Mengonsumsi makanan kaleng sebetulnya tidak buruk. Metode pengawetan ini mampu menjaga nutrisi dalam makanan dan membuatnya tahan lama disimpan. Tetapi risiko kesehatannya tetap ada dan perlu dicermati.
14 Apr 2020
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Banyak sekali bahan pangan yang bisa dijadikan makanan kaleng
Table of Content
Membeli makanan kaleng sering menjadi pilihan karena tahan lama, mudah disimpan dan mudah diolah, serta bisa dipadukan dalam berbagai sajian makanan. Namun tak sedikit pula yang meyakini bahwa makanan ini tidak baik bagi kesehatan dan mesti dihindari.
Advertisement
Beberapa fakta berikut mungkin bisa membantu Anda dalam menentukan pilihan soal makanan kaleng.
Makanan kaleng merupakan makanan yang diawetkan dengan metode memasukkan dan menyimpan bahan pangan dalam wadah yang terbuat dari kaleng kedap udara.
Metode preservasi makanan ini dikembangkan pada akhir abad ke-18. Tujuannya adalah mengawetkan bahan makanan bagi para tentara atau pelaut di medan perang.
Pada dasarnya, ada tiga langkah yang dilakukan dalam proses pengalengan makanan. Mari simak penjelasan di bawah ini:
Melalui proses pengalengan tersebut, produk makanan tahan disimpan selama satu hingga lima tahun, dan tetap aman dikonsumsi. Beberapa jenis bahan pangan yang sering dijadikan makanan kaleng meliputi buah, sayur, kacang-kacangan, daging, dan ikan.
Banyak orang yang meyakini bahwa kandungan nutrisi makanan kaleng lebih rendah dibanding makanan segar atau makanan beku. Apakah Anda salah satunya?
Beberapa penelitian menemukan bahwa hal tersebut tidaklah selalu benar. Beberapa jenis nutrisi tetap terawetkan dengan baik di dalam makanan kaleng.
Jenis nutrisi makro tidak terpengaruh oleh proses pengawetan makanan kaleng. Misalnya, seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Demikian pula dengan mineral dan jenis vitamin yang larut dalam lemak, seperi vitamin A, D,E, serta K.
Bahkan sejumlah jenis makanan kaleng malah mengandung nutrisi lebih tinggi. Misalnya, jagung dan tomat. Bahan-bahan makanan tersebut mengeluarkan lebih banyak antioksidan saat proses pemanasan.
Meski begitu, vitamin yang larut dalam air bisa jadi berkurang atau rusak dalam proses pemanasan kaleng. Contohnya, vitamin B dan C.
Metode pengawetan makanan dengan cara dikalengkan memang membuat harga makanan lebih murah, awet, dan praktis. Kandungan nutrisinya juga bisa tetap terjaga.
Tetapi ada juga sejumlah risiko mengonsumsi makanan kaleng yang perlu Anda pertimbangkan. Apa sajakah itu?
BPA atau Bisphenol-A merupakan zat kimia yang umum digunakan dalam produksi kemasan makanan. Contohnya, plastik dan kaleng.
Beberapa penelitian menemukan bahwa ada risiko BPA yang terkandung dalam kaleng akan menempel alias mencemari makanan yang disimpan dalam kaleng tersebut.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat menganalisis puluhan produk makanan kaleng, dan menemukan bahwa sekitar 90 persen produk-produk tersebut mengandung BPA. Dengan ini, orang yang mengonsumsinya otomatis akan terpapar BPA.
Berdasarkan riset lainnya, orang yang mengonsumsi makanan kaleng setiap hari mengalami peningkatan jumlah BPA dalam urinenya.
Hasil penelitian mengenai dampak BPA bagi tubuh sendiri sebetulnya masih belum pasti. Namun cukup banyak studi yang menemukan kaitan antara paparan BPA dengan masalah kesehatan. Mulai dari sakit jantung, diabetes, dan disfungsi seksual pada laki-laki.
Kejadian produk makanan kaleng yang rusak atau busuk sebelum dibuka memang jarang, tetapi bukan tidak mungkin.
Kerusakan produk makanan kaleng biasanya disebabkan pertumbuhan bakteri. Kondisi ini bisa terjadi akibat adanya kebocoran pada kaleng atau proses pengawetan yang kurang sempurna.
Meski kejadiannya amat jarang, makanan kaleng yang dengan proses pengawetan yang kurang sempurna mungkin saja mengandung bakteri berbahaya jenis Clostridium botulinum.
Mengonsumsi makanan kaleng yang mengandung bakteri tersebut dapat menimbulkan kondisi botulisme, yaitu keracunan yang bisa menyebabkan kelumpuhan dan kematian jika tidak segera ditangani.
Sebagian besar kasus botulisme dikatakan terjadi karena mengonsumsi makanan kaleng yang diproduksi oleh industri rumahan.
Beberapa hal di bawah ini perlu Anca cermati apabila ingin menikmati makanan kaleng supaya tidak berdampak negatif pada kesehatan:
Menikmati makanan kaleng, seperti tuna kaleng atau tomat kaleng, sesekali tidak masalah. Pasalnya, sebagian penelitian menyebut bahwa nutrisi dalam makanan yang diawetkan ini tetap terjaga dengan baik.
Namun harap diingat bahwa semua yang berlebihan tidaklah baik, termasuk makanan kaleng. Karena itu, lebih cermatlah dalam membatasi frekuensi konsumsinya serta memerhatikan kandungan, bentuk, penyimpanan, maupun tanggal kedaluwarsa produk tersebut.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Banyak orang mengonsumsi selai kacang untuk diet. Meski manis, selai kacang kaya lemak sehat dan serat yang bisa membuat orang kenyang lebih lama.
Minyak zaitun dipercaya sebagai pengganti minyak goreng yang baik untuk kesehatan. Meski begitu, beberapa orang mengklaim bahwa minum minyak zaitun lebih bermanfaat daripada menggunakannya untuk menggoreng makanan. Apakah manfaat minum minyak zaitun benar adanya?
Manfaat baking soda ternyata bukan hanya untuk pengembang kue, namun juga baik untuk kesehatan. Salah satunya adalah dapat menjadi bahan untuk memutihkan gigi.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Veranita
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved