Hypervigilance atau Waspada Berlebihan, Ketahui Gejala dan Penyebabnya
Hypervigilance adalah sikap waspada berlebihan sehingga seseorang selalu tegang dengan lingkungan dan orang di sekitarnya. Sikap ini dikaitkan dengan gangguan psikologis seperti skizofrenia dan PTSD.
Gejala hypervigilance adalah selalu waspada dan mengecek keadaan di sekelilingnya
Sikap waspada memang sangat diperlukan saat kita beraktivitas di dalam maupun luar rumah. Banyaknya pemberitaan terkait kriminalitas dan kejahatan membuat kita harus senantiasa berhati-hati. Namun sayangnya, beberapa orang berisiko memiliki sikap waspada yang berlebihan atau disebut dengan hypervigilance. Ketahui gejala dan penyebab hypervigilance.
Mengenal apa itu hypervigilance
Hypervigilance adalah sikap waspada berlebihan yang membuat seseorang senantiasa merasakan ketegangan dan sensitivitas terhadap lingkungan di sekitarnya. Kondisi ini membuat seseorang merasa bahwa dirinya dalam bahaya, walau hal tersebut seringkali tidak nyata dan hanya ada di dalam pikirannya. Hypervigilance bukanlah gangguan psikologis yang berdiri sendiri. Biasanya, sikap waspada berlebihan ini berkaitan dengan gangguan mental lain seperti gangguan kecemasan, PTSD, hingga skizofrenia. Sikap waspada berlebihan dalam hypervigilance berisiko mengganggu kehidupan penderitanya sehari-hari. Pasalnya, sikap ini membuat membuat pasien sering merasakan ketegangan dalam dirinya dan sulit untuk menikmati hal-hal dalam hidupnya.
Perbedaan hypervigilance dengan paranoid
Dari pengertian hypervigilance di atas, Anda tentu teringat dengan istilah paranoid. Walau mirip, hypervigilance dan paranoid merupakan kondisi yang berbeda.Misalnya, orang yang bersikap paranoid biasanya mengalami delusi, yakni meyakini hal-hal yang tidak benar terjadi. Sementara itu, sikap hypervigilance tidak selalu berkaitan dengan delusi, melainkan ia hanya waspada dengan hal-hal yang akan terjadi pada dirinya.Individu yang bersikap paranoid juga sudah yakindan berdelusi bahwa hal buruk akan menimpa dirinya, seperti akan dilukai oleh orang lain. Sementara itu, sikap hypervigilance cenderung merujuk pada antisipasi akan hal-hal buruk di masa mendatang.Terakhir, orang yang paranoid seringkali tidak sadar dengan sikapnya dan tetap yakin dengan hal yang ia percaya. Hal ini berbeda dengan hypervigilance di mana seseorang menyadari sikapnya yang waspada berlebihan dan kurang “nyantai”.
Gejala-gejala yang ditunjukkan orang dengan hypervigilance
Gejala hypervigilance dapat berupa gejala fisik dan gejala perilaku.
Hypervigilance dapat disebabkan oleh beragam kondisi medis, termasuk:
1. Gangguan kecemasan
Salah satu penyebab utama hipervigilance adalah gangguan kecemasan. Orang yang menderita gangguan kecemasan menyeluruh akan cenderung bersikap waspada berlebihan di situasi baru atau lingkungan yang belum ia kenal. Sementara itu, pada kasus gangguan kecemasan sosial, penderitanya akan menunjukkan sikap hypervigilance ke orang lain, terutama pada orang baru dan orang yang belum dipercaya.
2. PTSD
PTSD atau Post-Traumatic Stress Disordermerupakan gangguan psikologis yang menimpa seseorang setelah ia mengalami kejadian traumatis. PTSD juga menjadi penyebab umum hypervigilance dan membuat penderitanya merasakan ketegangan dalam pikirannya.
3. Skizofrenia
Skizofrenia terjadi apabila seseorang mengalami putus realita – sehingga sulit membedakan hal yang nyata dan yang tidak nyata. Skizofrenia ternyata dapat memicu hypervigilance atau rasa waspada yang berlebihan. Jika mengalami hypervigilance saat terdiagnosis skizofrenia, penderitanya berisiko mengalami perburukan gejala lain, seperti halusinasi dan paranoid.
Faktor pemicu atau trigger hypervigilance
Selain berisiko terjadi akibat gangguan psikologis di atas, terdapat sejumlah faktor pemicu atau trigger seseorang mengalami hypervigilance. Faktor pemicu tersebut, dapat berupa:
Saat ia merasa terjebak, seperti tatkala berada dalam tempat yang sempit
Saat ia merasa ditinggalkan
Saat ia mendengar suara keras, terutama jika suara itu muncul tiba-tiba atau bersifat emosional. Suara pemicu hypervigilance dapat berupa suara teriakan, suara orang yang bertengkar, dan suara benturan tiba-tiba
Saat ia merasa dihakimi atau tidak diinginkan
Saat ia merasakan sakit di badan
Saat ia merasakan tekanan emosional
Jika ia tiba-tiba teringat dengan trauma masa lalu
Bila ia terjebak dalam perilaku orang lain yang tidak sesuai harapannya
Penanganan untuk hypervigilance
Dokter akan memulai strategi penanganan hypervigilance dengan mencari tahu penyebabnya terlebih dahulu. Walau bisa bervariasi antara satu pasien dengan pasien lain, penanganan hypervigilance dapat berupa terapi dan obat-obatan.
1. Terapi
Salah satu terapi yang umum diberikan pada pasien yang mengalami kecemasan adalah terapi perilaku kognitif (CBT). Dalam sesi CBT, pasien akan menceritakan pengalaman masa lalu serta masalah dan ketakutan yang ia rasakan saat ini. Dokter dapat membantu pasien mengidentifikasi penyebab pasien menjadi waspada berlebihan dan cara menanganinya.Selain CBT, dokter mungkin juga akan menawarkan terapi paparan (exposure), terutama jika pasien hypervigilance yang mengalami PTSD. Terapi paparan memungkinkan pasien untuk menghadapi ketakutan dan ingatan terkait traumanya dengan aman dan terkendali.Ada pula terapi desensitisasi pemrosesan ulang dan gerakan mata atau EMDR. EMDR menggabungkan terapi paparan dengan gerakan mata terpandu. Terapi ini diharapkan dapat mengubah cara pasien bereaksi terhadap ingatan nan traumatis.
2. Obat-obatan
Pada beberapa kasus yang berat, pasien yang mengalami gangguan cemas dan PTSD mungkin memerlukan obat-obatan yang diresepkan dokter. Kelompok obat yang bisa diresepkan dokter dapat berupa:
Antidepresan
Penghambat beta
Obat anticemas non-adiktif, seperti buspirone
Pasien yang menunjukkan gejala skizofrenia juga dapat memerlukan obat-obatan antipsikotik.
Tips mengendalikan hypervigilance
Diiringi dengan penanganan dari dokter, seseorang yang kerap mengalami hypervigilance dapat menerapkan beberapa strategi relaksasi untuk mengontrol gejalanya. Hal yang bisa Anda terapkan, yaitu:
Manajemen relaksasi, seperti dengan bergabung di kelas yoga dan menerapkan teknik pernapasan dalam
Latihan fisik untuk melepaskan hormon kebahagiaan seperti endorfin
Belajar untuk terbuka mengekspresikan emosi negatif yang dirasakan
Berusaha mencari bukti objektif agar tidak dikendalikan oleh rasa takut sendiri
Menerapkan mindfulness, yakni fokus pada hal-hal yang tengah dijalani
[[artikel-terkait]]
Catatan dari SehatQ
Hypervigilance adalah sikap waspada berlebihan yang membuat seseorang kerap merasa tegang dengan keadaan sekitarnya. Hypervigilance dapat ditangani berdasarkan penyebabnya dengan terapi maupun obat-obatan. Jika masih memiliki pertanyaan terkait hypervigilance, Anda bisa menanyakan ke dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Aplikasi SehatQ tersedia gratis di Appstore dan Playstore yang berikan informasi herbal terpercaya.
Healthline. https://www.healthline.com/health/hypervigilance Diakses pada 7 Desember 2020Medical News Today. https://www.medicalnewstoday.com/articles/319289 Diakses pada 7 Desember 2020
Bagikan
Terima kasih sudah membaca.Seberapa bermanfaat informasi ini bagi anda?(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)