Gejala PTSD, memang terkadang sulit dibedakan dari gejala depresi. Sehingga, tidak heran kondisi kejiwaan ini kerap tidak disadari dan dibiarkan begitu saja.
18 Jul 2019
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Salah satu gejala PTSD yang bisa terjadi adalah terus menerus memikirkan kejadian yang membuat trauma
Table of Content
Di Indonesia, banyak jenis gangguan psikologis yang belum mendapatkan perhatian. Salah satunya adalah post-traumatic stress disorder atau PTSD. Pasalnya, gejala PTSD memang terkadang sulit dikenali, karena cukup mirip gejala depresi.
Advertisement
PTSD adalah gangguan psikologis yang muncul akibat suatu kejadian yang menimbulkan trauma seperti kecelakaan, bencana alam, kekerasan, pelecehan seksual atau perang. Uniknya, gejala PTSD tidak selalu langsung muncul segera setelah kejadian traumatis itu terjadi.
PTSD didiagnosis setelah seseorang mengalami gejala selama setidaknya satu bulan setelah kejadian traumatis. Namun,seseorang bisa saja baru mulai merasakan gejalanya, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun setelah mengalami kejadian traumatis.
Gejala PTSD secara umum dibagi menjadi empat tipe, yaitu: intrusive memory (gangguan pada ingatan), avoidance (menghindar), perubahan cara pikir menjadi lebih negatif, dan perubahan reaksi secara fisik maupun emosional. Gejala tersebut, bisa berbeda antara satu penderita PTSD dengan yang lainnya.
Penderita PTSD akan sangat sulit untuk melupakan kejadian yang membuatnya trauma. Seberapa besarpun usaha untuk menghapus ingatan tersebut, kejadian traumatis itu akan terus teringat, sehingga pengidapnya akan sering mengalami kilas balik bahkan hingga terbawa dalam mimpi. Penderita PTSD juga bisa tiba-tiba memikirkannya di siang hari.
Kembalinya ingatan tersebut dapat membuat penderita PTSD seolah-olah merasa kembali mengalami kejadian tersebut. Hal ini membuat penderita PTSD akan merasa:
Segala bentuk emosi tersebut, kemudian akan membuat penderita tiba-tiba merasa kedinginan, menggigil, sakit kepala, detak jantung menjadi cepat, dan mengalami serangan panik.
Menghindar di sini berarti Anda melakukan segala cara untuk menjauhi hal-hal yang berkaitan dengan kejadian tersebut. Gejala PTSD yang satu ini akan terlihat seperti ini.
Menghindar dalam hal ini juga tidak hanya dikhususkan untuk segala hal yang berkaitan dengan kejadian. Penderita PTSD, juga bisa menghindari orang lain secara umum. Sehingga, rasa kesepian kerap muncul.
Setelah mengalami kejadian yang membuat trauma, cara pikir Anda mungkin bisa berubah, seperti:
Orang yang mengalami PTSD akan menjadi lebih mudah kaget atau takut. Ia juga akan selalu merasa waspada secara berlebihan. Selain kedua hal tersebut, kondisi-kondisi di bawah ini juga bisa dirasakan.
Setelah mengenali berbagai gejala PTSD di atas, Anda mungkin merasa juga mengalami hal yang serupa. Namun perlu diingat, hal tersebut belum tentu menandakan Anda menderita PTSD.
Delapan pertanyaan di bawah ini, bisa membantu Anda untuk lebih mengenali gejala yang dirasakan.
Apabila Anda menjawab “Ya” pada tiga atau lebih dari pertanyaan-pertanyaan di atas, maka sebaiknya memeriksakan diri ke dokter spesialis kejiwaan, untuk memastikan bahwa yang Anda alami adalah PTSD.
Jangan pernah menyimpulkan sendiri gejala yang Anda alami, sebagai suatu gangguan mental. Mendiagnosis diri sendiri terkena gangguan mental adalah hal yang berbahaya dan kurang tepat. Apalagi, jika Anda sampai mencari sendiri obat untuk mengatasi kondisi tersebut.
Baca Juga
Setelah mengalami kejadian traumatis, hampir semua orang akan merasakan setidaknya sedikit gejala PTSD. Saat keamanan terancam, wajar jika Anda merasa ingin menarik diri dari lingkungan sekitar.
Mengalami mimpi buruk merupakan hal yang wajar. Begitu pula jika Anda merasa ketakutan, atau sulit untuk mengeluarkan kejadian tersebut dari pikiran. Hal-hal tersebut adalah respons normal dari sebuah kejadian traumatis.
Bagi sebagian besar orang, kondisi-kondisi tersebut hanya akan dialami dalam waktu singkat selama beberapa hari atau minggu. Selanjutnya, hal itu akan hilang dengan sendirinya. Namun, pada penderita PTSD, gejala tersebut tidak mereda, bahkan setelah waktu yang lama atau bahkan dirasa bertambah parah.
Langkah pengobatan utama untuk membantu meredakan gejala PTSD adalah dengan psikoterapi. Namun, pemberian obat-obatan juga bisa menjadi pilihan untuk mendampingi terapi.
Ada beberapa jenis terapi yang bisa dilakukan untuk bantu redakan gejala PTSD, yaitu:
Terapi kognitif adalah terapi yang dilakukan dengan cara Anda menyampaikan secara lisan keluhan dan perasaan yang memenuhi pikiran serta hati Anda. Dokter lalu akan membantu Anda untuk melihat pola pikir yang membuat Anda terjebak dalam pikiran negatif dan traumatis, sehingga bisa mencegahnya muncul kembali.
Terapi eksposur dilakukan dengan cara membawa Anda kembali ke setting baik itu waktu, suasana, atau tempat kejadian yang membuat Anda merasa trauma. Tentu, saat dibawa kembali ke setting tersebut, dokter akan selalu mendampingi untuk mengajarkan Anda menerima kilas balik menakutkan yang dirasakan.
Saat ini, terapi eksposur tidak harus dilakukan secara langsung di tempat kejadian perkara. Dengan adanya teknologi seperti virtual reality, Anda bisa kembali masuk ke area traumatis tersebut secara lebih mudah.
EMDR adalah metode yang dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa jenis terapi eksposur dan melatih pasien untuk melakukan gerakan mata tertentu sebagai langkah untuk memproses ingatan traumatis dan mengubah cara pandang Anda terhadap hal tersebut.
Sementara, untuk obat-obatan yang biasa diberikan antara lain:
Mengunjungi psikiater atau psikolog mungkin belum lumrah dilakukan di Indonesia. Namun, bukan berarti Anda tidak bisa melakukannya. Penyakit kejiwaan sama pentingnya untuk diobati, seperti halnya penyakit fisik.
Jika Anda tidak keberatan untuk berkonsultasi dengan dokter ketika demam dan batuk, kenapa harus malu untuk mengunjungi psikiater ketika stres? Keduanya sama-sama penyakit, yang bisa disembuhkan dengan penanganan tepat tepat.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Apakah stres bisa menurunkan berat badan? Bisa. Saat tubuh mengalami stres berkepanjangan ini dapat memicu hiperstimulasi respons stres yang mengganggu pencernaan.
Selain berolahraga dan mengonsumsi makanan bergizi, menjaga kesehatan mental merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan sebagai cara menjaga kesehatan jantung. Pasalnya, kondisi kejiwaan seperti depresi, dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jantung.
Cara menghilangkan trauma pada anak dapat dilakukan dengan memberi perhatian lebih, mendengarkan keluh kesahnya, membangun kembali rasa aman dan percaya, hingga melakukan rutinitas yang menyenangkan.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved