Herpes pada anak disebabkan infeksi virus HSV-1, yang menyebar melalui kontak langsung dengan penderitanya. Supaya tidak tertular maupun menulari, ajarkan anak untuk memakai peralatan makan dan mandi mereka sendiri, menjaga kebersihan tangan, serta menghindari pemicunya.
15 Des 2020
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Awalnya, herpes pada anak kemungkinan akan muncul dalam bentuk luka lecet di bibir, sekitar mulut, atau bahkan dalam mulut
Table of Content
Herpes pada anak adalah masalah kulit yang ditandai dengan kemunculan lepuh atau ruam pada sekitar area bibir dan mulut. Setelah beberapa hari, lepuh akan mulai mengeluarkan cairan, sebelum kemudian mengering dan membentuk kerak.
Advertisement
Anak-anak umumnya pertama kali terpapar virus herpes antara usia 1-5 tahun. Meskipun tidak berbahaya dan dapat hilang dengan sendirinya, herpes bisa mengganggu sekaligus menimbulkan rasa tidak nyaman pada anak.
Penyebab herpes pada bayi atau anak disebabkan infeksi virus yang dikenal dengan nama herpes simplex tipe 1 (HSV-1). Selain HSV-1, kondisi ini juga bisa dipicu oleh serangan virus herpes simplex tipe 2 (HSV-2).
Meski HSV-2 biasanya menyebabkan herpes pada kelamin, dalam beberapa kasus, virus tersebut juga bisa memicu kemunculan lepuh pada wajah.
Pada umumnya, anak-anak terinfeksi virus HSV-1 atau HSV-2 melalui kontak air liur maupun bersentuhan langsung dengan luka dari orang yang menderita herpes.
Supaya tidak menular, si kecil harus menghindari kontak jarak dekat dengan bayi, penderita eksim, serta orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Awalnya, herpes anak kemungkinan akan muncul dalam bentuk luka lecet di bibir, sekitar mulut, atau bahkan dalam mulut. Luka lecet kemudian akan berkembang menjadi lepuh, yang membuat anak merasakan sakit ketika makan.
Dalam beberapa hari, luka lepuh akan mulai mengeluarkan cairan. Setelah cairan sepenuhnya keluar, luka lepuh kemudian akan mengering dan hilang dengan sendirinya dalam hitungan hari atau minggu.
Terkadang, serangan virus HSV-1 atau HSV-2 dapat memicu munculnya masalah kesehatan lain. Beberapa kondisi yang mungkin dialami anak ketika terserang herpes, antara lain:
Ketika terserang virus HSV-1 untuk pertama kali, anak mungkin tidak akan merasakan adanya gejala apa pun. Gejala baru akan muncul saat ia mengalami kondisi-kondisi, seperti terkena infeksi virus lain, terpapar sinar matahari, kedinginan, dan stres.
Perlu diketahui, herpes pun dapat menyerang mata. Menurut The American Academy of Ophthalmology, virus HSV-1 memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk menyebabkan herpes mata pada anak.
Meski herpes bisa menyerang kedua mata anak, kasus ini lebih sering terjadi pada satu mata saja. Gejalanya pun beragam, seperti:
Virus yang menyebabkan herpes kulit pada anak bersifat sangat menular. Untuk mencegah penyebaran herpes, Anda sebagai orangtua perlu memberikan edukasi soal tindakan-tindakan yang meningkatkan risiko penularan.
Beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan virus penyebab herpes, di antaranya:
Untuk mengetahui apakah lepuh atau ruam di area mulut anak disebabkan oleh herpes atau tidak, sebaiknya bawa si kecil ke dokter.
Nantinya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik kepada anak dalam melakukan diagnosis. Terdapat beberapa cara untuk mendiagnosis herpes pada balita atau anak, di antaranya:
Dokter dapat mengambil sedikit sampel di bagian lepuh. Dari sampel tersebut, dokter dapat mencari tahu apakah ada virus HSV-1 atau HSV-2 yang menjadi penyebab herpes pada anak.
Selain itu, dokter dapat mengambil darah anak untuk mencari tahu apakah ada virus herpes pada anak di dalam tubuhnya.
Herpes pada anak biasanya hilang dengan sendirinya dalam waktu 1-2 minggu. Tidak ada obat herpes pada anak yang bisa dikonsumsi untuk menyembuhkannya, tetapi beberapa perawatan bisa dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman yang ditimbulkan.
Berikut adalah beberapa cara mengobati herpes pada anak secara alami untuk meredakan gejalanya.
Selain itu, dokter mungkin bisa meresepkan salep herpes anak yang mengandung antivirus atau povidine-iodine guna menghilangkan ruam atau luka lepuh.
Dokter juga dapat merekomendasikan obat herpes pada anak yang mengandung antivirus untuk mencegah munculnya gejala herpes dan mengontrol berapa lama gejala tersebut ada di kulit si kecil.
Dalam sebagian besar kasus, penyakit herpes pada anak tidak menyebabkan komplikasi. Hanya saja, si kecil dapat merasa terganggu dan kesakitan akibat luka lepuh atau ruam yang muncul di kulit.
Namun, Anda perlu berhati-hati karena dalam beberapa kasus yang langka, virus yang menyebabkan herpes pada anak dapat mengakibatkan radang otak atau yang dikenal dengan sebutan ensefalitis.
Ensefalitis adalah kondisi medis serius yang perlu ditangani segera karena mampu menyebabkan masalah otak jangka panjang.
Perlu diketahui juga, herpes pada anak yang baru lahir dapat menyebabkan penyakit serius atau bahkan kematian.
Berbeda dari herpes simplex virus, herpes zoster adalah kondisi medis yang disebabkan oleh virus varicella-zoster (VZV), virus yang juga menyebabkan cacar air. Herpes zoster pada anak dapat mengundang ruam di kulit yang bisa terasa menyakitkan.
Umumnya, herpes zoster pada anak dapat muncul setelah si kecil mengalami cacar air. Sebab, virus VZV yang menyebabkannya bisa bertahan di dalam sel saraf tubuh dan kembali aktif setelah beberapa bulan atau tahun kemudian.
Selanjutnya, virus tersebut dapat mengakibatkan munculnya ruam merah dan luka lepuh kecil di satu bagian tubuh.
Sama seperti herpes yang disebabkan oleh HSV-1 dan HSV-2, herpes zoster tidak dapat disembuhkan. Namun, terdapat beberapa obat-obatan yang bisa mengurangi risiko komplikasi, termasuk nyeri yang muncul setelah ruam di kulit menghilang.
Baca Juga
Apabila herpes pada anak disertai dengan gejala yang mengganggu aktivitasnya sehari-hari seperti demam, segeralah berkonsultasi dengan dokter anak. Tak hanya itu, Anda juga harus memeriksakan anak ke dokter jika:
Jika Anda memiliki pertanyaan seputar herpes pada anak, jangan ragu untuk bertanya dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh di App Store atau Google Play sekarang juga.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Tidak hanya rambut, alis juga tidak luput dari ketombe. Ketombe di alis dapat disebabkan oleh jamur hingga respons imun. Bagaimana cara mengatasinya?
Berbagai penyebab mimisan pada anak saat tidur di antaranya udara kering, alergi, flu, paparan zat kimia, hingga obat-obatan tertentu.
Ada sejumlah efek samping acyclovir yang umum terjadi setelah dikonsumsi. Namun, beberapa efek samping acyclovir juga bisa bersifat serius.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved