidur yang baik, agar jam tidur bayi dan orangtua tetap teratur.
Kandungan lemak, protein, vitamin, dan mineral dalam santan membuatnya cocok untuk MPASI bayi, selama takaran yang digunakan tepat. Berapa jumlahnya yang aman?
Bukan dilarang, ada beberapa pantangan makanan yang sebaiknya ditaati ibu hamil setelah melahirkan normal ataupun caesar. Apa saja?
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved