logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Parenting

7 Akibat Anak Sering Dipukul dan Dimarahi oleh Orangtua

open-summary

Akibat anak sering dipukul dan dimarahi dapat menimbulkan berbagai masalah pada fisik maupun mentalnya. Kondisi ini bisa menyebabkan ia mengalami luka atau cedera, meniru tindakan kekerasan, hingga kematian.


close-summary

8 Mei 2019

| Giasinta Angguni Pranandhita

Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari

Akibat anak sering dipukul dan dimarahi bisa menyebabkan

Timeout atau setrap merupakan salah satu cara menghukum anak tanpa kekerasan

Table of Content

  • Akibat anak sering dipukul dan dimarahi
  • Cara menghukum anak tanpa kekerasan

Ketika anak dirasa nakal, terkadang orangtua memukulnya agar ia diam. Namun, memukul anak justru tidak menyelesaikan masalah tersebut. Sebaliknya, akibat anak sering dipukul dan dimarahi dapat membawa dampak buruk, seperti cedera, meniru tindakan kekerasan, hingga kematian.

Advertisement

Dampak anak sering dimarahi dan dipukul tersebut harus diwaspadai sebab dapat berlangsung hingga ia dewasa. Masih terdapat cara lain untuk menghukum anak tanpa menggunakan kekerasan yang bisa Anda lakukan. Simak penjelasan di bawah ini.

Akibat anak sering dipukul dan dimarahi

Dampak memukul dan memarahi anak sering kali tidak disadari. Supaya Anda lebih mawas diri, ketahui akibat anak sering dipukul dan dimarahi:

1. Luka atau cedera

anak sering dipukul
Sering memukul anak bisa menyebabkan cedera

Akibat anak sering dipukul dan dimarahi bisa membuatnya terluka atau cedera. Terkadang, Anda mungkin tidak menyadari jika kekerasan fisik tersebut dapat melukai anak. Gegar otak bahkan termasuk sebagai bahaya memukul kepala anak.

Selain itu, secara psikologis, anak juga bisa merasa sakit hati dan takut kepada orangtuanya sebagai dampak sering dimarahi dan dipukul.

2. Mengganggu perkembangan otak dan sistem saraf

Dampak anak sering dimarahi dan dipukul juga dapat mengganggu perkembangan otak dan sistem sarafnya. Akibatnya, kemampuan kognitif anak pun terpengaruh hingga ia memiliki prestasi akademik dan kejuruan yang rendah.

3. Tidak menghargai diri sendiri

Akibat sering membentak dan memukul anak lainnya adalah mengganggu kesehatan mental anak. Ketika Anda terus menerus memukul dan memaki, anak bisa berpikir bahwa ia orang yang selalu salah dan tak berharga. Sampai anak dewasa, ia bahkan mungkin tidak menghargai dirinya sendiri.

4. Melakukan tindakan negatif

Akibat sering memukul dan membentak anak dapat memicu anak untuk lebih mungkin melakukan tindakan negatif, seperti putus sekolah, merokok, minum-minuman beralkohol, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, atau seks bebas. Anak juga memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang tinggi.

5. Meniru tindakan kekerasan

anak meniru kekerasan
Anak bisa meniru tindakan kekerasan

Ketika orangtua sering memukul anak, hal tersebut mengajarkan padanya bahwa memukul adalah hal yang wajar dilakukan. Akibatnya, ia tumbuh menjadi anak yang suka menindas orang lain yang lebih lemah darinya. Dampak anak sering dimarahi dan dipukul ini harus diwaspadai.

Dilansir dari wawancara ahli di NBC News, tidak ada manfaat dari memukul anak. Mengalami hukuman fisik seperti ini malah dapat meningkatkan kemungkinan anak untuk mengembangkan lebih banyak perilaku agresif, peningkatan kekerasan di sekolah, dan peningkatkan risiko gangguan mental serta masalah kognitif.

Kekerasan verbal seperti memarahi dan mempermalukan juga dinilai kontraproduktif berdasarkan wawancara yang sama. Mungkin anak-anak bisa memperbaiki perilaku setelah mengalaminya, tetapi bentuk hukuman ini tidak mengajarkan mereka regulasi diri yang benar.

6. Mendorong anak untuk memberontak

Alih-alih menasehatinya saat berbuat salah, orangtua yang sering memukul dan memarahi anak justru bisa mendorong ia untuk menjadi anak pemberontak. Sekali atau dua kali anak dapat merasa takut saat dipukul, tetapi setelahnya ia bisa saja lebih berani melanggar perintah Anda dan mengikuti kemauannya.

7. Tidak bisa mengendalikan emosi

Sering dipukul dan dimarahi bisa membuat anak sulit mengendalikan emosi saat tumbuh dewasa. Kekerasan yang Anda lakukan tersebut akan menanamkan benih amarah dalam dirinya. Selain itu, ia cenderung akan menunjukkan perilaku antisosial.

8. Berisiko kematian

Ingat kasus Arie Hanggara? Ia masih berusia 8 tahun saat tewas karena dianiaya secara berkelanjutan oleh ayahnya. Hukuman dalam bentuk pukulan dan dimarahi kerap dilakukan oleh ayahnya sebelum akhirnya almarhum Arie meninggal secara mengenaskan.

Seperti kasus di atas, orangtua bisa saja melakukan kekerasan pada anak hingga menghilangkan nyawanya. Emosi yang tidak terkendali biasanya jadi pemicunya. Maka dari itu, jangan remehkan risiko ini sebagai akibat anak dipukul terlalu keras, apalagi secara berlanjut.

Baca Juga

  • 15 Ciri-Ciri Anak Indigo yang Dapat Diidentifikasi Orangtua
  • 5 Tips untuk Membantu Anak Belajar Mengenal Huruf
  • Antibiotik untuk Bayi, Kapan Saat yang Tepat Memberikannya?

Cara menghukum anak tanpa kekerasan

Kekerasan dalam bentuk apa pun sangat dilarang dalam pengasuhan anak. Akibat anak sering dipukul dan dimarahi juga harus dihindari.

Ingatlah untuk jangan memukul anak. Jika ingin memberinya pelajaran, ikuti cara menghukum anak tanpa kekerasan yang dapat dipertimbangkan ini.

1. Tenangkan diri

Ketika anak berbuat kesalahan, jangan langsung memarahi atau malah memukulnya. Tenangkan, diri Anda terlebih dahulu. Tarik napas dan hembuskan beberapa kali. Hal ini akan membantu mengendalikan emosi Anda agar tidak memukul anak.

2. Jelaskan kesalahan anak

menjelaskan kesalahan anak
Jelaskan kesalahan yang dilakukan anak

Terkadang, anak mungkin tidak memahami kesalahannya. Jelaskan terlebih dahulu kesalahan yang telah diperbuatnya dan bantu ia memperbaiki kesalahan tersebut. 

Misalnya, anak mencoret-coret tembok dengan spidol, berikan peringatan untuk tidak lagi melakukan hal tersebut. Selain itu, Anda dapat memberinya hukuman untuk membersihkan tembok.

3. Menjauhkan anak dari mainannya

Salah satu cara untuk memberi efek jera pada anak, Anda dapat menghukumnya dengan menyita mainan anak ementara waktu.

Kuncilah boks mainannya agar ia tidak bisa bermain dengan mainannya sampai anak merasa menyesal atas kesalahannya. Hal ini membuat Anda tidak perlu lagi menerapkan hukuman yang serius.

4. Konsisten

Pastikan orangtua menerapkan aturan secara konsisten. Misalnya, jika Anda menerapkan aturan anak harus mencuci tangan sebelum makan, hal ini harus dilakukan setiap waktu secara konsisten. 

Aturan tidak akan berjalan bila ditegakkan secara selektif alias "tebang pilih". Anak-anak perlu tahu bahwa sekali aturan ditetapkan, maka aturan dan konsekuensinya tidak akan berubah.

5. Timeout atau hukuman setrap

Tips menghukum anak tanpa kekerasan yang efektif adalah timeout atau menyetrap anak balita selama satu menit di sudut atau kursi yang nyaman.

Jangan berinteraksi saat timeout berlangsung agar anak tidak merajuk. Jika hukuman setrap sudah selesai, minta anak untuk meminta maaf dan tak perlu membahas masalah itu lagi.

6. Luangkan waktu "me time"

Semua orang mempunyai batas kesabaran, dan tentunya sangat lumrah untuk mudah marah dan menjadi emosional ketika Anda dalam keadaan terlalu lelah baik fisik maupun mental. Hasilnya? Kesalahan kecil dari sang anak bisa memicu kemarahan yang berlebihan.

Daripada menyesal belakangan, berusahalah untuk tidak mencapai titik tersebut dan luangkan waktu untuk melepaskan stres dan melakukan kegiatan lain untuk diri Anda sendiri.

Minta bantuan teman atau saudara untuk membantu menjaga anak, kemudian lakukanlah aktivitas yang menyenangkan bagi Anda seperti menonton, pergi ke kafe, yoga, dan lain-lain.

Anda juga membutuhkan waktu merawat diri Anda sendiri, yang ujungnya bisa membuat Anda menjadi orangtua yang lebih baik bagi anak-anak Anda.

7. Mengalihkan perhatian anak

Jika anak melampiaskan amarah dengan memukul, berteriak atau melemparkan barang, alihkan perhatiannya. Hindari memukul anak balik karena kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah. Anak perlu dibawa berjalan-jalan ke luar rumah, ke taman, atau beralih ke ruangan lain.

8. Memberikan pelukan ke anak

Anak-anak yang nakal sebenarnya sangat cerdas dan kreatif untuk mencari perhatian. Tetapi, orangtua juga harus bersikap tegas dan hindari memukul anak. Sebaliknya, seringlah memeluk anak, berbicara dengan mereka, dan menunjukkan kasih sayang Anda pada mereka.

Daripada menggunakan kekerasan, Anda bisa mengikuti cara menghukum anak tersebut. Dengan begitu, anak pun akan terhindar dari berbagai dampak buruk yang disebabkan oleh perilaku kekerasan.

Advertisement

tips parentingibu dan anaktips mendidik anak

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 24 Jam

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved