Hypervigilance adalah sikap waspada berlebihan sehingga seseorang selalu tegang dengan lingkungan dan orang di sekitarnya. Sikap ini dikaitkan dengan gangguan psikologis seperti skizofrenia dan PTSD.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
23 Des 2020
Ada tipe orang yang selalu waspada dan mengecek keadaan di sekelilingnya
Table of Content
Sikap waspada memang sangat diperlukan saat kita beraktivitas di dalam maupun luar rumah. Banyaknya pemberitaan terkait kriminalitas dan kejahatan membuat kita harus senantiasa berhati-hati. Namun, beberapa orang berisiko memiliki sikap waspada yang berlebihan atau disebut dengan hypervigilance. Seperti apa gejala dan penyebab hypervigilance? Simak penjelasannya di bawah ini.
Advertisement
Hypervigilance adalah sikap waspada berlebihan yang membuat seseorang senantiasa merasakan ketegangan dan sensitivitas terhadap lingkungan di sekitarnya. Kondisi ini membuat seseorang merasa bahwa dirinya dalam bahaya, walau hal tersebut seringkali tidak nyata dan hanya ada di dalam pikirannya.
Hypervigilance bukanlah gangguan psikologis yang berdiri sendiri. Biasanya, sikap waspada berlebihan ini berkaitan dengan gangguan mental lain seperti gangguan kecemasan, PTSD, hingga skizofrenia.
Sikap selalu waspada berlebihan dalam hypervigilance berisiko mengganggu kehidupan penderitanya sehari-hari. Pasalnya, sikap ini membuat membuat pasien sering merasakan ketegangan dalam dirinya dan sulit untuk menikmati hal-hal dalam hidupnya.
Dari pengertian hypervigilance di atas, Anda tentu teringat dengan istilah paranoid. Walau mirip, hypervigilance dan paranoid merupakan kondisi yang berbeda.
Misalnya, orang yang bersikap paranoid biasanya mengalami delusi, yakni meyakini hal-hal yang tidak benar terjadi. Sementara itu, sikap hypervigilance tidak selalu berkaitan dengan delusi, melainkan ia hanya waspada dengan hal-hal yang akan terjadi pada dirinya.
Individu yang bersikap paranoid juga sudah yakin dan berdelusi bahwa hal buruk akan menimpa dirinya, seperti akan dilukai oleh orang lain. Mereka seolah-olah selalu merasa terancam. Sementara itu, sikap hypervigilance cenderung merujuk pada antisipasi akan hal-hal buruk di masa mendatang.
Terakhir, orang yang paranoid seringkali tidak sadar dengan sikapnya dan tetap yakin dengan hal yang ia percaya. Hal ini berbeda dengan hypervigilance saat seseorang menyadari bahwa sikap berlebihan terhadap sesuatu itu terasa kurang “nyantai”.
Gejala hypervigilance dapat berupa gejala fisik dan gejala perilaku.
Gejala fisik hypervigilance dapat berupa:
Sementara itu, gejala perilaku dari hypervigilance dapat berupa:
Hypervigilance dapat disebabkan oleh beragam kondisi medis, termasuk:
Salah satu penyebab utama hipervigilance adalah gangguan kecemasan. Orang yang menderita gangguan kecemasan menyeluruh akan cenderung bersikap waspada berlebihan di situasi baru atau lingkungan yang belum ia kenal. Sementara itu, pada kasus gangguan kecemasan sosial, penderitanya akan menunjukkan sikap hypervigilance ke orang lain, terutama pada orang baru dan orang yang belum dipercaya.
PTSD atau Post-Traumatic Stress Disorder merupakan gangguan psikologis yang menimpa seseorang setelah ia mengalami kejadian traumatis. PTSD juga menjadi penyebab umum hypervigilance dan membuat penderitanya merasakan ketegangan dalam pikirannya.
Skizofrenia terjadi apabila seseorang mengalami putus realita – sehingga sulit membedakan hal yang nyata dan yang tidak nyata. Skizofrenia ternyata dapat memicu hypervigilance atau rasa waspada yang berlebihan. Jika mengalami hypervigilance saat terdiagnosis skizofrenia, penderitanya berisiko mengalami perburukan gejala lain, seperti halusinasi dan paranoid.
Baca juga: Ciri-ciri Paranoid pada Seseorang
Selain berisiko terjadi akibat gangguan psikologis di atas, terdapat sejumlah faktor pemicu atau trigger seseorang mengalami hypervigilance. Faktor pemicu tersebut, dapat berupa:
Dokter akan memulai strategi penanganan hypervigilance dengan mencari tahu penyebabnya terlebih dahulu. Walau bisa bervariasi antara satu pasien dengan pasien lain, penanganan hypervigilance dapat berupa terapi dan obat-obatan.
Salah satu terapi yang umum diberikan pada pasien yang mengalami kecemasan adalah terapi perilaku kognitif (CBT). Dalam sesi CBT, pasien akan menceritakan pengalaman masa lalu serta masalah dan ketakutan yang ia rasakan saat ini. Dokter dapat membantu pasien mengidentifikasi penyebab pasien menjadi waspada berlebihan dan cara menanganinya.
Selain CBT, dokter mungkin juga akan menawarkan terapi paparan (exposure), terutama jika pasien hypervigilance yang mengalami PTSD. Terapi paparan memungkinkan pasien untuk menghadapi ketakutan dan ingatan terkait traumanya dengan aman dan terkendali.
Ada pula terapi desensitisasi pemrosesan ulang dan gerakan mata atau EMDR. EMDR menggabungkan terapi paparan dengan gerakan mata terpandu. Terapi ini diharapkan dapat mengubah cara pasien bereaksi terhadap ingatan nan traumatis.
Pada beberapa kasus yang berat, pasien yang mengalami gangguan cemas dan PTSD mungkin memerlukan obat-obatan yang diresepkan dokter. Kelompok obat yang bisa diresepkan dokter dapat berupa:
Pasien yang menunjukkan gejala skizofrenia juga dapat memerlukan obat-obatan antipsikotik.
Baca juga: Cara Menghilangkan Paranoid
Diiringi dengan penanganan dari dokter, seseorang yang kerap mengalami hypervigilance dapat menerapkan beberapa strategi relaksasi untuk mengontrol gejalanya. Hal yang bisa Anda terapkan, yaitu:
Baca juga: Faktor Risiko Skizofrenia Paranoid
Hypervigilance adalah sikap waspada berlebihan yang membuat seseorang kerap merasa tegang dengan keadaan sekitarnya. Hypervigilance dapat ditangani berdasarkan penyebabnya dengan terapi maupun obat-obatan. Jika masih memiliki pertanyaan terkait hypervigilance, Anda bisa menanyakan ke dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Aplikasi SehatQ tersedia gratis di Appstore dan Playstore yang berikan informasi herbal terpercaya.
Advertisement
Ditulis oleh Arif Putra
Referensi
Artikel Terkait
Hikikomori adalah fenomena saat seseorang memilih untuk melakukan isolasi dan menarik diri dari lingkungan sosial. Kondisi ini dapat memicu kemunculan gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, demensia, hingga keinginan untuk bunuh diri.
17 Mei 2021
Gangguan stres pascatrauma (Post-traumatic stress disorder/PTSD) merupakan kondisi mental yang dipicu oleh kejadian yang menakutkan. Untuk mencegahnya, mintalah dukungan dari orang sekitar.
31 Mei 2019
Gynophobia adalah fobia ketakutan yang muncul saat berinteraksi dengan perempuan. Biarpun tidak masuk akal, gynophobia bisa terjadi pada setiap pria
25 Mar 2021
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved