Hiptonia pada bayi adalah kondisi kelainan otot yang membuat otot kehilangan kekuatan dan pengidapnya terlihat lemas hingga tidak bisa menggerakkan tubuhnya.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
30 Jun 2021
Hipotonia membuat bayi tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya seperti kaki, tangan, dan leher
Table of Content
Hipotonia adalah kelainan otot yang biasanya terdeteksi pada bayi sejak lahir. Pada bayi yang mengalami hipotonia, tonus ototnya buruk sehingga tidak bisa mendukung pergerakan dan membuatnya terlihat lemas dan tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya.
Advertisement
Hiptonia pada bayi sering juga disebut sebagai floppy infant syndrome. Penyakit ini dapat dikenali dengan mudah karena gejalanya sangat khas, sehingga membuat bayi tidak memiliki kekuatan otot, kemampuan motorik yang baik, dan kelainan di otak.
Dokter biasanya mampu mendeteksi hiptonia saat bayi baru lahir. Beberapa bayi ada yang baru terdeteksi setelah usia beberapa bulan, tapi biasanya tidak lebih dari usia enam bulan.
Gejala hipotonia pada bayi bisa dideteksi sejak awal kelahiran dan sebagian lagi baru terlihat ketika bayi sudah memasuki usia tertentu dan belum memiliki kemampuan untuk melakukan hal yang bisa dikuasai teman sebayanya.
Berikut ini beberapa gejala hipotonia pada bayi maupun ketika ia sudah mulai bertambah usia.
Ada beberapa penyakit yang bisa menyebabkan terjadinya kelainan otot pada bayi ini, yaitu:
Pada beberapa kasus, penyebab hipotonia pada bayi tidak diketahui secara jelas. Kondisi ini disebut sebagai benign congenital hipotonia dan tidak memicu gejala separah hipotonia yang disebabkan oleh penyakit tertentu.
Anak dengan benign congenital hipotonia biasanya tidak mengalami gangguan pada sistem saraf pusat dan tingkat kecerdasannya pun normal. Hanya saja, saat melakukan kegiatan fisik seperti berlari, melompat, atau berjalan, gerakannya akan lebih lambat.
Hipotonia pada bayi juga tidak selalu permanen. Pada bayi yang prematur, misalnya, kondisi ini bisa saja dialami di awal kelahiran, tapi membaik seiring dengan perkembangan anak dan perawatan yang dilakukan.
Untuk memastikan atau mendiagnosis kondisi hipotonia pada bayi, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik, tes darah, maupun beberapa tes tambahan lain, seperti:
Hipotonia pada bayi bisa diatasi dengan beberapa cara, tergantung dari penyebabnya. Oleh karena itu, biasanya anak dengan kondisi ini akan mendapatkan rencana perawatan yang spesifik.
Beberapa anak dianjurkan untuk menjalani terapi fisik agar perkembangannya bisa mengikuti teman-teman seusianya. Anak akan diajarkan untuk duduk tegak, berjalan, atau jika usianya sudah cukup, ikut berolahraga.
Pada kondisi hipotonia yang parah, anak bisa disarankan untuk memakai penyangga di tubuh karena rentan mengalami dislokasi sendi.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar hipotonia pada bayi tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Ditulis oleh Nina Hertiwi Putri
Referensi
Artikel Terkait
Penyakit kulit pada bayi bisa terjadi karena sistem imun bayi belum berkembang dengan sempurna. Beberapa jenis penyakit kulit yang umum, di antaranya seperti biang keringat, eksim, hingga cacar.
8 Mei 2022
Salah satu penyebab kulit melepuh pada bayi adalah impetigo. Walaupun menular, impetigo pada bayi biasanya tidak berbahaya.
31 Mei 2022
Bayi belajar duduk saat memasuki usia 3-4 bulan. Beberapa tindakan bisa dilakukan orangtua yaitu memancingnya dengan mainan hingga membantu dengan bantal.
21 Mar 2020
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved